Sejak dinihari kami harus bangun
Mengangkut sampah di tengah kota
Bau dan kotoran dengan segala jenisnya
Kami geluti demi sesuai nasib
Mencoba untuk bersaing di penerimaan CPNS
Bersaing dengan mereka yang punya segalanya
Kami hanya tukang sampah untuk sekadar hidup
Yang telah lama mengabdi untuk kota ini
Tapi mengapa kami tidak diberi kesempatan
Padahal sudah delapan tahun berbaur sampah
Dimana pemerintah melihat kami seperti sampah
Dibutuhkan disaat kota kotor dan kami dimaki-maki
Pernahkah Anda semua wahai pemimpin republik
Melihat kami bergumul sampah setiap hari
Di omelin, dicerca dan bahkan dibuang laksana sampah
Sementara kami juga mau hidup demi anak isteri
Wahai petinggi dan pemilik kekuasaan
Sisakan sekelumit kesempatan bagi kami
Sang pemungut sampah yang selalu membersihkan kota
Namun kami diterlantarkan laksana sampah
Kemana lagi jeritan batin ini kusampaikan
Usiapun sudah mulai menua
Beri kami kesempatan lulus untuk kedua kalinya
Jangan lagi ada K3-K4-K5 hingga jadi Kakek-Kakek
Wahai walikotaku, bupatiku, gubernurku dan presidenku
Kami hanya petugas yang bergulat sampah setiap hati
Berilah kami ruang untuk sekedar hidup bersama keluarga
Jangan jadikan kami sebagai “MANUSIA SAMPAH”
Oh negeriku Indonesia tercinta
Kemana jeritan ini kusampaikan
Kepada Andalah para pembaca
Kutitipkan derita batin ini
Puisi kupersembahkan kepada petugas sampah
Yang tidak lulus dalam tes CPNS K2
Mangkasara, 20 Februari 2014
*Wah bagus
*Luar biasa, syakhruddin.com
Lanjutkan pengabdian