
Peristiwa hilangnya pesawat AirAsia QZ 8501 dari pantuan radar dalam penerbangan Surabaya-Singapura, Ahad (28/12) merupakan musibah nasional yang menutup tahun 2014. Pesawat naas membawa sebanyak 155 orang penumpang yang terdiri dari 138 orang dewasa, 16 orang anak-anak dan satu orang balita.
Di dalam pesawat terdapat warga negara asing dan awak kabin yakni Singapura, Inggris, Malaysia, Perancis masing-masing satu orang dan warga Korea Selatan tiga orang termasuk empat orang dari Sulawesi Selatan.
Pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ 8501 membawa 155 orang penumpang berangkat dari Bandara Juanda Surabaya pada pukul 05.12 WIB dan hilang kontak di perairan Pulau Belitung dengan titik koordinat 03.22.46 LS dan 108.50.07 BT.
AirAsia QZ 8501 dinyatakan hilang, sebuah kejadian yang tak disangka-sangka kembali terjadi di penghujung tahun 2014. Hilangnya kontak pesawat AirAsia QZ 8501, yang terbang dari Bandara Juanda, Surabaya menuju Singapura. Kontak terakhir dengan menara kontrol di Jakarta, tercatat pada pukul 06.17 WIB dan semenit kemudian sudah menghilang.
Kapten Irianto merupakan penerbang pesawat tempur F-5 Tiger milik TNI AU. Kapten Irianto telah beberapa kali ikut berbagai macam operasi di Indonesia.
Ia mengatakan bagi para pejabat militer di lingkungan TNI AU, sosok Kapten Pilot Irianto bukan merupakan sosok yang asing. Pada 1983 Irianto merupakan Siswa Sekolah Penerbangan (Sekbang) TNI AU angkatan 30 melalui Ikatan Dinas Pendek (IDP) di Wing Pendidikan Terbang Lanud Adisutjipto Yogyakarta.
Bahkan, kata dia, Kapten Irianto tercatat sebagai satu-satunya lulusan IDP yang lolos tugas di satuan tempur TNI AU. Pilot Irianto dikenal sebagai salah satu ‘Flight Leader’ pesawat tempur jenis F-5 Tiger yang menjadi andalan tempur udara pada era 1980-an.
Yadi mengatakan dirinya yang merupakan adik kelas Kapten Irianto banyak mendapat pengarahan dan pengajaran untuk menerbangkan pesawat tempur dari Kapten Irianto. “Kami pernah bertugas bersama di ‘Home Base’ Pesawat F-5 Skuadron Udara 14 Lanud Iswahyudi Madiun pada 1988-1989,” katanya.
Ia mengatakan, dengan memiliki 2.500 jam terbang di militer serta 1.000 jam terbang bersama F-5 Tiger, kemampuan terbang Kapten Irianto sudah tidak diragukan lagi, terlebih Irianto pernah melaksanakan tugas berbagai macam operasi di Indonesia.
“Namun Kapten Irianto memutuskan untuk tidak melanjutkan karier di militer, setelah masa IDP berakhir pada 1994 dengan pangkat terakhir Lettu Penerbang. Irianto memilih menjadi penerbang pesawat komersil,” katanya.
Pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ 8501 membawa 155 orang penumpang berangkat dari Bandara Juanda Surabaya pada pukul 05.12 WIB dan hilang kontak di perairan Pulau Belitung dengan titik koordinat 03.22.46 LS dan 108.50.07 BT.
Berdasarkan penjelasan BMKG disepanjang rute yang dilalui Pesawat AirAsia yang hilang kontak tersebut terdapat awan tebal berjenis cumulonimbus. Pesawat membawa sebanyak 155 orang penumpang yang terdiri dari 138 orang dewasa, 16 orang anak-anak dan satu orang balita.
Di dalam pesawat terdapat warga negara asing dan awak kabin yakni Singapura, Inggris, Malaysia, Perancis masing-masing satu orang dan warga Korea Selatan tiga orang.
Pabrikan pesawat Airbus menyatakan siap memberikan bantuan penuh kepada otoritas investigasi atas hilang kontaknya pesawat AirAsia bernomor penerbangan QZ8501 dengan rute Surabaya-Singapura.
Senior Consultant Airbus Ameer Brontoari dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Ahad, menyatakan sesuai dengan kesepakatan internasional ICAO Annex 13, Airbus akan memberikan bantuan penuh kepada otoritas investigasi keselamatan Prancis, BEA, dan kepada para pihak yang berwenang terhadap investigasi tersebut.
Komandan Pangkalan Udara Kolonel (P) Tedi Rizalihadi mengungkapkan, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, seperti Basarnas Pontianak, Kodam XII/TPR dan Polda Kalbar serta Kantor Cabang Angkasa Pura II Bandara Supadio untuk membantu melakukan pencarian hilangnya pesawat AirAsia yang berdasarkan pantauan radar berada di antara perairan Kalimantan Barat dan Bangka Belitung.
“Kami sudah berkoordinasi untuk membangun posko di sini,” katanya kepada sejumlah wartawan, Minggu (28/12) sore.
Dikatakan Tedi, pihaknya juga telah mengerahkan pesawat Puma 3310 untuk melakukan pencarian ke titik atau lokasi dimana pesawat yang mengangkut sebanyak 155 penumpang dari Surabaya tujuan Singapura itu hilang.
Namun demikian pesawat Puma 3310 yang terdiri dari kru Puma 3310, Paskhas 465 dan Basarnas Pontianak harus kembali karena kendala cuaca buruk.
“Kami sudah kerahkan pesawat Puma 3310 untuk membantu melakukan pencarian, namun harus kembali karena terkendala cuaca. Cuaca saat ini tidak memungkinkan untuk melakukan pencarian, karena awan tebal. Heli yang terbang rendah saja tidak mampu menembus dan terpaksa harus kembali setelah terbang 50 NM dari Pontianak,” katanya.
Menurut Tedi, selain mengerahkan pesawat Puma 3310, TNI AU juga mengerahkan pesawat Boing 737 pengintai dari Makasar dan Hercules dari Bandara Halim Perdana Kusuma.
“Jadi total pesawat yang dikerahkan untuk melakukan pencarian ada tiga pesawat. Belum lagi dibantu kapal dari Basarnas dan Polair Polda Kalbar,” terangnya.
Dijelaskan Tedi, pesawat Boing 737 pengintai yang diterbangkan dari Bandara Sultan Hasannudin Makasar melakukan pencarian di daerah sekitar 209 NM dari Pontianak.
Sedangkan untuk Basarnas Pontianak menangkap beacons signal yang dipancarkan pesawat berada pada titik 03.22.15S-109.41.28E atau sekitar 75 mil dari Kendawangan, Kabupaten Ketapang. “Hingga saat ini kami masih menunggu informasi dari tim. Jika nanti ada perkembangan, maka akan segera kami sampaikan,” jelasnya.
Menurutnya, pencarian pesawat ini akan terus dilakukan hingga ada tanda-tanda atau ditemukan lokasi keberadaan pesawat tersebut. “Kami siap membantu melakukan pencarian. Operasi ini tidak terbatas,” katanya.
Slamet Riyadi, Kepala Basarnas Pontianak mengaku telah mengerahkan kapal RB 215 dan RIB yang dibackup oleh Dit Polair Polda Kalbar. Untuk memudahkan mensinergikan informasi atau perkembangan di lapangan, pihaknya telah membangun posko pencarian pesawat AirAsia QZ8501.
“Untuk sementara focus pencarian kita lakukan di sekitar perairan Kendawangan Kabupaten Ketapang. Kami berharap tidak terjadi apa-apa terhadap pesawat itu,” katanya singkat.
Sementara itu, PT. Angkasa Pura II Cabang Bandara Supadio telah menyiagakan tempat mana kala pesawat Air Bus AirAsia QZ8501 melakukan pendaratan darurat di Bandara Supadio Pontianak.
Airbus di Prancis memberikan konfirmasi bahwa pesawat A320-200 yang dioperasikan oleh AirAsia Indonesia telah hilang kontak dengan air traffic control (ATC) pagi ini, 28 Desember 2014. Pesawat tersebut menjalani penerbangan terjadwal dengan nomor QZ8501 dengan rute dari Surabaya ke Singapura,” katanya.
Pesawat tersebut memiliki MSN (Manufacturer Serial Number) 3648, terdaftar sebagai PK-AXC dan diserahkan kepada AirAsia dari lini produksi Airbus pada bulan Oktober 2008. Pesawat ini digerakkan oleh mesin CFM 56-5B dan telah melakukan penerbangan sebanyak 23.000 jam dalam 13.600 penerbangan. “Hingga saat ini, belum ada informasi faktual lain yang tersedia,” katanya.
Airbus A320-200 adalah pesawat bermesin ganda dengan lorong tunggal (single-aisle) yang dapat menampung 180 tempat duduk penumpang dengan konfigurasi satu kelas. A320 pertama mulai dioperasikan pada Maret 1988 dan hingga akhir November 2014, lebih dari 6.000 pesawat dari keluarga A320 dioperasikan oleh lebih dari 300 operator di seluruh dunia.
Hingga saat ini, seluruh armada ini telah mengumpulkan lebih dari 154 juta jam terbang dari 85 juta penerbangan. “Kami akan memberikan informasi faktual lebih lanjut begitu tersedia dengan rincian yang telah dikonfirmasi dan disetujui oleh pihak-pihak yang berwenang,” katanya.
Tony Fernandes melalui akun twitternya pun mengajak seluruh masyarakat tetap kuat atas peristiwa hilangnya pesawatnya bernomor penerbangan QZ8501 rute penerbangan Surabaya–Singapura. “Kami akan segera memberikan pernyataan lain. Terima kasih atas semua pemikiran dan doa, kita harus harus tetap kuat,” tulisnya melalui akun resminya di Twitter pukul 11:54 WIB.
AirAsia telah membuatkan layanan telpon darurat yang tersedia bagi keluarga atau kawan mereka yang menjadi penumpang dan awak di dalam pesawat. Nomor yang bisa dihubungi adalah: +622129850801.
AirAsia akan merilis informasi lebih lanjut seketika kabar itu tersedia. Perkembangan terbaru juga akan ditampilkan di laman resmi AirAsia.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya merilis data awan dan cuaca di jalur pesawat AirAsia bernomor registrasi QZ8501 itu, di detik-detik hilang kontak sekitar pukul 06.00 WIB.
“Jadi dokumen yang kami peroleh ini diterbitkan Stasiun Meteorologi Juanda. Sepanjang rute penerbangan, kondisi cuaca berawan. Awannya bermacam-macam. Nah, salah satu yang patut diwaspadai oleh penerbangan adalah awan cumulonimbus. Pada track di mana pesawat dinyatakan lost contact ada awan cukup tebal 48 ribu kaki atau 16 ribu meter,” jelas Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan Maritim BMKG, Syamsul Huda saat dihubungi detikcom hari ini.
Karakteristik dari awan cumulonimbus ini disertai petir di dalamnya. Sehingga apabila ada pesawat yang masuk ke dalam awan cumulonimbus itu, pesawat biasanya mengalami turbulensi hebat.
Jaringan pemantau cuaca Weather Bug mengatakan petir menyambar di dekat jalur penerbangan Air Asia penerbangan QZ8501. Sambaran petir terjadi antara pukul 06.00 dan 06.20 WIB, Ahad (28/12).
“Data petir kami mencatat terjadi sambaran petir dekat jalur penerbangan @AirAsia #QZ8501 antara 23.09 dan 23.20 UTC,” tulis Weather Bug dalam Twitternya @WeatherBug, dikutip dari New Straits Times.
Pesawat Air Asia tersebut hilang kontak dengan pengawas lalu lintas udara pukul 06.17 WIB. Pesawat jenis Airbus A320-200 itu mengangkut 155 penumpang, termasuk 138 penumpang dewasa, 16 anak-anak dan satu bayi. Pesawat diawaki dua pilot.
Wakil Presiden JK ditunjuk Presiden untuk mengkoordinasikan proses pencarian hilang pesawat Air Asia diudara Indonesia, berbagai dukungan telah diperoleh untuk melakukan proses pencarian masing-masing dari Malaysia, Korea, Tiongkok dan Australia.