SYAKHRUDDIN.COM – Dari awal tidak berminat untuk mengikuti program vaksinasi yang dilakukan oleh Pemerintah. Apalagi dengan pemberitaan hoaks yang menghiasi media sosial, membuat untuk mengurungkan diri.
Di Kampus UIN Alauddin, ketika dilaksanakan vaksinasi kepada para dosen, karyawan dan pensiunan, Penulis sengaja pulang duluan dengan alasan ada kegiatan di rumah.
Sementara banyak juga dosen yang sengaja menghindar dari kegiatan vaksinasi, ada pula dengan alasan tekanan darah tinggi dan lain-lain.
Di Organisasi para Lanjut Usia, tepatnya di LLI (Lembaga Lanjut Usia) Sulawesi Selatan, oleh Ketua LLI H. Abidin Maenong, memberikan keyakinan.
“Jangan takut di vaksin, tidak ada apa-apa”
“Jangan percaya hoaks yang beredar di media Facebook dan WA, datangi saja Puskesmas setempat, katanya meyakinkan.
Akhirnya pada hari Selasa 30 Maret 2021, dengan sikap percaya diri, mendatangi Puskesmas Jongaya yang letaknya 100 meter dari rumah kediaman, lalu mendaftarkan diri dengan nomor urut 35A.
Di ruang tunggu pemeriksaan, bertemu dengan para Pengurus Masjid Al-Abrar yang kelihatan segar bugar dan termasuk kaum milineal yang siap vaksin.
Sejumlah Ketua ORT Kelurahan Pa’Baeng-Baeng, diantaranya Pak Said Ketua ORT 002/ ORW 08 yang tergolong dalam kelompok Kolonial.
Disana ada Imam Kelurahan Pa’Baeng-Baeng Syamsuddin, ada pula Imam II Masjid Al-Abrar, Abd. Haris Dg Lanti, Ada Suhardi Dg Rurung yang didapuk sebagai Humas Al-Abrar dan Ketua Remaja Masjid Al-Abrar dan Pengurus Masjid Al-Muraqabah.
Salah seorang anggota pengurus Masjid al-Muraqabah, terlihat pucat pasi saat keluar dari ruang pemeriksaan.
Ternyata tensinya mencapai 200/90, akibatnya oleh dokter menyuruh istirahat di ruang tunggu dan menjadi sasaran bully dari pengurus lainnya.
Ada yang membully lalu bertutur “Jai dudui jangan barasanji na”
Ada pula yang mengolok-olok, tadi dia lihat mungkar akan mencabut nyawanya, jadi kaget.
Yang lebih seru, adalah suruh pulang dulu, masuk kamar dan ketemu Mama-nya anak-anak, lalu keluarkan tensinya sedikit, ada ada saja.
Yang menjadi sasaran bully, tenang – tenang saja sembari meneguk air mineral yang sudah dibelikan oleh rekannya.
Setelah istirahat minum dan kembali ke ruang pemeriksaan, akhirnya dapat di vaksin karena tensinya menunjukkan 160/100 masih dinyatakan standar untuk di vaksinasi Copid-19.
Tibalah giliran Penulis, setelah di ukur tensi, ternyata menunjukkan angka 170/100, akhirnya di suruh ke ruang tunggu untuk istirahat.
Beruntung yang lain sudah kembali semua, tinggal Ketua Remaja Masjid Al-Abrar yang menunggu kartunya dibuat.
Setelah 30 menit menuggu, kembali memasuki ruang pemeriksaan dan ternyata normal serta layak untuk di vaksin.
Alhamdulillah, tepat Pukul 11.45 wita pada penanggalan Selasa 30 Maret 2021 vaksinasi copid-19 berhasil dilaksanakan dan diperintahkan kembali pada hari Selasa 27 April 2021. Ini sedikit lebih lama karena faktor usia, 64 tahun.
Petugas yang membaca keterangan di KTP dan menyaksikan kondisi fisik seakan tak percaya, sehingga mengambil kalkulatur dan menghitungnya, 2021 – 1957 menghasilkan 64 tahun.
Maaf Pak, saya kira masih sekitar 50-an, karena penasaran jadi saya kalkulator, ungkap suster yang mengurus administrasi kartu Covid-19.
Usai vaksin kembali ke rumah dan tidak merasakan adanya kelainan, Alhamdulillah semua berlangsung lancar dan proses vaksinasi segera di sebarkan kepada grup RT dan RW sebagai motivasi, bahwa soal vaksin tidak perlu ditakutkan, semangat pagiiiiiii