SYAKHRUDDIN.COM – Sebanyak lebih dari 1.000 roket dilaporkan telah meluncur dari kawasan Gaza ke Israel sejak Senin (10/5/21) hingga saat ini, namun sebagian besar tidak sempat mencapai target sebab dihalau pertahanan udara Israel yang salah satunya dikenal dengan nama Iron Dome.
Dilansir dilaman CNN, Iron Dome merupakan sistem pertahanan udara Israel yang berbasis di darat. Fungsinya mengintervensi roket dan artileri jarak dekat yang dikembangkan khusus berdasarkan potensi serangan ke Israel dari teritori Palestina dan kawasan Libanon yang dikontrol Hezbollah.
Dikutip dari Missile Threat, sistem ini berisi tiga elemen utama yakni ELM 2084 Multmission Radar (MMR), battle management and weapon control system (BMC), dan unit penembakan yang dilengkapi senjata roket pencegat Tamir.
Iron Dome yang memiliki roda dan dapat berpindah tempat mampu mendeteksi serangan roket dari jarak 4 hingga 70 kilometer, kemudian meluncurkan roket pencegat Tamir yang akan menghancurkan roket penyerang di udara.
Roket pencegat Tamir sepanjang 3 meter, diameter 0,16 meter, dengan berat 90 kilogram. Tamir yang satu unit disebut seharga US$100 ribu (Rp1,4 miliar) dapat menempuh jarak hingga 40 kilometer.
Aksi Iron Drome menghalau roket dari Gaza hingga meledakkannya di udara sempat ditunjukkan akun Israel Defence Forces di media sosial. Benda seperti bola api dengan buntut asap terlihat saling bertabrakan dan membuat langit gelap berwarna kemerahan.
Harga satu unit Iron Dome diperkirakan mencapai US$100 juta atau sekitar Rp1,4 triliun. Satu unit Irone Dome disebut dapat menjaga area seluas 150 kilometer persegi.
Iron Dome telah menyelesaikan pengetesan final pada Juli 2010 dan dinyatakan dapat beroperasi pada 2011. Saat ini Iron Dome berperan penting dalam pertahanan berlapis Israel untuk melindungi dari serangan misil jarak dekat, mortar, dan roket.
Iron Dome dapat membedakan antara roket yang mengancam wilayah populasi dan yang akan jatuh tanpa berpotensi terlalu membahayakan. Iron Dome telah menghalau lebih dari 1.500 target antara 2011 hingga April 2016.
Selama konflik dengan Hamas, pejabat Israel mengklaim bahwa Iron Dome mencegah 85 persen dari 400 roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza yang diprediksi ditargetkan ke populasi sipil.
Mengutip Eurasian Times, Iron Dome dikembangkan oleh Israel, namun laporan juga menyebut Amerika Serikat turut mendanai pengembangan setelah beroperasi pada 2011.
Melalui pendanaan itu akhirnya AS memiliki hak produksi terhadap Iron Dome. Israel juga membuka kemitraan dengan perusahaan persenjataan AS bernama Raytheon untuk memproduksi beberapa komponen Iron Dome.
Dikabarkan sekitar 55 persen komponen untuk sistem Iron Dome diproduksi di AS.
Saat ini, Israel memiliki 10 unit Iron Dome, setiap unit terdiri dari tiga hingga empat peluncur stasioner, 20 roket Tamir, dan radar medan perang. Beberapa negara di Timur tengah atau Arab sempat dikabarkan tertarik membeli Iron Dome.
Situasi di kawasan saat ini sedang memanas setelah serangan udara Israel menewaskan 32 warga Palestina di Gaza, sedangkan sejauh ini serangan balasan sudah menewaskan tiga orang warga Israel. Ini merupakan serangan paling berat antara Israel dan Hamas sejak perang 2014 di Gaza (syakhruddin)