
SYAKHRUDDINNEWS.COM – Sejak berdirinya pada tahun 2004 di Lembang, Jawa Barat, Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Indonesia telah menjadi andalan masyarakat dalam situasi darurat.
Kontribusi besar ini terbukti dalam berbagai bencana yang melanda negeri, termasuk di Sulawesi Tengah, di mana tsunami, gempa, dan likuifaksi menghantam daerah tersebut.
Salah satu saksi hidup dari peristiwa ini adalah Pasha Ungu, mantan Wakil Wali Kota Palu, yang menyaksikan langsung kehadiran Tagana sejak awal hingga pascabencana.
Dukungan Pasha Ungu untuk TAGANA
Sigit Purnomo Syamsuddin Said, lebih dikenal sebagai Pasha, adalah sosok penting dalam pertemuan dengan Komisi VIII DPR-RI pada Kamis, 31 Oktober 2024.
Kehadirannya mendapat sambutan hangat dari anggota Tagana seluruh Indonesia. Dalam pertemuan ini, hadir pula Panglima Tagana, Andi Hanindito, dan para Perintis Tagana Indonesia yang turut berdiskusi bersama anggota dewan.
Isu Utama dalam Pertemuan dengan Komisi VIII DPR-RI
Ada empat poin penting yang dibahas dalam pertemuan ini:
Kesejahteraan anggota Tagana – termasuk peningkatan insentif dan kesejahteraan sosial.
Jaminan kesehatan – terutama bagi mereka yang gugur saat bertugas.
Kesempatan karier – penerimaan anggota Tagana dalam seleksi PPPK bagi yang memenuhi syarat.
Pengorganisasian Tagana – mulai dari tingkat nasional hingga ke desa dan kelurahan.
Struktur dan Identitas Tagana sebagai Relawan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
Dalam diskusi ini, Panglima Tagana mengingatkan bahwa Tagana bukanlah organisasi kemasyarakatan (Ormas), organisasi sosial, atau organisasi kepemudaan, melainkan relawan penanggulangan bencana berbasis masyarakat.
Karena bersifat fungsional, struktur organisasi Tagana dikelola oleh Forum Komunikasi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sementara kendali nasional berada di bawah Kementerian Sosial.
Sejarah Singkat dan Kiprah Perintis Tagana
Perintis Tagana, Syafei Nasution, mengenang bagaimana Tagana pernah diusulkan sebagai komponen cadangan nasional di Kementerian Pertahanan, mengacu pada UU 34 tentang TNI.
Pada masanya sebagai Direktur PSKBA, Tagana dilatih oleh Kopassus untuk meningkatkan keterampilan penanggulangan bencana. Pelatihan serupa juga diberikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menghadapi bencana besar seperti Badai Seroja.
Membangun Kompetensi Tagana: Pengetahuan, Keterampilan, dan Nilai-nilai Relawan
Tagana mengedepankan empat kompetensi inti:
Body of Knowledge – pengetahuan teknis bencana.
Body of Skills – keterampilan penanganan lapangan.
Body of Value – nilai dan etika.
Social Skills – kemampuan komunikasi dan jaringan.
Setiap anggota diharapkan menanamkan kebanggaan sebagai relawan bencana yang berkomitmen pada jiwa, bangsa, dan negara.
Harapan dan Masa Depan Tagana: Berkolaborasi dengan Berbagai Pihak
Urip, anggota Tagana dari Papua, membawa tagline “Tagana untuk Semua” dan mendorong kolaborasi antara Tagana dan berbagai pihak, termasuk kementerian, dunia usaha, dan perguruan tinggi. Inovasi ini diharapkan memperkuat peran Tagana, terutama di wilayah terpencil.
Transformasi dan Pembelajaran Berkelanjutan bagi Tagana
Tagana juga menerapkan tahapan perkembangan yang meliputi:
Pengalaman konkret – pengalaman lapangan langsung.
Observasi aktif dan reflektif – pengamatan mendalam terhadap situasi bencana.
Konseptualisasi – merumuskan prosedur atau model dari pengalaman.
Eksperimentasi aktif – penerapan konsep di lapangan.
Di Papua, anggota seperti Urip terus menjalin sinergi dengan masyarakat setempat melalui moto “Berbuat Bersama – Berperan Setara”.
Penutup: Masa Depan Tagana dan Peran DPR dalam Mendukungnya
Pertemuan dengan Komisi VIII DPR-RI membuka harapan bagi peningkatan kesejahteraan Tagana, jaminan sosial bagi mereka yang gugur dalam pengabdian, serta kesempatan untuk berkompetisi dalam PPPK. Pembinaan Tagana akan terus dilanjutkan secara fungsional, mulai dari tingkat nasional hingga desa dan kelurahan.
Dengan semangat “Pantang Tugas Tidak Tuntas,” Tagana akan terus menjadi relawan yang berkomitmen dalam menjaga Persada Nusantara Tercinta (sdn)