Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan
masa-masa suhu panas ekstrem sudah terlewati. Sebagai gantinya, sepekan ke
depan diperkirakan bakal terjadi hujan lebat di sejumlah daerah.
“Kalau soal suhu panas, fase atau periode saat ini untuk suhu panas sudah
lewat. Sehingga sampai Desember nanti potensi yang mencapai 39 sudah
terlewati,” terang Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG
Miming Saepudin dalam konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta, Kamis (31/10/2019).
Miming menjelaskan potensi cuaca ekstrem itu terjadi lantaran tiga bulan ini merupakan masa transisi pergantian musim atau pancaroba.
“Jadi September, Oktober, November ini potensi cuaca ekstrem sangat
signifikan terjadi, artinya akan ada puting beliung, petir, hujan es, hujan
lebat disertai angin kencang dan petir. Kalau ini bulan Oktober, kita ini masih
di musim transisi,” papar dia.
Selain jenis bencana tersebut, masyarakat juga perlu mewaspadai tanah longsor
serta banjir. Namun, ia memperkirakan cuaca ekstrem tersebut masih dalam batas
normal. Masyarakat pun diminta tetap membersihkan saluran air sebagai
antisipasi hujan lebat.
Tipe curah hujan pada musim hujan ini kondisinya diprediksi normal, tidak
terlalu ekstrem,” terang dia lagi.
BMKG memperkirakan musim penghujan terjadi pada pertengahan November 2019
hingga awal 2020. Musim hujan ini memang mundur dari waktu normal, dengan
puncak musim penghujan pada Januari hingga Februari 2020.
Miming memprediksi potensi hujan lebat selama tujuh hari ke depan terjadi di
antaranya di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Kemudian diikuti oleh
Jawa Barat dan DKI Jakarta, Jawa Tengah, serta Jawa Timur.
“Sedangkan wilayah lain di Sumatera
sudah cukup basah karena sudah ada juga yang memasuki musim hujan termasuk
Kalimantan,” lanjut dia.
Selain hujan lebat, sepanjang musim transisi ini BMKG juga meminta masyarakat
mewaspadai potensi gelombang laut selama November 2019. Sejumlah perairan yang
terpantau bakal mengalami gelombang tinggi di antaranya Perairan Barat Sumatera
hingga Selatan Bali-Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Tapi tidak sampai mengganggu pelayarannya, hanya perlu waspada dengan
gelombang tinggi,” tutur Miming lagi (bs/syakhruddin)