Peristiwa sakral berupa Peringatan Detik-Detik Proklamasi setiap tanggal 17 Agustus menjadi momentum penting dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi bila sebuah pelaksanaan upacara tidak dilakukan terorganisir dengan baik, maka dapat dipastikan, hasil akhir acara tidak berlangsung hikmat, terlebih bila tidak ada gladi kotor sebelumnya, sehingga terkesan memandang enteng sebuah momentum acara.
Demikianlah kondisi terjadi di halaman Dinas Sosial Provinsi Sulsel, Jumat 17 Agustus 2012, diawali dengan suara protokol yang terlalu lembut, padahal ini merupakan acara besar, kemudian sikap sang ajudan yang menyerahkan sambutan kepada Pembina Upacara pada saat Pancasila akan dibacakan, tidak diistirahatkannya barisan di saat sambutan, sementara pelapor Pembaca Pembukaan UUD-Pancasila dan Korpri menjadi kikuk, membuatnya harus mengulang-ulang laporannya.
Semua ini memberi kesan bahwa Perayaan 17 Agustus, hanya sekedar seremoni belaka, tidak lagi mempunyai makna yang sakral. Bila kondisi ini terus berlangsung maka dapat dipastikan generasi mendatang akan mengambil contoh dari sikap yang ada sekarang dan mungkin saja kelak acara peringatan dianggap sambil lalu. Padahal bila kita menyimak 67 tahun perjalanan bangsa, Kemudian kita alihkan pandangan, fokus pada dimensi kemerdekaan bangsa,
Para pejuang kemerdekaan telah mengorbankan seluruh jiwa raganya untuk merebut kemerdekaan dan memproklamirkannya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Jakarta, mereka melakukan penaikang bendera dengan penuh hikmat, karena itu, simbol perjuangan anak bangsa, yang telah dipersembahkan kepada Ibu Pertiwi dan generasi penerus, termasuk kita sekarang yang tengah diberi amanah, melaksanakan acara dan terkesan kurang serius.
Kini saatnyalah kita melakukan introspeksi diri, melakukan sesuatu pembenahan ke dalam dengan sepenuh hati, sebagai wujud penghormatan kita kepada para pendahulu, rela mati berkalang tanah demi kemerdekaan yang akan dinikmati bersama anak cucu di kemudian hari. Kini benderaku makin memudar, pelaksana upacara yang setengah hati, maka wajar bila para syuhada dan pahlawan bangsa, menangis dan tercengang di alam barzah menyaksikan pola dan tingkah kita yang kurang amanah.
Biarlah kondisi ini telah terjadi, dan kita berharap jangan terulang lagi, generasi masa depan harus lebih baik dengan apa yang terjadi pada peringatan 17 Agustus 2012, jangan lagi mengulang kesalahan dan memandang enteng setiap persoalan, termasuk pelaksanaan upacara bendera yang banyak terjadi kesalahan, sehingga mengurangi hikmatnya dari sebuah peringatan.
Berikut ini foto dokumentasi, saat pelaksanaan peringatan k3-67 tahun Kemerdekaan R.I. di halaman Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan
Benar-benar tulisan yang sangat menyentuh mas, upacara memang merupakan pencerminan nasionalisme