Nuraeni Dg Intang, guru honorer yang mengabdi selama 10 tahun di Mis Muhammadiyah Annasappu Desa Bontobiraeng Selatan Kec. Bontonompo – Gowa.
Terkesima setelah tim relawan Tagana, Minggu (5/3) pamit usai menyelesaikan pembangunan rumah permanen ukuran 8×7 meter terdiri dari tiga kamar, dikerjakan selama dua hari, melibatkan 70 orang anggota Tagana dan para relawan Sulawesi Selatan.
Warga di sekitar rumahnya juga kaget, karena tak pernah menyangka, ibu guru honorer yang tinggal di rumah reot dengan gaji Rp 250 ribu per bulan, mampu memiliki rumah permanen, dibangun Tagana Sulsel hanya dalam jangka waktu dua hari.
Menurut tetangganya, dalam dialek Bahasa Makassar, ” Ikau anne Intang, manassa na jappuki malaikat ulungnu”
“Kamu ini Intang, laksana mendapat rahmat, bagaikan orang yang mendapatkan bantuan malaikat, tutur tetangganya.
Demikian halnya dengan Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Tsanawiyah Muhammadiyah Annasappu, mengatakan,
“Luar biasa ini Tagana, datang bawa bahan bangunan, bawa dapur umum, kerja rumah tanpa digaji, masya allah, terima kasih, Tagana Indonesia.
Rasa syukur Nuraeni, terlihat dari wajahnya yang sumringah, walau kadang menyeka air mata bahagianya.
“Saya sangat bersyukur, karen selama ini orang yg tidak pernah melihat saya di pondok reot ini, sekarang sudah dating, tuturnya”
Terlebih lagi, warga ramai-ramai makan disini, melalui Dapur Umum Tagana,
bahkan tadi malam, sisa nasi yang sudah dimasak Tagana, dibagikan satu kampung,
Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah, tutur Ibu Nuraeni yg merupakan alumni Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar tahun 2015.
Nuraeni Dg Ngintang dan tiga orang anaknya, masing-masing, Nurul Arifah Aulia, Nurul Wahyu Ramadhani dan si bungsu Muhammad Zainal Arifin.
Anak sulung Nuraeni, Nurul demikian biasa disapa, sudah tamat SMK, berminat melanjutkan kuliah, namun tak mampu bayar uang kuliah.
Sekali waktu, Nurul pernah mencari tanah pembagian warisan dari saudara ayahnya.
Tapi jawaban om-nya, orang tuanya sudah menjual tanah pembagiannya, pada saat sakit dahulu. Nurul menangissejadi-jadinya dan mengurung diri, harapan menjual tanah untuk biaya kuliah kandas di tengah jalan.
Adik kandung Nurul, bernama Nurul Wahyu Ramadhani sekolah di SMA di Mamuju, anak kedua Dg Ngintang terpaksa ikut tantenya, agar bisa ikut sekolah di SMA Negeri di Mamuju.
Hanya si bungsu, Muh Zainuk Arifin yang selalu menemani ibundanya tinggal di rumah reot bahkan nyaris runtuh.
Kesabaran Nuraeni menjalani hidup dilalui dengan tabah, atap rumahnya yg bocor si waktu hujan, di tutupi dengan spanduk bekas.
Sejak kematian suaminya dua tahun lalu akibat penyakit TBC, Nuraeni Dg Ngintang selalu mengurung diri.
Suatu ketika hujan lebat, rumahnya yg berlantai tanah penuh air.
Nuraeni lalu berdoa, “Ya Allah, angkatlah derajat anak-anakku dan berikanlah kami rumah yg layak huni, ucapnya dalam doa.
Minggu 4 Maret 2018, Nuraeni benar-benar memiliki rumah permanen dengan konstruksi batu bata dan atap seng, tanpa mengeluarkan uang biaya pembangunan.
Selamat buat Ibu Nuraeni, dan rumah ini saya persembahkan untuk ditempati bersama anak-anak, selanjutnya kami pamit kembali ke Makasaar melanjutkan pengabdian di lokasi yang berbeda.
Tutur Muhammad Hasbi Daeng Beta Dari Dinsos Prov. Sulsel sekaligus mewakili rekan-rekan Tagana dan relawan yang hadir memberikan dukungan dalam penyelesaian pembangunan rumah Ibu Guru Nuraeni di Dusun Kacci-Kacci Desa Bontobiraeng Selatan Kec.Bontonompo Kab Gowa (syakhruddin)