SYAKHRUDDIN.COM – Suku Bauzi di Papua dikenal sebagai pemburu buaya. Mereka memiliki bahasa sendiri dan cara berhitung yang unik, menggunakan sistem kaki dan tangan. Seperti apa?
Suku Bauzi tinggal di perkampungan sepanjang tepi Sungai Mamberamo dan Danau Bira, Mamberamo Raya, Papua. Suku ini dikenal sebagai pemburu buaya yang ulung.
Dilansir dilaman detiktravel, Mereka menangkap buaya dengan cara menyelam. Alat yang digunakan hanya tali rotan. Meski dengan alat sederhana, tapi mereka tidak takut terhadap buaya.
Untuk menuju Mamberamo Raya dapat dengan naik pesawat terbang kecil dari Bandara Sentani, atau naik kapal perintis dari Pelabuhan Jayapura menyusuri pantai utara Papua, kemudian dilanjutkan dengan menyusuri aliran Sungai Mamberamo.
Suku Bauzi mengenal cara menghitung yang unik, bukan seperti sistem bahasa Indonesia yang menyebut satu, dua, tiga, dan seterusnya.
Suku Bauzi mengenal cara menghitung sistem kaki dan tangan. Sebagai dasar menghitung digunakan kaki dan tangan.
Sebagai contoh:
5 = auhole (tapak tangan habis)
6 = aumei viva (tapak tangan jari lagi)
7 = aumei behasu viva (tapak tangan dua jari lagi)
11 = naba bu vametea viva (kaki satu jari)
15 = naba meida ahebu fole (kaki satu semua habis)
16 = au ahim fole, naba meida fole, naba bu meida vameta viva (sepasang tapak habis, kaki lagi habis, kaki satu jari)
20 = naba ahim fole (sepasang kaki habis)
21 = dat meida anekeha vametea viva (orang tangan lagi satu jari)
Para ahli linguistik pun menggolongkan bahasa Suku Bauzi termasuk ke dalam fila Papua Teluk Cenderawasih.
Saat ini, generasi muda suku Bauzi yang tinggal di perkotaan lebih mengenal bahasa Indonesia daripada bahasa daerahnya, untuk itu perlu pelestarian bahasa Bauzi dengan cara menjadikannya sebagai pelajaran muatan lokal di sekolah (syakhruddin)