SYAKHRUDDIN.COM, SAMATA – Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Dr.Firdaus Muhammad,M.Ag, membuka dengan resmi, kegiatan kuliah umum yang digagas Jurusan Pengembangan Masyartakat Islam (PMI) dengan tema “Dakwah dan Literasi, Selasa (31/12/2019), bertempat di ruang Lecture Theater (LT) Lantai dasar FDK Bermartabat.
Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Prof.DR.H.Hasaruddin,M.Ag mengatakan, menutup tahun 2019, Jurusan PMI melakukan kegiatan kuliah umum dengan tema “Dakwah dan Literasi” menampilkan narasumber, Ismah Suardi Wekke, Ph.D dari STAIN Sorong.
Lebih lanjut, Dekan FKD, Firdaus Muhammad mengatakan, di menutup tahun 2019, jurusan PMI masih mampu melakukan aktivitas berupa kuliah umum, dan hal itu patut kita apresiasi.
Dikatakan, dalam menjalani kariernya, sebelum aktif di Kampus UIN, Dekan Firdaus pernah transit mengajar di Tanah Papua, tempat dimana Pak Ismah Suardi sekarang mengabdi.
Menyinggung tentang penelitian, Dekan FDK yang telah menulis sepuluh buku, namun masih sulit menyisihkan waktu untuk menulis jurnal, padahal tuntutan dewasa ini,dosen harus mampu menulis jurnal.
Dikatakan, tuntutan dewasa ini, kita perlu melakukan kolaborasi penelitian antara Mahasiswa dan Dosen.
Karena itu, kita perlu ada mahasiswa luar yang kuliah disini. Demikian halnya dengan dari kampus bermartabat harus ada kuliah di luar sana, Malaysia, Thailand atau sesama UIN/IAIN yang ada di Indonesia dan tahun depan harus kita realisasikan, janji Pak Dekan.
Pentingnya, literasi dakwah ulama, saya telah membuat
buku tentang “Anre Gurutta” Sanusi Baco, Lc, sebenarnya tidak begitu sulit sepanjang ada kemauan.
Tapi bagaimana dengan para guru-guru agama kita atau para “Angre guruta” yang lain, disinilah para mahasiswa dan dosen dapat melakukan penelitian secara bersama, tuturnya.
Sementara itu Suardi Wekke yang mengawali paparannya bertanya, “ Anda tahu tentang Prof Taruna Ikra yang menurut literasi adalah calon penerima nobel.
Atau Dwi yang pernah berfose dengan Habibie dan wartawan menulis, ” Dwi adalah penerus Habibie” ujarnya dalam nada tanya.
Betapa pentingnya literasi akan tetapi setelah dilakukan penelitian mendalam, ternyata Taruna Ikra itu, bukan calon penerima nobel melainkan seorang Laboran.
Jalasnya “Wartawan juga bisa salah” tutur Suardi Wekke, putra kelahiran Maros yang berkiprah di STAIN Papua.
Betapa pentingnya literasi, karena itu sebagai peneliti harus tahu persis, yang mana ayat, mana hadist dan yang mana perkataan ulama dan mana pepatah Arab :
Seperti kalau bulan Ramadan, Dai berkata “ Berhentilah makan sebelum kenyang, ternyata setelah diteliti, itu bukan Hadist Nabi melainkan “ Perkataan seorang dokter di Libanon”
Perkataan sang dokter dari Libanon (berhentilah makan sebelum kenyang), dan ini banyak di kutip sebagai hadist Nabi, tutur Suardi.
Jadi sekarang, sudah saatnyalah mahasiswa dan dosen melakukan penelitian secara bersama-sama
Kita butuh menjalin kelompokkan.
Dan mahasiswa yang memilih Jurusan PMI, harus mampu mengembangkan amanah yang menggalang dakwah dan literasi.
Kita perlu mengembangkan literasi dakwah ulama, meneliti tentang dakwah-dakwah setiap Jumat dari para Dai, sembari membukukannya. “Jangan sampai, naskah dakwah itu berulang dari masjid ke masjid”, kita butuh penelitian.
Lebih lanjut dikatakan, mencari waktu yang tepat dan kehadiran Pak Ismah Suardi untuk mencerahkan pemahaman mahasiswa tentang pentingnya penelitian atau melakukan kolaborasi penelitian antara mahasiswa dan dosen, merupakan suatu kesempatan yang luar biasa bagi mahasiswa, karena itu, di ujung tahunpun, kita masih antusias mengikutinya, tutur salah seorang peserta.
Lebih lanjut Suardi mengatakan, jangan hanya “Makan bersama di kampus” tetapi kita perlu juga melaksanakan penelitian secara bersama sama.
Mulai sekarang kita harus berfikir, “Apa yang akan kita publikasi bulan ini” maka jejak-jejak digital kita perlu dijabarkan.
Mungkin saja, Pengurus HMJ melakukan kegiatan berupa lomba dalam bentuk “Lomba pidato pakai Bahasa Makassar”
Atau kita perlu melakukan penelitian dan mempublis melalui media sosial, sebagai alat memberikan literasi, sebagai suatu kesempatan yang saling mencerahkan.
Sekarang kan pertanyaan Mungkar dan Nakir telah terbuka “Siapa imammu, apa agamamu, oleh sebab itu kita juga perlu diteliti lalu menyusun :
Siapa pendakwah khusus perkawinan, siapa pendakwah khusus takziah dan siapa Dai khusus ceramah Jumat, itu diteliti lalu diPublikasi, katanya.
Suardi Wekke lalu mengajak mahasiswa untuk memperdalam Bahasa Inggeris, kalau perlu, belajar ke Pare sana, agar kadar penelitian anda makin berbobot.
Mengakhiri paparannya. Suardi yang menduduki jabatan Kepala Pusat Penjaminan Mutu dan pernah belajar S III di Universitas Kebangsaan Malaysia mengharapkan, untuk mampu melakukan penelitian dan menuliskan dengan baik.
Diakhir paparannya, Suardi berharap kepada segenap mahasiswa untuk memperkuat penelitian. Penelitian itu membutuhkan biaya tapi kita jangan tergantung pada seseorang.
Akan tetapi gunakan jurusan ATM (Allah Tempat Meminta), ucap Suardi yang kini mengembangkan hobbynya sebagai seorang youtuber anyar pada akun @ iswekke atau melalui kontak person 0813 1554 0777.
Mengunci pembicaraan, Dr. Sakaruddin Mandjarreki, Sekretaris Jurusan PMI, yang didapuk sebagai moderator mengatakan, di zaman Menteri Daud Yusuf di era Soeharto mengatakan “Kampus itu adalah perkampungan yang suci senyap, karena disana sedang berlangsung proses belajar mengajar dan penelitian, dewasa ini kita saksikan lebih banyak komentarnya dan penelitian, maka benarlah kalau ada radio Gamasi disini, yang lebih banyak bahasa tutur daripada menulisnya.
Pada sisi yang lain, masa silam kita juga memiliki “budaya tutur” akan tetapi melahirkan literasi tentang Laga Ligo” yang naskahnya melampaui daripada karya masyhur “Mahabrata”
Di Kerajaan Gowa ada penulis Lontara Daeng Pamatte, merupakan penulis kerajaan yang memanfaatkan “Lontara bilang” sebagai bahan literasi untuk menyampaikan dan menyebarkan agama, dewasa ini bagaimana ??? kata Ebit G. Ade, “tanyalah pada rumput yang bergoyang” (syakhruddin)