SYAKHRUDDINNEWS.COM – Secara kebetulan, kami duduk bersama di Warkop Tuan Guru, Jalan Muhammad Tahir No. 1, Makassar, Kamis pagi, 5 Desember 2024, Sambil menikmati secangkir kopi, obrolan ringan pun mengalir. Pandawa II, H. Masmuh, membuka percakapan dengan bertanya, “Tinggal di mana ki?”
“Saya tinggal di Jalan Kelinci, tapi yang jalannya lurus masuk menuju Kompleks Asrama Palopo,” jawab saya.
Seperti gayung bersambut, Pak Masmuh bertanya lagi, “Sebelah mananya lapangan tenis? Karena dulu saya sering main tenis di dalam kompleks itu, beberapa tahun silam.”
“Oh, saya waktu kecil sering menjaga bola sebelum berangkat sekolah,” jawabnya sambil tersenyum.
“Siapa nama ta?” tanya beliau lagi.
“Saya, Nurdin Dg Lira, pensiunan PDAM Kota Makassar, sudah delapan tahun lalu,” ujarnya memperkenalkan diri.
Pak Masmuh tampak terkejut. Ia mengenal banyak nama keluarga Palopo yang tinggal di dalam kompleks itu, termasuk Kepala Bank BNI pada masa itu, almarhum Pak Ritonga. Ia juga mengenang Abdul Hadji Dg Kalu, yang pernah menjadi sopir Pak Ritonga.
Obrolan semakin hangat. Saya pun menambahkan bahwa di bagian dalam kompleks itu ada sebuah perkampungan dengan tanah luas yang dihiasi pohon mangga. Dulu, kakak saya, Singara Dg Baji, tinggal di sana bersama anaknya, Sri Insana Idris, yang juga bekerja di PDAM Makassar.
Pak Nurdin tersenyum, lalu meraih tangan saya dan berkata, “Idris Dg Talli almarhum itu kakak ipar saya.”
Kami pun tertawa kecil. Ternyata hubungan keluarga ini kembali terungkap secara kebetulan. Saya adalah adik dari Singara Dg Baji (almarhumah), istri almarhum Idris Dg Talli, Ujar Nurdin Dg Lira.
Percakapan berlanjut ke soal pekerjaan sekarang, mengantar kue ke beberapa warung kopi, termasuk Warkop Tuan Guru, Warkop RS Haji, Warkop 99 Pa’Baeng Baeng, dan hari-hari ke depan, berharap bisa masuk ke Warkop Tetta asuhan Syawal Agus Sentosa Bin Syakhruddin di Jalan Andi Tonro I No. 6, Makassar.
Pak Nurdin kemudian mengingatkan kembali beberapa nama keluarga di Jalan Kakaktua III, seperti Babba Ella, Babba Itung, dan Tata Limpo, yang kini semuanya telah tiada. Saya pun menambahkan cerita tentang Bungko Dg Kebo, Dg Jipa, H. So’na, dan H. Roa, yang juga telah berpulang.
Pak Masmuh lalu berbagi kenangannya saat dulu sering mengunjungi kompleks itu untuk acara keluarga. Ia mengingat suasana rumah yang penuh kebersamaan, anak-anak yang bermain di halaman, dan ibu-ibu yang saling berbagi makanan.
“Dulu, setiap kali ada acara pernikahan atau hajatan di kompleks, semua keluarga dari Palopo saling membantu. Mulai dari memasak hingga mengatur tamu, suasananya selalu hangat,” ujarnya dengan nada penuh nostalgia.
Sementara itu, Saya pun teringat masa kecil, ketika ibu sering membawa berkunjung ke rumah saudara jauh untuk mempererat tali silaturahmi. Di sana, saya diperkenalkan kepada keluarga besar dengan istilah seperti “masih sepupu tiga kali” atau “cucu dari kakek yang sama”.
Kini, era itu telah berganti. Pertemuan keluarga sering kali digantikan oleh sapaan lewat foto di media sosial. Namun, momen seperti ini, ketika kebetulan bertemu dan saling mengenang, tetap menjadi pengingat indah akan arti sebuah keluarga.
Kami menutup pertemuan itu dengan senyuman, saling bertukar kontak, dan janji untuk tetap menjalin silaturahmi, wassalam Syakhruddin Dg Lurang anak dari Bibi Lebang yang pernah tinggal di Kawasan Kompleks Budi Bakti dahulu, Salam !!!