Taruna Siaga Bencana (TAGANA) kembali mengukir sejarah baru dengan berhasilnya menyelenggarakan perhelatan akbar berupa Bhakti Sosial Taruna Siaga Bencana dan Relawan ASEAN+3 tahun 2013, di Lapangan Tembak Jakabaring Sport City Palembang Sumatera Selatan.
Gubernur Sumsel, H.Alex Nurdin yang telah dua periode memimpin Bumi Sriwijaya mengatakan, lapangan tembak Jakabaring memiliki luas 720 ha dan saat ini baru digunakan 300 ha, merupakan lapangan tembak terbaik di Asia Tenggara dan hal ini akan terus dikembangkan.
Kegiatan yang digagas Kementerian Sosial (Kemsos) berupa Bhakti Sosial dan Apel Tagana Indonesia, merupakan salah satu kiprah Tagana yang telah memberikan dampak positif dalam rangka tukar pengalaman, wawasan, pengetahuan serta kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Rangkaian kegiatan Bhakti Sosial seperti, bedah rumah, Tagana Garden, Tagana Goes To School serta Simulasi Penanggulangan Bencana “Water Rescue” pada Apel Tagana se-Indonesia, Kamis 10 Oktober 2013, menujukkan bahwa kiprah Tagana sudah Go-Internasional.
Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri saat menjadi pembina Apel pada Puncak acara “APEL TAGANA ASEAN+3 di Serambi Bumi Sriwijaya mengatakan, Saya merasa berbahagia atas terselenggaranya acara ini, karena bagaimanapun kegiatan seperti ini layak untuk dijadikan sebagai media dan membangun komitmen bersama atas ketercapaian penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Lebih utama lagi adalah bukti komitmen bersama atas ketercapaian penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan lebih utama adalah komitmen Kementerian Sosial dalam mensikapi perubahan lingkungan strategis, dan bagaimana hal-hal yang terkait dengan penanganan bencana baik alam maupun sosial dapat ditangani dengan cepat, tepat dan akurat,” tutur Mensos.
Dijelaskan penanggulangan bencana harus memiliki parameter jelas, terukur termasuk ruang lingkup tugas personel seperti Tagana, Karang Taruna, PSM, Satgasos dan lain-lain melalui satu wadah dengan nama Tim Reaksi Cepat yang dalam kondisi drastis dapat berfungsi sebagai Pusat Pengendali Operasi (PUSDALOPS).
Disinilah yang menjadi bagian penting yang harus di kemas ke depan, artinya korban bencana harus mendapatkan perlindungan sosial, sebagai jalan diperlukannya pengembangan program dan kebijakan yang dapat mengantisipasi persoalan baru yang mungkin terjadi, juga masalah sosiaal yang masih tersisa.
Pada kesempatan tersebut, Mensos menyaksikan berbagai kegiatan yang terkait dengan kebencanaan alam seperti simulasi “Water Rescue”demonstrasi masyarakat dalam kegiatan Bedah Rumah untuk 93 Kepala Keluarga (KK) dengan bantuan stimulan @ Rp 10.000.000,- per KK dengan total bantuan Rp 93.000.000,-
Dikatakan lebih lanjut, Kementerian Sosial dalam penanggulangan bencana tidak menggunakan istilah “Risk” karena kegiatan “Risk” sangat teknis. Kegiatan yang dilakukan sangat jamak, fokus dan pengelolaan perlindungan sosial korban bencana yang meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian.
Apel TAGANA Asean+3 ini juga menunjukkan pentingnya kolaborasi dan kerjasama karena bencana alam bukan saja tertuju pada penanganan korban bencana saja tetapi juga dalam hal manajemen bencana yang tentunya yang tentunya punya standar Internasional.
Kepesertan Negara-negara Asean pada kegiatan yang berlangsung dari tgl 7 s/d 10 Oktober 2013 menjadi pembelajaran juga sebagai benchmarking atas prinsip dalam manajemen bencana, cepat berfikir, cepat bertindak.
Memang luar biasa bila dilihat dari partisipasi masyarakat pascabencana terjadi yaitu, timbulnya situasi dan kondisi darurat baik perorangan, kelompok maupun organisasi-organisasi turun ke lapangan untuk membantu korban bencana lama, termasuk mengoptimalkan peran serta masyarakat
Mensos juga mengingatkan bahwa manajemen bencana juga tidak bisa melupakan unsur-unsur kearifan lokal yang sudah secara turun temurun berlaku dalam masyarakat. Sebagai contoh pada masyarakat di Pulau Simeulue ketika terjadi gempa dahsyat, masyarakat meneriakkan “Smoong” sebagai pertanda bahwa warga harus menjauhi laut.
Dengan begitu, jumlah korban bisa diminimisasi. Jadi ketika air laut surut, warga bukannya malah memungut ikan seperti yang pernah terjadi di Aceh, akan tetapi lari ke tempat yang tinggi, sehingga saat Tsunami datang, warga sudah ada di atas ketinggian, katanya.
Kegiatan Bhakti Sosial Tagana dan Apel Tagana di Bumi Sriwijaya Palembang telah memberikan kenangan tersendiri bagi utusan Tagana dari 33 provinsi, Negara-negara ASEAN dan tiga negara diluar ASEAN yang turut mengambil bagian aktif untuk melakukan Bhakti Sosial berupa ;
bedah rumah, Tagana Garden dan Tagana Goes To School. Dari pemantauan Panitia dan Penghubung diperoleh data bahwa peserta menyatakan “Puas” atas pelaksanaan kegiatan tersebut dan ditandai dengan penyerahan cinderamata bagi masing-masing peserta, salamaki.
www.syakhruddin.com
Email:syakhruddin@gmail.com atau syakhruddin@yahoo.co.id
SMS : 081 2424 5938 Pin BB 2A2 FC 722