RENUNG – MENUNG
Allahu akbar … allahu akbar … allahu akbar walillahilham, gema takbir berkumandang, menyambut fajar kemenangan 1 Syawal 1437 H. Satu bulan lamanya, Pengikut Nabiullah Muhammad SAW, berperang melawan hawa nafsu. Hari ini, tibalah hari kemenangan, ditandai dengan pelaksanaan sholat Idul fitri, mereka saling bersalaman dan memaafkan, karena telah meraih predikat sebagai pemenang.
Hari ini, pada penanggalan 1 Syawal 1437 H, dimulai perjalanan satu tahun ke depan, setelah berhasil melakukan pembersihan selama bulan suci ramadan.
Pada hakekatnya, ada tiga hal yang senantiasa harus kita bersihkan, yaitu bersih pergaulan dengan cara meminta maaf kepada orang yang pernah kita sakiti, bersih hati dari sifat dengki, dendam, hasad, congkak, sombong dan takabbur serta bersih harta dengan jalan mengeluarkan zakat, infak dan sadaqah.
Sebagai warga kota maka Pemerintah Kota Makassar dibawah pimpinan Danny A.Pamanto dengan tagline “Makassar Tidak Rantasa” bertekad untuk mewujudkan kota ini, menjadi kota yang tidak samrawut, tidak jorok, kota yang bersih, indah dan masyarakatnya yang santun, sebagaimana tertuang dalam Lontarak Makassar, “ Sipakatau dan Sipakallabbiri.
Hari ini, kaum muslimin dan muslimat, berkumpul di tanah lapang dengan menggunakan pakaian yang bersih, rapi dan indah dan sujud di keharibaan Ilahi Rabbi, atas segala pengabdian yang telah dilakukan selama bulan suci ramadan.
Kegembiraan yang diselimuti oleh perasaan sedih, saat teringat akan kedua orang tua yang telah mendahului masuk ke liang lahad alam kubur.
Air mata tumpah ruah, berbayang wajah mereka saat bersama-sama di mayapada ini, demikian halnya mereka yang nun jauh disana dan tak sempat kembali ke kampung halaman karena berbagai kendala, atau para suami yang kehilangan isteri dan sebaliknya isteri yang suaminya lebih dahulu menghadap kepada Sang Pencipta.
Suatu saat kelak, semua akan kembali ke kampung asal yaitu di akhirat, karena kematian itu adalah suatu kepastian. Dunia ini hanya sementara dan semua yang bernyawa akan dihadang maut, semua yang hidup pasti mati, Oleh sebab itu, mari mempersiapkan kematian, karena itu pasti datangnya.
Dunia yang fana ini akan kita tinggalkan, siapkan bekal sebanyak mungkin, dunia hanyalah halte atau tempat persinggahan, dunia ibarat lautan luas, luas tak berbatas, dalamnya tak dapat diukur, dan mempunyai gelombang yang sangat dahsyat.
Apakah gelombang dahsyat itu, tak lain adalah judi, minum khamar, narkoba dan segala bentuk dan corak kemakziatan. Karena itu, mari membuat perahu yang bermerek Islam, kibarkan layar yang bercirikan Iman, gunakan kemudi Al-Quran di kanan dan Sunah Rasul di kiri, berlayarlah hingga mencapai predikat akhlakulkarimah, maka selamatlah dalam penghidupan akhirat yang hakiki.
Ramadan kini telah berlalu, mari memulai gerakan untuk selalu dalam genggam ilahi dan senantiasa berharap rahmat dan kasih sayang-Nya, dengan jalan tidak meninggalkan sholat lima waktu, dan melanjutkan sholat-sholat lail sebagai pengganti sholat tarawih dan sekaligus bentuk penghambaan kepada Sang Khalik.
Renung Menung ini dinafasi khutbah Idul Fitri di Lapangan Karebosi Makassar, di hari fitrah, Rabu 6 Juli 2016, Saat Drs.H.Amirullah Amri,MA Pembina Pondok Pesantren Tahfidzul Quran “Zam-Zam” merupakan Wakil Ketua NU Prov. Sulsel menjadi Khatib di Lapangan Karebosi Makassar.
Selanjutnya, mari bersama-sama mempersiapkan perjalanan panjang menuju Ramadan 1438 H, dengan semangat pengabdian yang dilandasi tekad, inna sholati wanusuki, wamahyaya,wamamati, walillahi rabba alamin, bahwa sesungguhnya sholatku, hidupku dan matiku hanya kepada Allah semata-mata, Selamat Merenung !
Makassar 6 Juli 2016
- syakhruddin.dn HP 081 2424 5938
email : syakhruddin@gmail.com