Suasana pelaksanaan tarwih di malam kedua Ramadan 1434 H, pada berbagai masjid di Kota Makassar, tumpah ruah dengan jamaah, demikian halnya di Masjid Al-Abrar sendiri, penuh hingga sampai ke lantai tiga.
Pada malam kedua ini, bertindak selaku penceramah Al-Ustaz Muhammadiyah, berikut ini beberapa hasil ulasan yang sempat diingat, selanjutnya ditulis secara acak dalam syakhruddin blog.
Dikatakan, berbahagialah hamba yang berhasil mendapatkan bulan Ramadan. Karena itu, tidak semua orang yang bisa menemui kembali Ramadan.
Ada diantara jamaah yang telah lebih awal menuju negeri akhirat, dan Alhamdulillah, para jamaah yang datang pada malam kedua ini, patut mengucap syukur Alhamdulillah, karena masih bisa menemukan Ramadan.
Selain itu, kita akan juga bersyukur atas nikmat kesehatan dan kesempatan yang diberikan Allah kepada kita, sehingga dapat mengikuti sholat isya dan tarwih secara berjamaah. Ditegaskan, orang yang datang ke mesjid di malam kedua Ramadan, menunaikan sholat isya dan tarwih berjamaah.
Maka dia akan dibebaskan dari dosa-dosa termasuk dosa dari kedua orang tuanya. Dalam uraian yang berlangsung sekitar tiga puluh menit, sang ustas juga mengungkapkan, agar memperbanyak membaca sholat kepada Nabiullah Muhammad SAW. setiap malam.
Kehadiran bulan suci Ramadan, diharapkan kepada segenap umat Islam untuk senantiasa bergembira menyambut Ramadan, dengan jalan memperbaiki sholat, memperbanyak bacaan al-quran, minimal empat lembar sehari serta memperbanyak sedekah.
Sebelum mengakhiri ceramahnya, Ustaz juga memberikan, lima kiat dalam berpuasa, pertama niat berpuasa karena Allah, jadi jangan puasa kalau bukan karena Allah.
Kedua usahakan semua rangkaian puasa sesuai dengan tuntunan Allah, seperti santap sahur, karena di dalam sahur itu ada nikmat Allah, ketiga makan dan minum yang halal.
Keempat jaga seluruh anggota tubuh dari perbuatan yang menyimpang dan kelima, muliakan Ramadan dengan sebaik-baiknya dengan banyak-banyak bersedekah.
Sementara itu, pelaksanaan ibadah sholat tarwih banyak dihadiri anak-anak, membuat nuansa masjid selain ramai, suara anak-anak ini memberi nuansa akan semaraknya bulan suci Ramadan.
Beberapa peristiwa yang patut menjadi catatan pengurus masjid, yaitu adanya kehilangan sandal, ini semua perlu menjadi catatan bagi pengurus masjid. Terlepas dari itu, kehadiran Brigade Masjid telah memberi kenyamanan para jamaah.
Karena bunyi mercon sudah mulai berkurang, semoga dengan pengawalan seperti ini akan memberi suasana yang kondusif sehingga pelaksanaan ibadah Ramadan dapat berlangsung sebagaimana diharapkan bersama.
Sementara itu pada malam ketiga Ramadan 1434 H dilaksanakan buka puasa bersama di rumah kediaman Bapak Drs.H.Andi Buana Paty.S,M.Si & Dra.Hj.Yusniar Arifin yang bermukim di Jalan Bontoduri Raya I No.5.
Sedang di Masjid di datangi tim pemenang calon walikota dari Muhyina Muin yang membawa paket buka puasa untuk para jamaah masjid.
Ustaz yang ceramah di malam ketiga ini, membuat jamaah tersenyum dalam mesjid berkat ulasannya yang mengocok perut, dengan topic bahasan “hidup itu adalah hukum kausal”.
Dikatakan siapa yang menabur kebaikan makan dia akan menuai kebahagian, karena itu, perbanyaklah bersedekah,khususnya dalam upaya memakmurkan dan membangun masjid. Melalui sedekah ini, manusia dapat memperpanjang umur dan terhindar dari marabahaya.
Diceriterakan oleh sang Ustaz, syahdan di masa lalu ada seorang mandor yang sudah 30 tahun mengerjakan rumah dengan keahlian yang mengagumkan, suatu ketika dia minta pensiun. Atasannya meminta untuk tetap bekerja karena keahliannya yang hebat, namun ia tetap pada putusannya, ingin pensiun.
Akhirnya sang atasan sekalipun berat hati melepas, dia masih meminta untuk membangun satu buah rumah lagi sebagai karya terakhir. Akhirnya disepakati kalau hanya satu rumah.
Pendek ceritera, kalau selama ini dia membangun sangat fokus, detail dan nuansa keindahannya tak diragukan, tapi kali ini dia membangun dalam waktu singkat dan kualitasnya tidak terlalu diperhatikan, yang ada dalam fikirannya, cepat selesai.
Setelah bangunan tuntas dalam waktu cepat, karena sang Mandor tidak fokus lagi, akhirnya karyanya itu boleh dikata asal-asalan yang penting kewajibannya selesai dan dapat membangun sebuah rumah sesuai dengan harapan bos-nya.
Setelah bangunan selesai, sang Mandor melapor dan ingin menyerahkan kunci rumah untuk ditempati, “Ini bos, rumahnya sudah saya selesaikan, dan sesuai kesepakatan saya sudah bisa pensiun,” Sang Bos lalu berkata, rumah karya terakhirmu ini, saya serahkan sebagai kenang-kenangan untukmu selama kerja di perusahaan ini.
Alangkah kaget dan menyesalnya “Sang mandor” karena tidak pernah menyangka bahwa rumah terakhir itu akan menjadi miliknya. Dari tamsil diatas, mari kita menarik hikmah bahwa dalam mengabdi di mayapada ini, hendaknya dituntaskan dengan baik.
Dalam kaitannya dengan kebiasaan untuk sholat berjamaah, hendaknya terus dipertahankan sampai akhir hayat, begitu pula kebiasaan bersedekah, supaya para jamaah membiasakan diri sampai titik akhir kehidupan.
Di bagian penutup ceramah sang ustas juga menyinggung tentang tradisi warga dalam menyumbang. “Dikatakan, dari hasil penelitian di celengan masjid, isi celengan banyak di isi Pahlawan Nasional Kapitan Pattimura, bukan Soekarno” setelah dianalisis, gambar Pattimura itu bernilai Rp 1.000,- dan gambar Soekarno bernilai Rp 100 ribu.
Mampukah jamaah dan kita semua untuk menyumbang dengan lembaran Soekarno atau tetap pada pendirian, memilih lembaran Pattimura, sementara permintaannya kepada Tuhan, “Ya Rabb, mudahkanlah rejekiku dan masukkan diriku ke sorga-mu”
Sementara sumbangannya hanya Rp 1.000,- inilah ironi kehidupan yang membuat Malaikat menjadi bingung melihat pola tingkah jamaah, termasuk pembaca blog ini, salamaki.