
Kanda, kantor saya mendapatkan lima mobil dari kantor induk, horeee… berita gembira itu disampaikan Dyah (nama samaran) melalui pesan singkat. Jadi, bagaimana Kanda. Apa yang mesti saya berikan sebagai ucapan terima kasih. Sejenak berfikir : Oh ya, bagaimana kalau dasi sutera dari Makassar, Dyah bersorak kegirangan. Itu langkah Kanda, apalagi disini pusatnya souvenir, jadi perlu sesuatu yang unik. Sambil berseloroh, saya tawarkan, “Bagaimana kalau Koteka ??? dan pecahlah tawa yang terdengar di ujung telepon.
Memang memberi sesuatu sebagai ungkapan terima kasih, terkadang tak perlu mahal-mahal, tapi sesuatu yang dirasakan dan menjadi kebutuhan orang yang akan menerima. Contohnya itu tadi, “ingin memakai dasi dari bahan sutera yang di beli di Toko Ole-Ole di Makassar, tapi syaratnya datang ke Makassar ya, hehehe… sambil terkekeh.
Dewasa ini memang hal-hal demikian kadang menjadi perhatian, bila hal unik dipakai di suatu daerah. Seperti kalu di Makassar pakai blankon pasti mendapat julukan “Mas-Daeng” atau memakai busana khas dari Padang di Sumatera Barat. Bisa bergelar menjadi “Datuk-Daeng”
Ada seloroh dari sobat saya dari Padang. Konon katanya, kalau seseorang lelaki dari Padang akan merantau, Ninik-Mamak akan menitip pesan, Dari ceritera konyol yang dibawakan dengan lagak serius, teman saya bertutur seperti ini.
Ada limo pesan Bundo sebelum marantau : Nang Petamo (yang pertama), Carilah Induk Semang yang romantis. Jangan salah kaprah, Romantis itu artinya rokok-makan gratis, Nang Keduo (yang kedua) : Harus Pandai Basilo (harus mahir bersilat untuk jaga diri) dan Kotigo (yang ketiga) Sholat jangan lupo, hal-hal diatas memang terkesan pragmatis.
Akan tetapi tambahan pesan yang kurang diterima rekan saya dari Padang. Katanyo – Nang Koompat (yang keempat), Jangan mengganggu bini orang kecuali Suko Sama Suko dan Nang Kelimo (ke lima), “Jangan mencilok (mencuri) kecuali “Tapakso” (terpaksa).
Akh, ngga ada itu, tutur Muhammad Hendrik, sobat lama penulis yang sekarang menjadi petugas Masjid Al-Muawanah Sosial. Nah, bagaimana dengan “Dasi Makassar” tentunya jauh lebih bijak, bila Anda datang untuk memilih dan memilah, apalagi sekarang Makassar sudah memiliki walikota baru dengan program utamanya, “Makassar-Ta Tidak Rantasa (MTR) yang artinya Makassar Tidak Kumuh.
Selain itu, destanasi wisata terus dikembangkan, terlebih lagi Wapresnya dari Sulsel, maka konsepnya kini harus di tambah, “Anda ingin puas ??? Datanglah ke Kota Makassar,” Salamaki