SYAKHRUDDIN.COM,JAKARTA –Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) menyepakati puluhan kerja sama strategis untuk meningkatkan hubungan bilateral antar kedua negara. Setidaknya, ada 16 perjanjian kerja sama yang ditandatangani.
Kesepakatan ini terjadi saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan
bilateral dengan Putra Mahkota Abu Dhabi dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan
Bersenjata UEA Mohamed bin Zayed di Istana Kepresidenan Qasr Al Watan.
“PEA [Persatuan Emirat Arab] akan tetap menjadi salah satu mitra penting
kerja sama ekonomi Indonesia, terutama di bidang investasi,” kata Jokowi,
seperti dikutip melalui keterangan resmi Sekretariat Kepresidenan, Jakarta.
Indonesia dan UAE menyepakati lima perjanjian antara pemerintah di bidang
keagamaan, pendidikan, pertanian, kesehatan, dan penanggulangan terorisme.
Sementara
itu, ada 11 perjanjian bisnis yang diteken antar kedua negara.
Perjanjian tersebut antara lain di bidang energi, minyak dan gas, petrokimia, pelabuhan, telekomunikasi, dan riset dengan estimasi total nilai investasi US$ 22,89 miliar atau setara Rp 314,9 triliun.
“Kita dapat memulai era baru hubungan kedua negara yang lebih erat,”
kata Mohamed bin Zayed.
“Saya sangat sambut baik hari ini, ada 16 perjanjian kerja sama yang dapat
dilakukan,” kata Jokowi.
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga menyambut baik pembahasan intensif
dengan UAE dalam pembentukan Indonesia Sovereign Wealth Fund, sebuah alat
finansial yang memiliki atau mengatur dana publik dan menginvestasikannya ke
aset yang luas.
“Saran PEA terutama dari perspektif investor, akan kami hargai,” kata
Jokowi.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan
mengemukakan bahwa sebagian dana tersebut akan diinvestasikan dalam pembangunan
Ibu Kota baru di Kuta Kartanegara, Kalimantan Timur.
Presiden Jokowi, ditegaskan Luhut, bahkan telah meminta Pangeran UEA Mohammed
Bin Zayed untuk menjadi Dewan Pengarah dalam pembangunan ibu kota baru
tersebut.
“Crowned Prince itu berulang kali mengatakan bahwa Indonesia adalah
sahabat kami yang sangat dekat, dan berulang kali beliau mengingatkan bahwa
Indonesia penduduk Islam terbanyak. Jadi mereka ingin berkontribusi bagi negara
Indonesia,” kata Luhut.
Tak hanya di Ibu Kota baru, UEA pun menyatakan ketertarikannya menanam modal
untuk pembangunan di Aceh. “Minggu depan kami ada perintah Presiden,
Gubernur Aceh, dan tokoh di situ untuk bicara ini,” kata Luhut.
Adapun sebagian besar dana investasi tersebut, kata Luhut, akan lebih banyak
berada di sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun di sektor-sektor strategis
seperti petrochemical (berbagai sumber)