SYAKHRUDDIN.COM – Menyambut pelaksanaan Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Saka 1937/2015 M, masyarakat Hindu di Kota Makassar melaksanakan “Ritual Melasti” dengan menampilkan “Penari Perawan” dianjungan Panti Losari Makassar, Kamis, 19 Maret 2015.
NYEPI berasal dari kata “sepi”, “sipeng” yang berarti sepi, hening, sunyi, senyap. Seperti namanya perayaan tahun baru Caka bagi umat Hindu di Indonesia, dirayakan sangat berbeda dengan perayaan tahun baru lainnya.
Dimana perayaan umumnya identik dengan gemerlapnya pesta dan kemeriahan, euforia dan hura-hura. Tetapi bagi umat Hindu dalam merayakan Nyepi, malah dilaksanakan dengan Menyepi, “Sepi”, “Hening”,”Sunyi”,”Senyap”.
Perayaan Nyepi dengan Catur Brata, penyepiannya membuat Provinsi Bali sebagai satu-satunya pulau di dunia, yang mampu mengistirahatkan seisi pulau secara total sehari penuh dari berbagai aktivitas.
Setahun sekali memberi kesempatan untuk kepada alam semesta untuk bebas menghirup segarnya udara tanpa asap dan polusi kendaraan dan mesin.
Penghematan di saat krisis energi seperti saat ini, terutama energi listrik karena pada hari Nyepi, Bali mampu mengurangi sebagian besar penggunaan listrik dengan mematikan lampu-lampu dan mesin, Nyepi sehari ini ternyata bisa melakukan penghematan penggunaan listrik hingga mencapai 8 Milyar.
Berangkat dari fenomena peringatan NYEPI, sesungguhnya dimaksudkan untuk sejenak memberi kesempatan kepada seluruh kekuatan beristirahat agar mendapatkan kekuatan yang lebih dahsyat pada keesokan harinya, dan kembali melakukan aktifitas pada hari-hari berikutnya.
Demikian kami di jajaran Tabloid Bawa Karaeng, setelah sekian lama beristirahat dan mencetak tabloid di Kota Daeng, kali ini bangkit kembali dari penyepian cetak jarak jauh dan mulai edisi Nomor 107 akan kami cetak di Kota Surabaya.
Keputusan itu, membutuhkan keseriusan untuk sebuah perubahan dari pola kerja yang manual dan sedikit santai. Berubah laksana ban berjalan, kali ini kami diperhadapkan dengan pola kerja mekanis dan terukur.
Sehingga semua piranti kerja, mulai dari pola pengiriman naskah, penjemputan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar di Maros, hingga penyaluran ke tangan pembaca, harus terus bekerja dan beraktifitas dalam “sepinya” publikasi.
Tekad kami tak perlu gembar-gembor tanpa hasil. Akan tetapi, kami wujudkan kerja nyata tanpa hiruk pikuk, yang semua itu dapat terwujud karena pola kepemimpinan yang kami anut, “One Command,One Rule,One Corps” (Satu komando, satu aturan dan satu korps).
Semoga hakikat Nyepi dan pemaknaan bagi mereka diluar agama Hindu, bisa dijadikan sebagai proses untuk senantiasa, kembali mngevaluasi diri, berhenti sejenak di stasiun penyangga sebelum meneruskan perjalanan dengan kemampuan dan kecepatan yang maksimal.
“Selamat melaksanakan Hari Raya Nyepi” bagi Saudara kami yang sedang merayakannya, salamaki.