Pagandeng Gangang (Penjual sayur) dari Gowa, mereka bergerak dari rumahnya sekitar pukul dua dinihari, tujuannya ke Pasar Pa’Baeng-Baeng di Makassar, untuk menjajakan sayur-mayur kepada langganan dan pembeli di pagi hari.
Di kalangan warga lazim di sebut “Pagandeng Gangang“ atau penjual sayur. Pasar sayuran yang akrab di telinga masyarakat kota, seperti Pasar Pa’Baeng-Baeng, Pasar Terong ataupun Pasar Kalimbu.
Perjalanan dari daerah Gowa ke Makassar menjelang subuh itu, ada yang singgah di masjid untuk menunaikan sholat subuh berjamaah, tapi tak jarang ada pula yang langsung ke pasar menemui pembelinya.
Di dalam kitab suci Al-Quranditegaskan, sesungguhnya sholat sunat subuh dua rakaat, lebih baik dari pada dunia beserta isinya, hanya saja belum semua hamba, mau dan mampu melaksanakan tujuan hidup yang hakiki.
Di sisi lain, para olahragawan dan pencinta lari pagi (jogging) juga memenuhi kawasan Pantai Losari Makassar, berlari-lari kecil sembari menghirup udara pagi dan angin laut yang menerpa kawasan losari, sebagai ikon Kota Makassar dan kini terus bergerak maju menuju Kota Dunia.
Ada 10 pasang bakal calon (balon) walikota Makassar periode 2014-2019 tengah berkompetisi mencari simpati warga, berbagai progam di tawarkan, mulai dari listrik gratis, pendidikan gratis hingga mobil sampah gratis.
Tawaran pengadaan 500 mobil sampah gratis oleh tim pemenangan NOAH (None-Busrah Abdullah) adik kandung Gubernur Syahrul Yasin Limpo, dengan tagline “No Fear” atau jangan takut, tentu sebuah pilihan cerdas.
Karena untuk menuju Kota Dunia maka Makassar harus bersih, yaitu bersih dari sampah, bersih dari penyelewenangan alias korupsi dan tentunya bersih dari suasana pasar pagi yang tidak tertib.
Kita memimpikan Makassar, sebagai bandar niaga di timur yang memiliki bangunan mol yang menjulang tinggi, tanpa melupakan pasar pagi dengan segala kebersahajaannya.
Dalam suasana pagi yang syahdu, sembari pembeli dan penjual sedang bertransaksi di pagi buta, kemudian beranjak pagi dan suasana kotapun mulai menggeliat.
Angkutan umum pete-pete merambah kota dan kendaraan pribadi dari berbagai merek menghiasi Kotaku Makassar, Kota para daeng yang kini mulai masjhur dengan kota demo bagi mahasiswanya, sebuah julukan yang kurang menguntungkan bagi masa depan anak bangsa.
Sejenak bayangan kota-kota besar mulai membayang di pelupuk mata, nun jauh disana ada seseorang yang dengan penuh cinta kasih membangun kotanya, setelah melalui pemekaran dan keputusan politik dari para tokoh-tokohnya yang perpengaruh.
Membangun sebuah kota baru, tentu semua masih harus prihatin, dibutuhkan orang-orang yang punya komitmen tinggi, bertumpu pada landasan perencanaan yg sudah disusun, akan tetapi pasar tradisional dengan suasana pasar paginya.
Tetap harus di pertahankan, karena di pasar pagi itulah, senandung perjuangan dari pedagang kecil, membuat penjual dan pembeli larut dalam proses tawar menawar yang jitu.
Pesan bijak selalu terngiang indah, “Kalah membeli, menang memakai”sebuah ungkapan yang selalu membuat kita cerdas, sebagaimana tagline dari tabloid kesayangan kita, orang cerdas pasti baca “Tabloid Bawakaraeng”
Pedagang sayur (Pagandeng Gangang) kini sudah mahir berjualan, tentu sudah cerdas dalam berhitung. Karena jasanya yang begitu banyak untuk pemenuhan sayur-mayur di Makassar, maka kepada Pagandeng Gangang pun, kita wajib mengucapkan minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin, salamaki.