SYAKHRUDDIN.COM – Bagi jamaah Masjid Besar Al-Abrar, pasti sangat akrab dengan lelaki tua yang satu ini. Namanya Haji Manda, bertempat tinggal di samping Masjid Besar Al-Abrar di Jalan St. Alauddin No. 82 Makassar.
Bagi H.Manda, masjid adalah rumahnya. Sejak Masjid Al-Abrar di bangun di tahun 1960 yang dikenal masjid tua Al-Abrar, hingga mengalami renovasi yang di prakarsai di masa jabatan ketua pengurus, dijabat almarhum Ir. H. Mathori.
Haji Manda tetap setia melaksanakan sholat lima waktu. Ada hal yang patut dicontoh dari Nenek yang satu ini, Al-Quran merupakan bacaan wajib setiap hari, di setiap lima waktu pelaksanaan sholat, selalu membaca Al-Quran, lengkap dengan tongkat kepala naga yang setia menemani.
Kadang kita merasa malu sendiri, karena tak ada kemampuan untuk menyamai beliau. Pilihan hidupnya untuk tetap tidak kawin sampai saat ini, itu juga merupakan pilihan hidup. Karena itu, Maestro tari yang satu ini, dapat dikategorikan termasuk “Manusia Langka”
Hebatnya lagi, sampai saat ini, di usianya yang menjelang ashar, Haji Manda belum mengenakan kaca mata, inilah yang merupakan rahmat dari-Nya, kecuali pendengarannya yang sedikit mengalami gangguan, sehingga kalau berbicara dengannya, harus sedikit merapat.
Sebagaimana biasa dilakukan DR. Mahmud, sahabat setianya di Masjid Besar Al-Abrar Makassar.
Lain Haji Manda lain pula dengan petugas kebersihan masjid, Namanya Dg. Gassing, kalau yang disebut terakhir ini, memiliki tiga orang isteri dan satu diantaranya sudah berpulang kerahmatullah.
Profile Dg Gassing, dari namanya saja berarti Gassing atau kuat. Karena itu tak heran, bila cucu-cucunya juga menjadi jamaah di Al-Abrar, sehingga di saat sedang khusyu’ sholat, kadang cucu Dg Gassing juga melakukan aktifitas di sektor belakang.
Begitulah anak-anak. Biar kan saja, siapa tahu kelak, dapat menggantikan kita semua menjadi pengurus Masjid Besar Al-Abrar.
Demikianlah sesi kehidupan selalu berpasang-pasangan, ada siang ada malam, ada yang pilih tidak beristeri dan ada yang memilih berpoligami, intinya nikmati hidupmu sebelum maut datang menjemputmu.
Kembali ke sosok H.Manda, kegiatan rutin selain sholat lima waktu, baca Al-Quran, di rumahnya penuh dengan nuansa seni. Berbagai pegelaran sudah dilalui dan kemampuan tari yang dimiliki belum ada yang mampu menyamai.
Sehingga wajar di sebut dan menyematkan di depan namanya “Maestro Tari” dan mendapatkan pengakuan dari Menteri Pariwisata dan Kebudayaan di masa Presiden Soeharto serta tunjangan pensiun yang sampai hari ini masih dinikmati.
Sebagai jamaah Masjid Besar Al-Abrar, mari kita terus belajar pada Haji Manda, artinya kalau selesai sholat lima waktu, jangan langsung bergegas pulang, tapi ambillah Al-Quran yang tersedia di lemari masjid.
Demikian halnya sebelum tiba waktu sholat, datanglah lebih awal dan baca al-Quran. Sungguh suatu kearifan yang gampang terlihat mata namun sulit untuk dilaksanakan, teruma bagi jamaah yang masih dalam proses bertumbuh dan untuk atas nama kesibukan.
Sementara putaran waktu terus bergulir dan entah waktu kapan kita akan kembali, tak seorang pun yang tahu.
Bagi H.Manda selalu berpesan kepada jamaah, perbanyaklah bekalmu sebelum melakukan perjalanan panjang di alam sana, sebagaimana tari dan “Tunrung Pakanjara” yang selalu dimainkan dalam setiap pesta adat di Kerajaan Gowa pada masa keemasannya”
Kearifan H.Manda telah diimplementasikan dalam kehidupannya, sebagai generasi penerus mari kita menyimak hakikat yang termaktub di dalamnya, pesan akhirnya, jangan ikuti jejak saya yang memilih terus mandiri hingga akhir hayat kelak, karena itu adalah sudah suratan takdirku, mariki di …. !!!
Mangkasara (subuh rabu 24/2/2021)
by syakhruddin. dn