Suasana di rumah kediaman pribadi di Jalan Andi Tonro I No. 6 Makassar, Minggu 8 Desember 2013 menjadi meriah. Betapa tidak, para alumni dari Sekolah Menengah Tehnologi Kerumahtanggan (SMTK) dan Alumni Sekolah Kepandaian Keputrian Atas (SKKA) yang beralamt di Jalan Mongisidi Makassar bertemu dalam suatu kegiatan yang disesebut dengan Arisan Alumni.
Setelah bertemu pandang,ternyata sebahagian besar adalah adik-adik Penulis, yang dahulu ketika masih memakai putih abu-abu ikut berlatih dalam kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) dan Korps Sukarela (KSR). Akibatnya ramailah suasana sukacita dan nostalgia masa sekolah. Kini mereka sudah menjadi ibu-ibu, ada yang bercucu.
Ada yang sudah janda bahkan ada pula yang sudah siap menjadi wakil rakyat dan mengharapkan bantuan serta dukungan suara untuk duduk di DPRD Kota Makassar, sebuah impian yang kini akan diperjuangkannya dan menjadikan Makassar sebagai sebuah “Kota Dunia” sebagaimana yang sering digembar-gemborkan Walikota A.Ilham Arif Sirajuddin.
Terlepas dari semua itu, ada suatu hal yang patut dicatat, bahwa apapun ilmu pengetahuan yang pernah diberikan secara tulus kepada seseorang, maka akan tetap dikenang sepanjang perjalanan hidupnya.
Kita tak mengenal istilah “Mantan Guru”, tapi ucapan yang takzim adalah “Guruku” Guru adalah akronim yang digugu dan yang ditiru, makanya seorang guru adalah peletak dasar dalam pembangunan mental bangsa yang peranannya amat fundamental.
Dari tangan seorang guru yang ikhlas, kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan, dan kepada Gurulah kita selalu memberikan penghargaan sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Suasana makin meriah, apalagi dengan suguhan pola prasmanan dan sejumlah penganan yang dinikmati dengan santai, sembari bercengkrama diantara para alumni, yang sekarang tersebar diberbagai profesi.
Ada yang jadi Dosen, Pengusaha, Ibu rumah tangga dan pegawai diberbagai Instansi, intinya tatanan kehidupannya sudah berada diatas rata-rata, sehingga suasana masa lalu ketika di SMTK/SKKA menjadi bahan ulasan dan kenangan lama” sebagaimana ungkapan “Terbuang sayang terulas kembali”.
Usai kegiatan pertemuan alumni, kami melanjutkan perjalanan untuk kegiatan yang sama, hanya saja lokasinya di luar kota, tepatnya di Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
Kendaraan Ertiga yang kami pergunakan melaju diatas lintasan jalan dan tiba dengan selamat ditempat tujuan. Akan tetapi dalam perjalanan kembali ke Makassar.
Penulis menyaksikan di sekitar perbatasn Gowa-Makassar, sejumlah pengendara harus menepi dan melakukan pemantauan kearah jembatan kembar Sungguminasa. Kami bertanya dalam hati, ada apa gerangan mereka meminggirkan kendaraannya.
Ternyata mereka itu adalah para pengendara yang surat-surat kendaraannya tidak lengkap dan menghindari razia yang saat ini terus berlangsung hingga menjelang tahun baru 1 Januari 2014.
Pertanyaannya, kenapa masih banyak pengendara yang belum melengkapi surat–surat kendaraannya, kenapa kita masih senang melanggar dan mengapa mereka tak sanggup untuk melengkapinya, itu terpulang kepada masing-masing pribadi;
Karena itu selalu saja diingatkan oleh para bijak bestari, “Jangan terbang kalau belum lengkap sayapmu” dan jangan mengemudi bilamana surat-surat pendukungmu belum ada.
Di era kekinian yang sudah mulai amburadul, dimana hukum saja dapat dibeli, pelanggaran berada di depan mata dan semua tatanan sekarang mengalami degradasi, negara yang kita cintai juga disadap oleh negara lain.
Kita bagaikan bui di lautan, akibatnya Negaraku Indonesia yang dibangun diatas pengorbanan kusuma bangsa, menangis menyaksikan anak-anak zaman yang tak mampu mengisi kemerdekaan yang sudah diraihnya dengan linangan darah, menyabung nyawa dan segala penderitaan yang dilaluinya.
Kita sangat berharap nantinya, semoga dengan momentum Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) tanggal 20 Desember 2013 mendatang yang acara puncaknya dimundurkan sehari karena pertimbangan waktu.
Sehingga akan dilaksanakan pada Hari Sabtu, 21 Desember 2013 di lapangan Karebosi Makassar yang dirangkaikan dengan pembayaran Tali Asih Tagana.