Kutelusuri jalur Alauddin menuju perbatasan
Anganku menerawang ke angkasa raya
Fikiran berkecamuk diantara godaan syetan dan dzikir-dzikirku
Kulalaui pengendara lain dalam deburan asap jalanan
Jalur jalan yang berkelok
Menuntut konsentrasi tinggi
Hingga sampai batas kota
Disinilah kekesalan itu kutumpahkan
Kucoba menata perasaan
Agar tiba di kantor
Bisa berprestasi
Namun biasnya juga tetap merangkumnya
Kutinggalkan semua sesal dan kegundahan
Kuraih bantal sambil memanggil
Petugas jaga yang setia mengurus kantor
Ku minta bantuan memijatku hingga tertidur
Wahai kehidupan dan jiwa yang bergelora
Janganlah engkau mudah goyah dalam tekadmu
Karena ujian itu bagaikan sarapan pagi
Mari berkarya demi anak cucumu
Kuraih kursi dan kutuliskan karya
Kutumpahkan kekesalan dalam karya
Agar hati berbunga-bunga terlebih bila mengingatnya
Laksana kupu-kupu dan kembang yang mekar
Di ultah kotanya kuhadir disisinya
Dengan busana indah berparas cantik
Duduk diantara mereka dengan penuh canda dan tawa
Tapi setelah kusadar, ternyata itu hanya dalam mimpi
Salam Takzim,