SYAKHRUDDIN.COM – Memasuki malam tarwih ke-13 versi Pemerintah dan malam ke-14 versi Muhammadiyah, seorang ulama besar di Provinsi Sulawesi Selatan, Bapak KH. Bakry Wahid berpulang kerakhmatullah, meninggalkan seorang isteri, tujuh anak dan 12 cucu.
Kepergiaan Pak Kiyai yang selalu mengisi acara di RRI Makassar setiap bulan suci ramadan, menambah banyak daftar panjang, ulama yang menghadap Sang Khalik di bulan suci Ramadan 1434 H.
Sebelumnya tercatat, DR.Ir.Fuad Rumi, Dosen UMI sekaligus Kolumnis di Harian Fajar Makassar, juga menghadap kehadirat Ilahi Rabbi.
Sulsel kehilangan dua tokoh agama Islam yang memiliki kualifikasi ilmu dan pemahaman Al-Quran yang mendalam, “Innalillahi Wainnailahi Rajiun”,segalanya berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Sementara itu, para jamaah di Masjid Jami Al-Abrar Makassar, kini semakin maju shafnya, di banding awal-awal bulan Ramadan.
Jamaah yang biasanya memenuhi lantai dua masjid, kini tinggal dua sampai tiga shaf. Nabiullah Muhammad SAW dalam hadistnya mengatakan, “Andaikata umatku tahu, maka dia akan meminta untuk Ramadan saja, selama 12 bulan”.
Keagungan bulan suci Ramadan ini, menurut beberapa ustaz yang berceramah di masjid, di bagi dalam tiga bagian utama.
Yakni, malam pertama sampai malam ke sepuluh itu masuk dalam “Malam Rakhmat”, selanjutnya malam ke sebelas sampai malam ke dua puluh, disebut “Malam Maqfirah” atau malam pengampunan dosa.
Karena itu, bagi hamba yang sedang bergelimang dosa, hendaknya memaksimalkan diri, untuk mengisimalam maqfirah ini, sedang sepuluh malam terakhir dikenal dengan “Malam Ikkunminannar” yaitu pembebasan dari api neraka.
Penceramah yang tampil di podium pada malam ke-13 atau ke-14 ramadan 1434 H, memilih topik bahasan, “Ramadan dan Kecerdasan”,
Di katakan dalam diri manusia, terdapat sifat atau nafsu kebinatangan, hal inilah perlu di “puasakan” karena bilamana ini tidak bisa dikendalikan, maka seluruh sistem syaraf akan berpusat pada bagaimana pemuasan nafsu binatang itu.
Sebagaimana anekdot di TVRI, pada acara cerdas cermat, “Coba sebutkan ciri-ciri sapi bantuan Presiden”. Dikatakan, pertama kuat makannya, kedua besar badan na, dan ketiga suka na naiki temannya”.
Pikiran yang suka menaiki temannya, dewasa ini banyak terjadi, sehingga puasa datang untuk memberi pelajaran dan kecerdasan kepada umat manusia, untuk berpuasa dari nafsu-nafsu kebinatangan dan menggantinya dengan nafsu yang diridhoi Allah SWT.
Puasa akan membentuk manusia, untuk senantiasa berlaku jujur pada dirinya, dan segala tindak-tanduknya seakan-akan dalam pengawasan Allah semata-mata. Karena itu, ada tiga kecerdasan yang harus di kelola melalui amaliyah ramadan ini yaitu, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual.
Dari ketiga jenis kecerdasan ini, hendaknya senantiasa dilandasi melalui pendekatan Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW.
Di kekinian, fenomena hidup manusia yang serba bendawi, telah membuat silau dalam percaturan kehidupan, menghalalkan segAla cara dan kehormatanpun sudah merupakan barang langkah, dalam melihat persoalan hidup.
Semoga dengan hadirnya bulan suci Ramadan tahun ini, membuat kita untuk kembali merenung, mengevaluasi diri, darimana kita berasal dan kemana kita akan kembali.
Kini dua kiyai telah kembali yaitu DR.Ir.Fuad Rumi dan Bapak KH.Bakry Wahid, keduanya pergi meninggalkan alam fana ini di bulan suci Ramadan, mereka tidak membawa serta semua harta benda yang dimiliki, kecuali amal perbuatan selama hidup di mayapada ini.
Oleh sebab itu, marilah para pembaca blog ini, untuk tidak saja menghimpun harta benda dan melupakan diri, kalau semua itu ada akhirnya. Ditengah informasi yang menyedihkan itu, tiba-tiba ada lagi sebuah pesan pendek via SMS.
Saudara Rizal Syam meninggal dunia pagi tadi, Minggu 21 Juli 2013 Jam 07.00 wita dan jenazahnya dimakamnya ba’da dhuhur.
Rizal Syam mantan staf di Bagian Umum pada Kanwil Depsos Prov. Sulsel, dia masih bersahabat dengan rekan-rekannya, seperti Ekowati yang sekarang di Surabaya, Helwi Fausiah yang kini bertugas di Panti Sosial Karya wanita Mattriodeceng dan salah seorang sahabatnya kini telah menjadi pejabat teras di salah satu kabupaten di Jawa Barat.
Ternyata usia tidak pernah ada yang tahu, karena itu mari kita senantiasa bersiap diri, karena kematian merupakan “Misteri”dalam kehidupan dan hanya orang-orang yang memiliki kecerdasan dan kepasrahan, mampu melihat semua ini sebagai suatu ketentuan Ilahiah (sunnatullah).
Mari pada kesempatan sisa akhir Ramadan, terus berbenah diri dan melalui momentum bulan suci Ramadan 1434 H, kita merenda amal untuk bekal di hari akhirat, salamaki.