SYAKHRUDDIN.COM – Hari ini, Rabu 24 Maret 2021, Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Indonesia melaksanakan ulang tahunnya yang ke-17 (24-3-2004 s/d 24-3-2021), perjalananan waktu yang panjang sejak diikrarkan pembentukannya di Lembang Jawa Barat, telah membawa nama harum Tagana di persada Nusantara.
Penulis salah seorang yang ikut menandatangani deklarasi lahirnya Tagana Indonesia bersama 60 orang utusan dari 30 provinsi, menuliskan kembali kisah perjalanan Tagana dalam bentuk esai, berjudul 17 tahun kiprah Tagana Indonesia dulu, kini dan mendatang.
DULU, di saat Departemen Sosial (nama waktu) dihapuskan oleh Presiden Gusdur dan diaktifkan kembali kehadiran Depsos, dibawah Presiden Megawati Soekarno Putri, menjadikan semua pilar partisipan kesejahteraan sosial seperti Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Karang Taruna (KT), Satuan Tugas Sosial Penanggulangan Bencana (Satgasos-PB) dan berbagai Orsos dan Lembaga Sosial yang pernah eksis di masa keberadaan Departemen Sosial (nama saat itu), seakan ikut mati suri.
Di saat banjir melanda Jakarta, pilar partisipan yang diharapkan ikut membantu pegawai pada Direktorat BSKBA (Bantuan Sosial Korban Bencana Alam) yang kini nomenklaturnya berubah menjadi PSKBA (Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam), tak ada muncul di lapangan, sehingga Bapak Drs. Andi Hanindito, M.Si memanfaatkan potensi yang ada di kantornya di Jalan Salemba Raya No. 28 Jakarta.
Dengan mobil rongsokan, Andi Hanindito membawa bantuan beras dari Salemba Raya 28 Jakarta ke Kantor Dinas Sosial DKI Jakarta, menerjang air bah dan inilah yang melahirkan ide, pentingnya mobil RTU (Rescue Tactical Unit) dalam setiap penanganan korban banjir di tanah air.
Kondisi ini, membuat Bapak Andi Hanindito berfikir keras untuk membuat pasukan yang siap tanggap dan selalu hadir di setiap peristiwa bencana, baik bencana alam, bencana nonalam maupun bencana sosial.
Melalui undangan yang dikirim ke masing-masing instansi sosial di provinsi, agar mengirimkan kepala seksi Karang Taruna dan seorang anggota Karang Taruna menuju ke Pusat Pendidikan dan Pelatihan di Lembang Jawa Barat. Maka di utuslah dari Provinsi Sulawesi Selatan, masing-masing Kepala Seksi Karang Taruna, Drs H.Syakhruddin.DN,M.Si dan Andi Syafri Sulo dari unsur karang taruna.
Di Lembang kami mendapatkan pencerahan dari para instruktur tentang pentingnya sebuah pasukan penanggulangan bencana yang memiliki sistim komando yang satu, terintegrasi dan cepat tanggap.
Para peserta diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berfikir, apa nama yang paling tepat. Gambar dan usulan nama yang dikumpulkan dari berbagai daerah, akhirnya pada tanggal 24 Maret 2004 pada pukul 00.00 waktu setempat, diputuskan bahwa nama organisasi sosial yang akan kita bentuk adalah : Taruna Siaga Bencana Indonesia.
Saat upacara pembukaan di lapangan Diklat, bertindak sebagai komandan upacara, Bapak Iyan Kusmadiana dari pihak Balai Diklat Kesos Lembang, Komandan Regu III, Bapak Syafei Nasution dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat dan sekarang menjabat Direktur PSKBA.
Sementara Penulis bersama utusan seorang perempuan dari Gorontalo, disematkan tanda peserta Diklat oleh Direktur BSKBA waktu itu, Bapak Purnomo Sidik (almarhum) juga disaksikan Bapak Soetarso (almarhum), beliau adalah mahaguru bidang kebencanaan di Indonesia.
Selanjutnya para peserta kembali ke daerah masing-masing, pada tahun berikutnya tahun 2005 terdapat anggaran Kemensos untuk membentuk Tagana di masing-masing provinsi.
Ketua angkatan yang terpilih Sdr. Muhlis Moed, agar mengikuti pendidikan lanjutan di Lembang bersama bersama Penulis. Karena yang datang di tahun 2006 itu mendapatkan peralatan lengkap dan pengakuan berupa SK, sementara yang hadir di tahun 2004, seakan terlupakan oleh sejarah.
Walaupun belakangan secara lisan diberi pengakuan oleh Panglima Tagana Indonesia bahwa yang datang di tahun 2004 itu juga dikategorikan sebagai Perintis Tagana walaupun tidak memperoleh surat keputusan, ungkap Subhan Rahim (Tagana Utama Sulsel) yang mempertanyakan langsung kepada Panglima Tagana Indonesia dan menyampaikannya kepada Penulis.
Sebagaimana pernah diungkapkan mantan Sekjen Kemensos, Almarhum Toto Utomo Budi Santoso bahwa dalam kehidupan ini, ada tiga hal yang selalu terkait tentang sejarah yaitu ; Pelaku sejarah, pencatat sejarah dan korban sejarah.
Taruna Siaga Bencana, selanjutnya disingkat TAGANA adalah relawan sosial atau Tenaga Kesejahteraan Sosial yang berasal dari masyarakat dan memiliki kepedulian serta aktif dalam penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial.
Adapun runtutan kelahiran TAGANA. Tahun 2002, TAGANA dibentuk atas menyikapi rancang bangun sistem penanggulangan bencana berbasis masyarakat dan Pertemuan di Lembang oleh Perintis Tagana menghasilkan “Deklarasi” 24 Maret 2004.
Walaupun dalam catatan administrasi Kemensos tertulis 25 Maret 2004, hal itu disebabkan karena para utusan daerah meminta untuk dimajukan sehari, agar berkesempatan jalan-jalan sehari di Pulau Jawa, ungkap utusan Peserta saat itu.
Pertemuan Jambore Nasional PB Cibubur menghasilkan “Deklarasi” 20 Desember 2004 tentang pentingnya pengembangan jumlah Tagana di seluruh Indonesia melalui kegiatan Pemantapan Tagana dengan anggaran pemerintah pusat dan daerah.
Kemudian, pada tahun 2006 para penggiat kemanusiaan hasil pertemuan Lembang menyusun Pedoman Tagana. Pada tahun 2012, Terbit Permensos No.28 Tahun 2012 tentang Tagana dan Permensos No.29 Tahun 2019 tentang Pedoman Tagana.
Terakhir, sekitar tahun 2013 dan 2015 diadakan Pengembangan Tagana Training Centre di Sentul serta terbentuknya Markas Komando Tagana di TTC
TAGANA, adalah suatu organisasi sosial yang bergerak dalam bidang penanggulangan bencana alam dan bencana sosial berbasis masyarakat. Pembentukan TAGANA merupakan suatu upaya untuk memberdayakan dan mendayagunakan generasi muda dalam berbagai aspek penanggulangan bencana, khususnya yang berbasis masyarakat.
Keberadaan TAGANA selama ini telah banyak melakukan kegiatan kemanusiaan dalam bencana dan kegiatan kesejahteraan sosial yang akhirnya menjadi salah satu organisasi yang diterima oleh masyarakat.
Selain itu hampir semua anggota TAGANA telah mengikuti pelatihan di bidang penanggulangan bencana dan bidang kesejahteraan sosial, menyebabkannya mampu melaksanakan aneka peranan di bidang penanggulangan bencana..
VISI TAGANA, Menjadikan TAGANA sebagai relawan penanggulangan bencana berbasis masyarakat yang bermartabat dan handal di bidang bantuan sosial. Membekali keahlian yang cukup melalui pendidikan dan pelatihan secara periodik sesuai jenis-jenis bencana.
Meningkatkan inovasi dalam penanggulangan bencana dengan memanfaatkan potensi dilingkungannya. Memberikan pemahaman tugas pokok dan fungsi TAGANA dalam penanggulangan bencana.
Prinsip Penanggulangan Bencana One Command (Satu Komando), One Rule (Satu Aturan) dan One Corps/Unity (Satu Korsa/Unit)
MOTTO TAGANA “We are the first to help and care” (Kami adalah orang pertama yang datang menolong dan merawat). Adapun SLOGAN TAGANA yaitu Sigap Tanggap.
TAGANA melakukan kegiatan pada semua fase siklus bencana tetapi yang utama adalah pada saat sebelum bencana terjadi, yaitu Tahap Kesiapsiagaan (sesuai dengan nomenkaltur Taruna Siaga Bencana).
Kilas balik perjalanan pembentukan TAGANA membutuhkan proses panjang dan berliku, apalagi saat itu Pengurus Pusat Karang Taruna Indonesia yang dipimpin Kang Dody saat itu, tidak menginginkan terbentuknya TAGANA, dengan alasan sudah ada Karang Taruna.
Beberapa pengurus sudah di dekati agar membaikot pembentukan TAGANA di Grand Hotel Lembang Jawa Barat, namun karena nurani untuk tetap lahirnya sebuah satuan tugas yang lain dari biasanya, maka pada malam tgl 23 Maret 2006, kami yang menjadi utusan dari 30 provinsi bertekad menjemput peralatan Tagana dengan berjalan kaki sampai ke Tangkuban Perahu, melalui jalan berliku.
Sejak meninggalkan Hotel Grand Lembang berjalan mengitari perumahan, menelusuri lembah dan saling berpegangan satu sama lain, ternyata hakekat yang di kandung menunjukkan, bahwa kelak dalam perjalanan TAGANA, Anda semua akan mendapat berbagai tantangan, cacian dan pujian, namun dengan berpegangan tangan satu sama lain, akhirnya tibalah di lapangan yang cukup luas.
Setelah memasuki waktu tengah malam, tim bergerak lagi memasuki lokasi Pekuburan dipandu para instruktur. Satu persatu berjalan melalui kuburan. Uji nyali ini harus dilaksanakan dan akhirnya tiba di lereng gunung lalu beristirahat sejenak di sebuah lapangan kecil. Dari sana diangkut dengan truk TNI menuju balai besar untuk berganti kostum biru yang tertulis TAGANA.
Dengan gagah berani, diawali dengan marching band dan kendaraan RTU (Resque Tactical Unit) dengan suara sirine yang meraung-raung, Pasukan TAGANA berbaris masuk kota Lembang dan tiba di Grand Hotel Lembang untuk selanjutnya membacakan DEKLARASI TAGANA LEMBANG.
Pembaca doa saat itu adalah Sdr. TARMIJI dari Aceh dan pembaca Ikrar Deklarasi dipercayakan kepada Penulis dari Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah 17 tahun kiprah perjalanan TAGANA sudah banyak alumni Lembang yang sudah lengser keprabon.
Ada yang mutasi jabatan dan tidak lagi di instansi sosial, ada pula yang sudah berpulang ke-rahmatullah mendahului kami semua, diantaranya Sdr. Marwan dari Sumatera Selatan yang dikenal sebagai Panglima Kawasan Barat, termasuk Sdr. Willeam Gespert dari Kepri, akan tetapi semangat juang tetap berada dalam satu sistim komando, yaitu One Command, One Rule dan One Corps tetap terpateri di dada kami semua.
Perjalanan waktu dari tahun 2016 ke tahun berikutnya, dilakukan lomba-lomba ketangkasan dan keterampilan, menjadikan TAGANA Indonesia semakin berkembang. Pelaksanaan Jambore Tagana yang dilakukan setiap tahun, ketika Direktur dijabat Drs. Andi Hanindito, M.Si termasuk saat apel Akbar di Monas menghadirkan Presiden SBY membuat Tagana makin dikenal di Nusantara.
Mengenang sejarah berdirinya Tagana, Penulis Syakhruddin mengajak kita semua, menaruh hormat serta mengirimkan suratul Al-Fatihah, kepada Bapak Drs. H. Purnomo Sidik, M.Si (Mantan Direktur Bencana Alam Kementerian Sosial), Bapak Sutarso,M.Sw (Dosen dan Tenaga Ahli Bidang Kebencanaan/Pakar Bencana Indonesia, yang berkontribusi besar terhadap lahirnya Tagana Indonesia.
Adalah Andi Hanindito yang ditugaskan untuk belajar di Singapura, Malaysia, Vietnam, beberapa kali ke Amerika Serikat, ke Eropa bahkan sampai ke Uni Sovyet. Hasil pengembaraan dan proses belajar secara mandiri di luar negeri. Dari pelajaran dan pengalaman lapang yang diperoleh, lalu membuat “Pelatihan Relawan Bencana Indonesia
Sebagai Perintis Tagana yang masuk dalam daftar 60 orang di Indonesia, mejadikan orang-orang kunci di masing-masing provinsi. Bersama Bapak Andi Hanindito yang kami beri gelar, “Panglima Tagana Indonesia” mendandani dan membesarkan Tagana Indonesia dengan konsep pemikiran, penanganan bencana pada kondisi sebelum – saat dan sesudah bencana terjadi.
Diakui Panglima Tagana Indonesia, ada tiga hal belum sempat diurus dimasa kepemimpinan sebagai Direktur Bencana Alam yaitu, (1) Sekolah Penanggulangan Bencana Indonesia, (2) Warkop Tagana (Menunya Indomie Tsunami, Kopi banjir, (3) Sistim Penanggulangan Bencana Indonesia.
Karena penanggulangan bencana adalah tanggungjawab kita semua, maka setiap warga negara bertanggungjawab dalam penanganannya, mengingat Indonesia merupakan supermarket bencana.
Dengan kerelawanan di Tagana, hendaknya Pimpinan Tagana di Salemba Raya 28 Jakarta, memikirkan ke depan agar bisa lebih baik lagi, terutama kesejahteraan dan jaminan kesehatan bagi anggotanya. Alhamdulillah, saat ini setiap anggota Tagana telah memiliki NIAT (Nomor Induk Anggota Tagana) dan telah mendapatkan tali asih melalui Bank Mandiri serta memiliki ATM yang berlogo Tagana.
Ditandaskan bahwa Tagana yang dibentuk 24 Maret 2004 di Lembang Jawa Barat, sementara bencana Tsunami terjadi 26 Desember 2004. Bukan berarti Tagana dibentuk karena ada Tsunami, melainkan Tagana sudah lebih dahulu dibentuk, sebelum Tsunami datang, urai Panglima Tagana Indonesia, Drs. Andi Hanindito, M.Si
KINI, Dengan mutasi dan pergantian pejabat di jajaran Kementerian Sosial, juga melahirkan ide-ide cemerlang, seperti ketika di jabat oleh Pak Helmy, para peserta Jambore diwajibkan membawa pakaian khas daerah.
Sehingga dalam pelaksanaan parade masing-masing menampilkan ciri khas daerahnya, kegiatan berlanjut saat dijabat Margowiyono dengan titik utama program Kampung Siaga Bencana (KSB) dan peningkatan kapasitas Tagana Masuk Sekolah.
Ketika dijabat jabatan Diektur PSBKA dijabat Bapak Syafei Nasution melakukan MoU dengan Kopasus dalam penanggulangan bencana. Ini juga bermakna bahwa kelak menjadi Tagana sebagai mitra dan cadangan nasional yang dapat digerakkan dalam kondisi darurat.
Saat ini melalui anggaran APBN dan APBD giat melakukan pengembangan Kampung Siaga Bencana, Tagana Masuk Sekolah dan peningkatan kapasitas Tagana, dari Tagana Muda, Tagana Madya dan Tagana Utama, seiring dengan semakin banyaknya varian bencana dan antipasi munculnya berbagai jenis kebencanaan.
Kondisi Mendatang – Ke depan Tagana bukan lagi sebagai pelaksana lapang akan tetapi diharapkan mampu lebih meningkat kapasitas diri menjadi seorang “Manajer Bencana di Lapangan” Karena itu, setiap anggota Tagana harus mengikuti ujian sertifikasi yang dilaksanakan Lembaga Pendidikan, Penelitian dan Penyuluh Sosial Kementerian Sosial RI.
Kerjasama dengan lintas sektor terus dibangun, selain dengan Palang Merah Indonesia, SAR, Pramuka dan BNPB yang secara simultan telah melakukan kerjasama, pembagian tugas dalam bentuk klaster penanganan korban bencana, sehingga koordinasi antar sektor dapat terpantau.
Ke depan, bukan lagi Tagana Masuk Sekolah (TMS) akan tetapi kita mengimpikan TMK (Tagana Masuk Kampus) dan itu sudah dirintis oleh Penulis bersama Mukhlis Moed dengan membuat Tagana Kompi Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN) Makassar yang telah diresmikan oleh Wakil Rektor III, DR. Andi Darussalam Jamaluddin.
Pelantikan disaksikan Prof. DR H. Syahabuddin, M.Ag Kepala Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyuluh Sosial Kementerian Sosial yang juga merupakan alumni IAIN Alauddin Makassar, pada hari Jumat 19 Maret 2021, bersamaan dengan diresmikannya Tol Layang Pettarani Makassar oleh Menteri PUPR atas nama Presiden Joko Widodo.
Secara nasional peringatan HUT dan Jambore Tagana ke-17 tahun 2021, akan diperingati Pantai Timur Kabupaten Pangandaran pada tanggal 31 Maret 2021 dengan tema Sinergi bersama Multipihak, dihadiri Menteri Sosial RI, perwakilan atlet Tagana serta Pembina Tagana se-Indonesia, ditengah suasana Pandemi Copid–19, selamat berulang tahun ke-17 dan Dirgahayu Tagana Indonesia, semangat pagi.
Makassar, 24 Maret 2012
Penulis adalah Perintis Tagana Indonesia Dari Provinsi Sulawesi Selatan, Drs. H.Syakhruddin. DN, M.Si –Dosen LB pada UIN Alauddin Makassar (Silakan di share bila bermanfaat)