SYAKHRUDDIN.COM – Lama tak pernah muncul ke Masjid Besar Al-Abrar untuk sholat berjamaah, ternyata sang penasehat Al-Abrar, Bapak Letkol Inf (Purn) H. Dawi Dalle, baru saja keluar dari Rumah Sakit Pelamonia Makassar.
Senin pagi 28/7/21 seusai melaksanakan sholat subuh berjamaah, dengan dipimpin Ketua Pengurus Masjid, H.Hilal Kadir,SE mengunjungi rumah kediaman beliau di Kompleks Perwira Kowilhan III di Jalan St Alauddin Makassar.
Mereka yang tergabung didalam rombongan subuh antara lain, Sekretaris Masjid, Imam Lahamuddin Dg Gassing, Pak Kismo, Dian, Suwardi, H. Sujono, Dg Gassing, H.Purnomo Dg Bani, Muh Ilham dan Suhardi Dg Rurung yang mengundang melalui pesan WhatsApp (WA).
Tiba di rumah kediamannya, di ketuk-ketuk pintunya oleh Bendahara Masjid Al-Abrar, DR.H.Purnomo Dg Bani, MM kemudian Ny. Dawie Dalle membukakan pintu rumah dan mempersilakan tamu di subuh hari, untuk menjenguk langsung Bapak Dawie Dalle.
Sejurus kemudian, keluarlah dari kamar dengan menggunakan kursi roda. Ternyata berawal saat menata foto-foto kenangan, tiba-tiba ada figura foto jatuh, lalu mengenai tulang kaki (tungkai) dekat telapak kaki.
Semula menganggap luka itu, hanya luka biasa, selain tidak berdarah juga hanya sekedar menempeli handiplas, lalu berangkat main tenis yang menjadi kegemaran beliau sejak aktif di militer.
Mantan Dandim Mamuju ini, lalu menceriterakan kepada para tamunya, bahwa semula tak ada riwayat “Penyakit Gula” karenanya tidak terlalu pusing dengan kondisi lukanya.
Tetapi hari demi hari dilaluinya, ternyata sulit tidur dan kakinya terasa nyut-nyut setiap malam, bahkan untuk melakukan sholat harus istirahat sampai tiga kali karena menahan sakit.
Akhirnya dibawa ke rumah sakit Grestelina lalu diberikan perban, kembali ke rumah tetapi tidak ada perubahan yang berarti.
Akhirnya diputuskan, untuk kembali berobat di RS Pelamonia, dan hasil analisis, ternyata lukanya menyentuh tulang dan terindikasi ada penyakit gula.
Padahal Pak Dawie selama ini, tak pernah ada riwayat gula, namun laboratoium menunjukkan bahwa kakinya mengalami gangguan luka dan komplikasi gula, sehingga perlu dilakukan operasi segera, itulah yang menjadi topikberita “Luka Membawa Gula”
Dua orang dokter yang menangani, satu ahli tulang dan satu ahli di bidang kadar gula.
Adalah dr. Adrian yang melakukan langkah untuk segera operasi dengan membersihkan kulit kaki yang terdampak luka, selanjutnya di perban dan setiap hari harus diganti, sembari mengukur tingkat gula dan kondisi penyakit pascaoperasi.
Setelah terlihat kondisi fisik agak lumayan, disarankan untuk dirawat di rumah, mengingat di rumah sakit sulit untuk dijenguk, apalagi RS. Pelamonia termasuk RS rujukan “Covid-19”.
Bertemu dengan jamaah yang datang, nampak Pak Dawie Dalle bersemangat ceritera, saat masa kecil dahulu di kampung hingga bisa tergabung dalam Korps Baret Merah pimpinan Sarwo Edhi.
Diceriterakan masa kecilnya hanya sampai duduk di kelas IV sekolah Dasar, lalu lanjut mengikuti Ujian di SMP.
Ketika masa wajib militer, banyak anggota yang direkrut masuk TNI, ada dari karnet mobil, Aheng mobil, maupun latar belakang lainnya, yang penting masuk Tentara dengan pangkat awal “Prajurit Satu”
Tahun 1962 ketika dilakukan pendaratan oleh Sarwo Edhi di Pulau Samalona, Pak Dawie Dalle terlihat oleh Sarwo Edhi, pandai dalam hal tali temali, sehingga menarik perhatian Sarwo Edhie.
Dari perjalanan kariernya yang cemerlang, kemudian ditepuk-tepuk pundaknya oleh M. Yusuf. Belakangan menjadi anak angkat dan ikut bertemu dan menjadi saksi sejarah, ketika Jenderal M. Yusuf bertemu dengan Kahar Muzakkar.
Ditegaskan, bahwa usia sebenarnya saat ini baru 76 tahun, tapi karena waktu mau masuk militer harus disesuaikan usianya, maka pada tahun 1959 dianggap layak mengikuti pendidikan, sehingga bila dihitung dengan usia di militer, sekarang menjadi 81 tahun, terserah yang mana mau disepakati.tetapi yang pasti usia beliau 76 tahun. dan masih terlihat sangat segar.
Suatu ketika Jenderal M.Yusuf berkunjung ke Markas, dari petugas piket menerima laporan, pasukan lengkap Panglima.
Ternyata Pak Yusuf mengatakan “Apanya yang lengkap” Mana satu orang yang putih orangnya, gagah dan tampan.
Ternyata yang dimaksud sang Jenderal, adalah Letkol Inf. H. Dawie Dalle.
Akhirnya segera dicari, karena ybs sudah menjadi Danku di salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Kompi dalam kapasitasnya sebagai Komandan Kompi.
Waktu menjelang pagi, sebagian diantara tamu sudah gelisah untuk pulang dan akan pergi bekerja, berbeda dengan kami yang rata-rata sudah purna tugas, tenang-tenang saja mendengar ceritera beliau.
Akhirnya Pak Dawie harus terhenti sejenak dan pertemuan ke depan akan dilanjutkan, ketika akan mendapatkan pujaan hatinya, yang dulu sekolah di SPG di Jalan Monginsidi Makassar.
Sang pendamping yang kini bergelar prof, tak pernah menyangka akan dilamar oleh Pak Dawie, karena menurut ceritera singkat Ibu Prof. beliau juga ada cewenya, tapi begitulah jodoh.
Bagaimana kisah selanjutnya, nantikan pada episode berikutnya, salam.
Makassar 27 Juni 2021