Dalam surat Al-Kawthar) Tuhan berfirman, Inna akh-thainah kalkautsar, fasilii-rabbika wanhar, innasani-aka huwal abtar” artinya, Sesungguhnya kami telah memberikan nikmat yang banyak, maka dirikanlah sholat karena Tuhan-Mu dan berkorbankan, sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus”.
Dari konteks ayat di atas, bilamana kita berkelebihan dalam hidup, hendaknya membagi kebahagian itu di jalan Allah, bukankah berbagi itu indah. Hanya saja, manusia dalam menginplementasikan, terkadang salah dalam penafsiran, maka kita akan terjebak dalam kehidupan yang hedonis.
Mereka yang hidup mapan dan berkecukupan, benar memang sudah berbagi, akan tetapi memiliki ada dampak ikutan yang membelitnya. Tengoklah, dari tiga peristiwa yang dapat menjadi tamsil dalam kehidupan terutama baghi mereka yang berpredikat presiden maupun kandidat presiden.
Ketiganya memang telah berbagi akan tetapi kadarnya yang berbeda. Di awali dengan terungkap dan tertangkapnya Ahmad Fathanah, dimana hasil percakapan dari telepon selulernya, terbetik kisah asmara dari dua anak manusia, yang ingin berbagi rasa.
Darimana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali, dari mana datangnya Darin Mumtazah, dari wawancara Ahmad Fathanah. Percakapan itu, terekam jelas di dalam telepon genggam, “Isteri-isteri Ente (Anda) sudah menunggu, yang Fushtun atau Jawa Syargiyyah (Jawa Timur)” tanya Luthfi via telepon seluler yang diperdengarkan di depan Pengadilan.
Dari hasil temuan KPK diatas, maka dapat kita simpulkan, sepandai-pandai Tupai meloncat, suatu saat akan terjatuh, demikianlah nasib yang menimpa mantan Presiden PKS, Lufhi Hasan Ishaq (LHI), yang telah berbagi rasa melalui kawin siri dan kini terus diusut KPK pimpinan Abraham Samad.
Beda halnya, dengan Presiden SBY, meski menuai protes, tetap menuju New York,AS untuk menerima penghargaan, sebagai Negarawan Dunia Tahun 2013 dari Organisasi AS, The Appeal of Conscience Foundation (ACF) atas prestasinya dalam membina kerukunan umat beragama di Indonesia, ini juga dikategorikan, dalam jalinan pembagian penghargaan untuk para kepala negara.
Lebih fantastik adalah Gubernur DKI Jakarta, beliau digadang-gadang oleh Partai PDIP untuk menjadi calon Presiden mendatang, kali ini, Bang Joko membagi “Kartu Jakarta Sehat” untuk kaum miskin dan dhuafa yang didalmnya dilengkapi dengan “chip” memuat tentang datang pribadi pemegang kartu, dari kartu tersebut, selanjutnya dapat dimonitor secara online.
Ketiga konteks pembagian diatas, kita dapat melihat, betapa manusia masih tetap berkutak pada tiga hal yang faktual yaitu 3 TA (Tahta-Harta dan Wanita). Akan tetapi setelah semuanya dimiliki terkadang kita lupa dataran.
Mereka yang mendapatkan perolehan harta benda dengan jalan korupsi, kali ini mulai getar-getir, hidupnya tidak tenang, petugas pencatat meter yang datang ke rumahnya terkadang dianggap petugas KPK, rumahnya kini semakin diperketat, sekuriti di tambah, CCTV di pasang di segala penjuru rumah di tambah anjing pelacak yang setiap saat menggongong, manakala melihat bayangan.
Hidup dalam suasana was-was membuat jantung dapat berdegub keras, pada gilirannya mudah terserang stress, dan kalau kondisi tubuh tidak prima maka bisa berdampak stroke dan akhirnya stop.
Ketiga jenis penyakit ini yang perlu diwaspadai dengan memperbanyak dzikir kepada-Nya dan kembali menuju jalan-Nya, karena sesungguhnya hidup yang indah itu, adalah “mensyukuri nikmat Tuhan” salamaki.
Salam Takzim,
www : syakhruddin.com
email : syakhruddin@yahoo.com
email : syakhruddin@yahoo.co.id
SMS : 081 2424 5938 PIN 2A2 7FC 722