Untung tak dapat diraih, malang tak dapat di tolak, demikian pepatah lama yang patut ditujukan kepada Ananda Muh.Natsir Bin Kasim Barata, anak kedua dari empat bersaudara merupakan adik ipar dari Ananda Syawal Agus Sentosa alias Agus. Muh.Natsir (29 tahun) alumni Universitas Brawijaya Malang Jawa Timur.
Sempat bekerja di salah satu pabrik chip handphone di Surabaya bahkan isterinya juga orang Surabaya. Almarhum sempat sakit dan hasil diagnose dokter mengatakan mengidap penyakit malaria dan komplikasi lever.
Saat penyakit Natsir makin akut, pihak perusahaan memberhentikan dari pekerjaan, selanjutnya Natsir dibawa kedua orang tuanya ke Makassar dan berobat di Rumah Sakit Akademis Makassar.
Berkat perawatan dokter yang instensif, akhirnya Natsir sembuh, isterinya beserta anaknya menyusul ke Makassar. Pasca sakit, Natsir tak lagi bekerja, dia tinggal bersama isteri dan anaknya di rumah orang tuanya di kawasan Perumahan BTN Minasa Upa Blok M.13 Makassar.
Suatu hari, isterinya mengusulkan untuk kembali ke Surabaya dengan alasan rindu pada ibunya, Natsipun mengizinkan dan ayahbundanya membelikan tiket pulang ke Surabaya bersama cucunya. Sejak kepergian isterinya, Natsir banyak mengurung diri di kamar, menghindari berbicara kepada orang, kecuali kepada ibunya sendiri.
Kehidupan Natsir dan fasilitas yang dimiliki orang tuanya terbilang lumayan, tidur di kamar ber AC dan sarana hiburan yang tersedia di kamarnya di lantai dua memberi kenyamanan, akan tetapi hari demi hari, Muh. Natsir jarang bicara, kadang kalau dipanggil makan, seakan malas meninggalkan kamar dan lebih banyak berdiam diri.
Kakaknya Arfani, isteri Syawal Agus Sentosa mensinyalir kalau adiknya seperti mengalami “defresi berat”.Hingga suatu hari, tepatnya pada Hari Rabu 11 Juni 2014 sekitar Pukul 16.00 Wita, minta izin keluar rumah. Ibunya tanpa menaruh curiga memberi izin keluar, pertimbangan supaya bisa beradaptasi dengan dunia luar.
Hingga keesokan harinya, Natsir tidak pulang kerumah, lebih ironis lagi HP miliknya tidak dibawa serta.Pihak keluarga dan sanak famili sibuk mencari kebergai rumah sakit, melaporkan ke Kantor Polisi terekat dan memasang info orang hilang di jejaring sosial. Berita hilangnya Ananda Muh. Natsir telah tersebar di dunia maya termasuk laporan ke pihak kepolisian.
Menjelang Pukul 02.00 dinihari di hari Kamis 12 Juni 2014, datanglah dua orang petugas dari Polsek Tamalate ke rumah kediaman Agus di Kompleks PLN di Minasa Upa Makassar.
Kedua petugas mengetuk pintu rumah lalu masuk ke ruang tamu, selanjutnya melaporkan tentang penemuan jenazah di Danau Tanjung Bunga, tempat dimana biasa dilakukan latihan lomba dayung.
Dari tanda-tanda yang ditunjukkan pihak Polisi menunjukkan ada kesamaan ciri dengan Ananda Muh.Natsir, selain itu pihak petugas juga melaporkan bahwa korban ditemukan mengapung di Danau Tanjung Bunga oleh seorang penjala ikan. Sementara sepeda motor bebek yang digunakan almarhum sudah diamankan di Kantor Polsek Tamalate.
Menurut penuturan petugas, korban kini sudah ada di ruang jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Sontak malam itu, kami semua bergerak, sebagian ada yang mempersiapkan kedatangan jenazah yang lain mengurusi korban di rumah sakit Bhayangkara. Penulis yang merupakan ayah dari suami Arfani, segera bersama keluarga menuju ruang jenazah di RS. Bhayangkara.
Piket jaga di kamar jenazah memperlihatkan kepada kami, ternyata benar. Jenazah yang terbujur kaku adalah Muh. Natsir Bin Kasim Barata. Almarhum ditemukan dengan kondisi tubuh yang mengambang di Danau Tanjung Bunga, wajahnya mengeluarkan darah dari mulut dan kondisi tubuh membesar akibat banyak minum air danau.
Korban sudah berada dalam lemari jenazah dengan kantong mayat berwarna kuning.Pihak petugas di RS. Bhayangkara mengarahkan kami untuk menghubungi Kapolsek Tamalate yang berada di Kawasan Tanjung Merdeka.
Kami segera ke Kantor Polsek Tamalate untuk mendapatkan surat keterangan berupa hasil penemuan mayat dan selanjutnya meminta untuk tidak usaha di otopsi.
Setelah surat permohonan di tangan, kami bergerak cepat ke ruang jenazah. Kemudian membayar biaya operasional untuk pembersihan mayat serta biaya angkutan berupa ambulans Polisi.
Menjelang adzan subuh, jenazah berhasil dibawa ke rumah duka di BTN. Minasa Upa Blok M 13 Makassar yang disambut isak tangis oleh kedua orang tua dan adik-adiknya.
Alhamdulillah, berkat dukungan dan bantuan dari segenap sanak famili, keluarga dan handai tolan, jenazah segera dimandikan, dikafani dan persiapan menuju Masjid Darul Falah di Kompleks BTN Minasa Upa Makassar.
Usia sholat Jumat berjamaah, jenazah di angkut ke depan mihrab dan di sholati oleh para jamaah Masjid Darul Falah, kemudian diantar menuju tempat peristirahatan yang terakhir di Pekuburan keluarga di Makkio Baji Jalan Emmy Saelan Makassar yang dikoordinir oleh Daeng Ngemba, pemilik lahan kuburan dan sekaligus penjaga disana.
Selama tiga hari berturut–turut dilakukan kegiatan takziyah (penghiburan bagi keluarga) di mulai Sabtu malam, 14 Juni 2014 dengan penceramah masing-masing, Drs.H.Muhammad Nasir, Drs.H.Ashar Tamanggong dan Ustaz Ridwan Sese, S.Ag di malam ketiga.
Segenap keluarga dan sanak famili, baik dari Wajo maupun dari Bulukumba yang hadir pada acara takziyah menyatakan ikhlas menerima ketentuan dari Allah SWT, seraya membacakan ummul kitab, “Al-Fatihah” mengiringi kepergian Ananda Muhammad Natsir (29 thn ), serya mengucapkan, Innalillahi wa inna Ilahi rajiun.