SYAKHRUDDIN.COM, MAKASSAR – Para mubalig dan tokoh agama mengikuti kegiatan “Orientasi gerakan 1000 tokoh agama sebagai edukator Covid-19” bertempat di Swiss Belhotel Jalan Ujung Pandang Makassar, Senin 3/8/2020.
Empat narasumber pada kegiatan tersebut telah menyampaikan berbagai informasi seputar Covid-19 diantaranya dr. Erwan Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.
Sri Wahyuni dari Gugus Tugas Covid 19, Sukandi Duta Covid 19 dan Ustaz Zein selaku pembicara ke-4 pada pertemuan yang berlangsung dari pagi hingga siang hari di lantai II Swiss Belhotel Makassar.
Dijelaskan dr Erwan, bahwa pandemic Covid-19 tidak mungkin dapat ditangani oleh petugas kesehatan semata, karena pandemic Covid-19 sampai saat ini belum ditemukan vaksinnya. Seraya menunjukkan film documenter tentang penanganan flu Spanyol, Flu burung bahkan penanganan penyakit cacar yang kesemuanya sudah ditemukan vaksinnya, sementara untuk Covid-19 sampai saat ini belum ditemukan vaksinnya.
Dikatakn, peran tokoh agama sangat penting untuk memberikan edukasi kepada warganya bahwa dalam kehidupan tatanan kehidupan baru peran serta seluruh masyarakat sangat diharapkan melalui protocol kesehatan yaitu ; Doa, cuci tangan dengan sabun, pakai masker dan jaga jarak.
Sampai kapan kondisi ini dilaksanakan ??? dr Erwan menjelaskan sampai ditemukan vaksin Covid-19.
Dikatakan Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah sangat antusias dengan pelibatan seluruh stakeholder, Karena itu dalam penanganan Covid 19 Sulsel menetapkan strategi “Trisula” yaitu Testing massif, Tracing contat dan Edukasi.
Sementara itu, Sri Wahyuni dalam paparannya mengatakan, mari kita mengakhiri mimpi buruk ini, dengan bekerjasama semua pihak.
Kalau hanya mengandalkan Nakes semata, itu suatu hal yang mustahil, kami sudah berupaya sekuat tenaga bahkan ada yang berpendapat, “ Corona itu tidak ada, hanya permainan global saja” tapi buktinya banyak dokter dan Nakes yang meninggal dunia.
Salah satu kendala yang dihadapi dalam kehidupan di masyarakat adalah stigma bagi penyandang covid-19 yang berdampak pada diskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat, padahal sesungguhnya tugas kita semua untuk membantu mereka agar cepat sembuh.
Diawal penanganan korban Covid 19, sebelum ada kuburan massal di Macanda, itu sampai 5 kali jenazah Covid-19, pulang balik dari pekuburan ke rumah sakit.
Karena itu pemerintah provinsi menetapkan lokasi di Macanda sebagai tempat pekuburan massal yang tertata rapih antara kelompok Islam dan Kristen.
Ditambahkan bahwa tim Gugus Covid 19 juga memiliki ustas yang selalu siaga untuk mensholati jenazah setiap saat bersama Nakes, maka tidak benar issue yang ada di masyarakat kalau mengatakan “jenazah korban Covid-19 tidak dilakukan sholat jenazah”
Pada kegiatan orientasi tokoh agama, panitia juga menampilkan Sukandi sebagai Duta Covid 19.
Sukandi yang menghuni Lantai VII Swiss Belhotel, bagaimana perasaannya saat pertama ditetapkan sebagai positif Covid 19, padahal kondisi tubuhnya segar bugar.
“Fikiran kalut, stress, mengingat mati dan berbagai perasaan yang tidak menentu” akhirnya memeriksakan diri ke petugas dan dinyatakan positif Covid-19 lalu dilakukan isolasi mandiri.
Sukandi Mahasiswa S II Kesehatan diisolasi di kamar 708 tidak ditemui dokter hanya pendamping. Setiap harinya di beri makan tiga kali, minum susu dan olah raga.
Intinya bagaimana menguatkan imun tubuh dan berfikiran yang positif.
Dampak dari isolasi mandiri, sembahyang lima waktu dilaksanakan secara rutin, skripsi yang telah disusun terdahulu, langsung di rubah dan mengambil judul baru tentang Covid-19 yaitu “Pengaruh Penanganan Covid 19 di Provinsi Sulawesi Selatan” berdasarkan data gugus tugas dan pengalaman pribadi yang dilalui.
Bahkan di lantai VII Swiss Belhotel dikalangan para anggota isolasi mandiri disebut sebagai “body guard” karena badannya yang naik 10 kg dan kini memakai selempang sebagai “Duta Covid-19” dan berbicara di depan audance yang mengikuti orientasi selaku edukator.
Sukardi sangat berterima kasih kepada Pemprov Sulsel dan menyatakan dirinya siap menjadi relawan Covid-19 dimana pun di Sulasel, tuturnya bersemangat.
Mengakhiri pertemuan, Ustaz Zein yang didapuk sebagai pembicara mengingatkan kepada kita semua, agar tetap tawakkal dengan kondisi Covid 19 yang belum ada akhirnya.
Di tengah pandemic Covid 19, perkuat dzikir la ilaha illah kemudian tidak panik, senantiasa berdoa agar covid 19 cepat berlalu, katanya.
Sebelum mengakhiri paparan singkatnya, Ustaz Zein menyampaikan jargonnya, “Maskermu – Ikhtiarmu” (*)