SYAKHRUDDIN.COM – Almarhum Baharuddin Dg Gading (55 thn) hidup menduda setelah ditinggal pergi almarhumah Nurtia.DN Daeng Sanga. Dari perkawinannya melahirkan anak-anak yaitu Herman.BS dan Wahyuni.BS.
Almahum sejak ditinggal isterinya, tinggalseorang diri di rumah kediamannya di Jalan Andi Tonro I No.4 sambil membuka bengkel kecil-kecilan untuk sekedar menyambung hidup. Anaknya Wahyuni.BS sudah bekerja di Bank Rakyat Indonesia.
Wahyuni ikut tantenya yang masih jomblo dan tinggal di perumahan sekitar Kawasan Dato, sementara Herman.BS sesekali pulang ke rumah Bapaknya di Andi Tonro dan lebih banyak bergaul dengan rekan kerjanya di rumah Daeng Puji Tumbeng.
Ketika ayahnya Baharuddin Dg Gading mengalami sakit kambuhan, karena diabetes dan tensi yang tidak normal dan sedikit gangguan pada pernafasan, intinya penyakitnya sudah komplikasi, maka ia menelpon anaknya untuk diantar ke rumah sakit Labuang Baji Makassar.
Dengan menggunakan motor beat, Wahyuni membonceng ayahnya ke rumah sakit, sembari memberi tahu sanak family yang bermukim di Kampung Pattingalloang-Bontocinde Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
Karena sang ayah tak ada yang menjaga di rumah sakit, sementara pihak saudara bermukim jauh di Bontocinde akhirnya pada hari ketiga atas inisiatif anaknya Herman, meminta supaya keluar saja dari rumah dan dirawat di kampung halaman, Itu juga diiyakan oleh almarhum.
Pada hari ketiga di di Bontocinde, sempat menjenguk di rumah adiknya Baharuddin di Kampung Pattingalloang-Bontocinde-Boka Kecamatan Pallangga Kab. Gowa. Kondisinya memang makin kritis, namun masih bisa tersenyum, ketika Penulis memberikan uang untuk pembeli obat.
“Cepat sehat ya dinda !!! Iye jawabnya lirih, namun secuil senyuman mengantar kepergian kami kembali ke Kota Makassar dan itulah senyum terakhir yang Penulis saksikan.
Pada hari Rabu, 17 September 2014 ada penugasan dari pihak Universitas, maka Penulis mengantar Mahasiswa Semester VII Jurusan Kesejahteraan Sosial untuk melaksanakan kegiatan Praktek Pengenalan Lapangan (PPL) di Kabupaten Bantaeng dan diterima Wakil Bupati Bantaeng bersama Kadis Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantaeng, Drs. Syahrul Bayan Dg Tarang bersama Camat Pajukukang, Drs.Djamaluddin.
Dalam perjalanan pulang dari Bantaeng, menerima kabar bahwa Baharuddin Dg Gading (55 tahun) telah berpulang kerakhmatullah pada Pukul 16.00 wita.
Setelah info diterima, Penulis meninggalkan anggota tim lainnya langsung menuju ke Bontocinde-Boka. Tiba sekitar Pukul 22.00 wita dan menyaksikan almarhum terbujur kaku disisi keluarga dan anak-anaknya.
Isak tangis keluarga tak dapat dibendung, sejenak perasaan hati terkenang akan masa silam ketika masih remaja dan kawin dengan adik Penulis, Nurtia.DN Daeng Sanga.
Putrinya Wahyuni lalu menatapku “Om pergimi bapakku” dan semua itu membuatku sesak, menahan tangis dan mencoba untuk tegar akan tetapi buliran airmata tak tertahankan, “Iya Nak, jawabku singkat”
Doa dan bacaan ummul kitab “Al-Fatihah” selalu dipanjatkan mengiringi kepergiannya dan malam hari ini merupakan “malam terakhir” di rumah kediaman adiknya yang bernama “JUM” sementara suami JUM masih dalam perjalanan dari Kota Palopo, karena kebetulan suaminya disana sedang mendapat borongan pekerjaan.
Begini Dik JUM, semua keperluan untuk adinda Baharuddin Dg Gading, saya yang bertanggungjawab, Iye Kanda, jawabnya sambil tertunduk. Karena itu jangan ada kepedihan, kita ikhlaskan kepergiannya dan urus jenazah ini sebaik mungkin.
Besok sebelum sholat dhuhur kita makamkan. Permintaan itu diamini sanak family dan malam hari itu, semua anggota keluarga kumpul di rumah duka.
Menjelang pagi, Kamis 18 Desember 2014 kembali menuju Kampung Pattingalloang-Bontocinde Kecamatan Pallangga untuk menghadiri prosesi penguburan jenazah. Setelah kami tiba, papan dan nisan sudah siap.
Demikian halnya dengan kain kapan pembungkus mayat dan perlengkapan lainnya. Sanak family dan handai tolan berdatangan dari empat penjuru angin. Kehadiran mereka telah memberi pelipur lara akan duka yang kami derita, begitu pula dengan orang-orang yang bersimpati mengirimkan pesan singkat maupun lewat BBM.
Terutama sahabat saya yang ada di Jawa Barat dan Surabaya dan bagian lain dari pulau di Indonesia. Pesan dan komentar di sosial media, serta ungkapan turut belasungkawa telah membantu meringankan derita batin yang senantiasa mengguncang perasaan, bilamana mengenang akan isterinya Baharuddin yang lebih dahulu menghadap sang khalik.
Usai dimandikan, dikapani lalu diangkut naik ke keranda besi menuju Masjid Pattingalloang yang letaknya berseberangan dengan pekuburan umum. Acara prosesi jenazah berjalan lancar. Ada suasana yang sangat menggugah perasaan penulis, tak kala jenazah di gotong menuju masjid.
Herman dan Wahyuni saling berpelukan sambil sesunggukan. Sanak family yang menyaksikan adengan tersebut menitikkan air mata, sementara Penulis yang berada dibelakangnya, nyaris tumbang menyaksikan situasi yang sangat mengharu biru.
Segera menepi dan berlari kebelakang keranda, seraya menyeka air mata yang terus mengalir sepanjang perjalanan menuju Masjid. Usai disholati lalu diantar masuk kepekuburan, selanjutnya dimasukkan keliang lahat, lalu ditimbun oleh semua sanak family dan tetangga yang datang membantu, menyirami air dan menaburkan bunga diatas pusara almarhum.
Selamat jalan Adinda Baharuddin Dg Gading (55 thn), engkau telah bertemu isterimu di alam sana yaitu Nurtia.DN Dg Sanga, adik kandungku seayah dan seibu dari pasangan H.D. Daeng Nassa dan Sittiara Dg Lebang.
Engkau semua sudah bertemu dan menyatu dialam sana, sementara kami disini masih akan terus berjuang untuk mengenal Sang Khalik secara hakiki, berbuat baik kepada sesama serta menghimpun amal kebajikan untuk kelak dapat menyusulmu dengan khusnul Khatimah,” Selamat Jalan Adindaku Baharuddin Dg Gading, doaku dalam sholat selalu menyertaimu, salamaki.