
SYAKHRUDDIN.COM, MAKASSAR, Peristiwa bencana alam banjir banding di Kabupaten Luwu Utara (Masamba), Senin 13 Juli 2020 telah menyingkap tabir pembinaan Tagana di masing-masing kab/kota di Provinsi Sulawesi Selatan.
Kehadiran Tagana di lokasi bencana, datang dengan peralatan lengkap mulai dari Dumlap, Mobil RTU dan personil Tagana yang selalu siap bekerja 1 x 24 jam di lokasi bencana.
Akan tetapi ada juga yang datang, dengan membawa mobil Rescue saja bersama bantuan yang dikumpul dari masyarakat, itu untuk membawa bantuan, harus merengek dan sedikit memaksa kepada kepala dinas atau pemegang kendaraan, untuk dipinjamkan mobil RTU-nya.
Adapula yang terjadi di salah satu daerah, saking semangatnya ingin membantu, namun tidak ada perintah dari sang kadis maupun kabidnya dengan alasan tidak ada anggaran operasional.
Sehingga Tagana hanya membuka posko lapangan, itupun tidak di depan kantor melainkan di salah satu ruko, dengan menggerakkan potensi TAGANA, partisipasi dari warga yang mau menyumbang dapat terkumpul dengan baik.
Tulisan kali ini, lebih khusus kami paparkan setelah bincang lepas dengan utusan Tagana Kabupaten Bantaeng yang anggotanya berposko pada Dumlap Luwu Timur di Desa Baloli Masamba.
Ternyata dari penuturan personil yang ada di lokasi bencana, bahwa kehadirannya ke lokasi atas inisiatif kawan-kawan Tagana, yang memiliki perhatian yang begitu tinggi, sehingga bantuan yang terkumpul harus segera dibawah ke lokasi bencana.
Sang inisiator harus merengek bahkan sedikit memaksa, agar mobil Rescue Tactical Unit (RTU) atau lazim disebut Mobil Renjer, bisa dipergunakan untuk membawa Tagana dan bantuan ke lokasi bencana.
Pihak Dinas Sosial setempat, sepertinya agak segan memberikan untuk dipakai ke lokasi bencana, bahkan untuk bahan bakar dan perjalanan ke lokasi, harus merogoh dari kantong masing-masing anggota Tagana untuk membiaya perjalanan pergi dan pulang, hal ini sungguh sangat ironis.
Padahal dalam aturan anggaran, tentu masing-masing kab/kota berbeda, tetapi paling tidak, harus tersedia biaya pengerahan Tagana ke lokasi bencana, minimal untuk tanggap darurat dapat disiapkan.
Mendengar penuturan Sdr. Asrul, Tagana Khusus dari Bantaeng, tentu hal ini bukan untuk mencari siapa kambing hitam, akan tetapi kepekaan rekan-rekan di Dinas Sosial perlu ditumbuhkembangkan.
Betapa Tagana yang sering kita anggap sebagai relawan sejati, mau membantu Dinas, dengan segenap jiwa raganya, masih harus mengeluarkan uang priibadinya untuk membayar ongkos bahan bakar ke lokasi bencana, sungguh terlalu kata penyanyi Rhoma Irama.
Demikian halnya dengan truk pengangkut personil, yang ditempatkan di Kabupaten Bantaeng oleh Kementerian Sosial.
Ketika pimpinan di jabat oleh Bapak Syahrul Bayan, kendaraan itu dengan leluasa digunakan Tagana untuk kepentingan operasi pemberian bantuan, dewasa ini, seperti merupakan barang langkah untuk dipergunakan Tagana.
Sementara untuk kegiatan dipakai organisasi sosial diluar Tagana, maka dengan lincahnya pihak Dinas meminjamkan, barangkali hal ini, perlu kita duduk bersama, agar pihak Dinas Sosial tidak memandang Tagana sebagai anak tiri, atau pihak Dinas Sosial Provinsi menarik ke provinsi saja agar bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Sekarang pertanyaannya ??? Kenapa peralatan bencana itu hadir di kab/kota, baik itu Dapur Umum lapangan, Truk pengangkut personil, Motor resque maupun RTU. Hal itu, karena ada personil Tagana, mengingat kemampuan pejabat Dinsos setempat tentu sangat terbatas.
Oleh sebab itu, apa yang menjadi uneg-uneg adik-adik Tagana di lokasi bencana di Masamba dan diangkat dalam tulisan ini, merupakan sebuah catatan kecil untuk para kepala dinas sosial di kab/kota, agar dapat bersinergi di Tagana dan tidak mengaangap Tagana sebagai insan yang menghambat jalannya operasional penanganan bantuan.
Demikian halnya dengan Tagana, bahwa kedudukan anda semua adalah relawan, tidak berhak mencampuri urusan kedinasan, karena itu juga merupakan hak prerogatif Sang Kadis untuk mengopersional anggarannya.
Hanya saja, sebagai seorang pemimpin yang bijak,tentunya secara arif dan bijaksana, membina pilar-pilar partisipan yang sejak dahulu di bina, mulai dari Karang Taruna, PSM, TKSK, Tagana dan Pendamping PKH serta Orsos lainnya.
Kekuatan yang ada ini, jangan dibiarkan berjalan sendiri, tetapi rangkullah sebagai suatu kesatuan pengerak penanganan permasalahan sosial di daerah, sekaligus menjadi pilar dukungan yang terdepan, manakala ada bencana di luar daerah.
Secara otomatis peralatan itu dibebaskan untuk dipergunakan dan bukan untuk dipakai pamer berbelanja ke pasar atau hanya di pakai kepala dinas untuk kepentingan pribadi. Di saat bencana terjadi, mobil tersebut tiba-tiba rusak dan berbagai alasan sehingga tidak bisa di pakai ke lokasi bencana, wallahu alam bissawab (Makassar 23.07.2020)