SYAKHRUDDIN.COM – Suasana di kamar satu Melati Rumah Sakit Akademis Makassar, begitu meriah. Kehadiran anak, cucu dan sanak family telah memberikan nuansa tersendiri dalam proses penyembuhan,
Hj.Zainab Daeng Tjaya. Isteri dari Bapak H.Donding Daeng Ngerang (ayah dan Ibu mertua) yang beralamat di Jalan Macan No.25 Makassar.
Isteri Haji Donding daeng Ngerang bernama lengkap Hj.Zanab Daeng Tjaya, mengalami strokeringan. Penyakit yang mendera, membutuhkan perawatan yang intensif oleh tim dokter rumah sakit, hiburan dari sang cucu dan para cicit.
Cuaca Kota Makassar yang mengalami perubahan ekstrim, terkadang membuat warga terasa gerah, namun tiba-tiba hujan di petang hari, sehingga kami harus selalu siaga untuk antisipasi.
Terutama bilamana menjemur pakaian. Kondisi cuaca yang ektrim ini telah membuat penduduk kota untuk menggunakan berbagai fasilitas, seperti kipas angin, air condition (AC) dan peralatan lainnya.
Hari ini, Senin, 6 Mei 2013 kami kembali hadir di tengah-tengah Ibu mertua, berbagai ceritera masing-masing di tampilkan oleh para pengunjung. Gerak-gerik yang Penulis amati.
Ada yang asyik ber-SMS, bercengkrama dengan adik-adik bahkan ada pula yang sedang membaca, semua sibuk dengan aktifitas masing-masing.
Sementara pembesuk lainnya, menonton siaran televisi yang tersedia di kamar. Pada kondisi seperti ini, barulah terasa betapa nilai kesehatan sangat berharga dan selama ini telah banyak kita sia-siakan.
Kesehatan adalah sumber kehidupan yang terkadang kita abaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kesehatan nanti dirasakan nikmatnya tak kala kita sedang menderita sakit. Berbeda dengan kondisi yang dialami Andi Gunawan dari Lampung, mencoba mencari peruntungan nasib di Tangerang Jawa Barat.
Namun nasib sial menimpa anak muda ini. Andi Gunawan mengalami derita perbudakan di perusahaan wajan (kuali) yang dilakukan dengan pola perbudakan.
Yuki sang pemilik, mempekerjakan pegawainya laksana “kerja rodi”. Anak-anak penerus bangsa itu, di sekap dalam ruangan yang tidak manusiawi.
Mereka dieksploitasihingga akhirnya dua orang berhasil melarikan diri dan melapor pada Polisi.
Pihak yang berkompoten seakan tertampar, baik itu Disnakertrans, Pemda Tangerang dan mereka yang melindungi praktek perburuhan yang sangat tidak manusiawi.
Bupati Tangerang sudah mencabut izin usaha, pihak Serikat Buruh di Tangerang, sudah mengobrak-abrik lokasi praktek perburuhan yang buruk dan pemilik perusahaan bersama empat orang bodyguard-nya sudah mengenakan pakaian biru (pakaian tahanan), untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Sementara saudaranya yang kini menjadi kandidat calon kepala desa, harus gigit jari karena sponsor utama untuk pendanaan di Pilkades nanti, kini sedang berurusan dengan pihak berwajib.
Berbeda dengan salah seorang calon bupati, yang terpaksa harus mengurungkan niatnya untuk menjadi bupati di daerah kelahirannya, karena Partai Politik (Parpol) yang akan dikendarai, meminta mahar sebagai tanda permufakatan partai.
Akan tetapi sang kandidat, tak memiliki dana segar, terpaksa harus gigit jari dan menanggung beban kecewa, sedih dan merana berkepanjangan.
Lain pula halnya dengan seorang kader anak bangsa yang kini tengah menempuh pendidikan. Dengan segala kemampuan yang dimiliki, kedua orang tuanya bahu-membahu memberikan dorongan. Bila selama ini, mereka harus menyelesaikan pekerjaan dengan
jalan rental printer di salah satu kios dekat kampusnya, kali ini dia mendapatkan dukungan untuk membeli perangkat tersendiri.
Semua ini dimaksudkan agar bisa mempercepat proses pekerjaan dan tidak harus terus menunggu dengan hasil yang mengecewakan.
Sebagaimana nasib kandidat bupati yang tak jadi mengendarai parpol impiannya, karena harus buka tas. Dalam sebuah pertarungan politik dewasa ini, selain punya kapabilitas sebagai kandidat.
Juga harus memiliki kapasitas dan lebih inti, mereka harus “buka tas” untuk membiayai proses Pilkada, dan bilamana kelak gagal dalam pertarungan politik yang penuh intrik dan persaingan.
Maka mereka akan menelan “Pil-Pahit” dimana dana habis untuk ongkos politik, harta benda sudah ludes dan kawan-kawanpun sudah meninggalkan dirinya dalam kesendirian, salamaki.