Akhir hayat enam orang gembong Narkoba berakhir di ujung senapan Sabtu dinihari 18/1 pada dua lokasi, Nusakambangan dan Boyolali. Keenam orang pelaku yang berhasil ditangkap pihak berwajib Indonesia dan menghuni penjara Nusakambangan,
masing-masing, Marco Archer Cardoso Moreira (WN Brazil), Namaona Denis (WN Malawi), Daniel Enemuo alias Diarrassouba Mamadou (WN Nigeria), Ang Kiem Soei alias Kim Ho alias Ance Tahir alias Tommi Wijaya (WN Belanda), Tran Thi Bich Hanh (WN Vietnam) dan Rani Andriani alias Melisa Aprilia, satu-satunya warga negara Indonesia yang akhir hayatnya ditentukan di ujung senapan.
Lima terpidana itu akan dieksekusi di Nusakambangan, SATU ORANG di Boyolali. Di Nusakambangan sendiri sebenarnya ada 9 LP, namun kini hanya tinggal 4 saja yaitu LP Batu, LP Besi, LP Kembang Kuning dan LP Permisan. Sedangkan 5 LP lainnya yaitu Nirbaya, Karang Tengah, Limus Buntu, Karang Anyar, dan Gleger telah ditutup.
Kapolres Cilacap AKBP Ulung Sampurna Jaya menyebut 1 narapidana Daniel Enemuo alias Diarrassouba Mamadou (WN Nigeria) dibawa ke Jakarta. “Daniel dibawa ke Jakarta. Ada surat Dubes Nigeria (yang isinya jenazah) dibawa ke sana,” kata Ulung kepada wartawan di Dermaga Wijayapura, Cilacap, Jateng.
Selain itu dua jenazah Ang Kim Soei dan Marco Archer Cardoso Mareira akan dikremasi di Surabaya. Sedangkan Rani Andriani, jasadnya dibawa ke kampung halaman di Cianjur. “Yang dimakamkan di dalam atas nama Namaona Denis,” sebut Ulung.
Dia menambahkan proses eksekusi berjalan lancar.
Tim eksekutor yang juga terdiri dari regu tembak berhasil melakukan eksekusi sesuai rencana yang sebelumnya disusun.
Pelaksanaan eksekusi enam terpidana mati yang berlangsung sesuai skenario yang telah disusun petugas,menjelang pelaksanaan eksekusi mati suasana Lapas Pasir Putih, Nusakambangan pun terasa beda.
Para terpidana, terutama yang divonis hukuman mati resah. Namun, ada seorang terpidana mati yang begitu siap menghadapi regu tembak, dia adalah Ang Kim Soei.
Ang Kim Soei adalah warga negara Belanda kelahiran Papua. Pria berusia 62 tahun itu memiliki beberapa nama alias, Ance Thahir, Kim Ho, dan Tommi Wijaya.
Dia juga dikenal sebagai Raja Ekstasi Ciledug. Itu karena dia ditangkap di pabrik ekstasi miliknya yang ada di kawasan Cipondoh, Ciledug, Tangerang, pada 2002.
Nusakambangan sendiri sering disetarakan dengan Pulau Alcatraz di tengah Teluk San Francisco di California, Amerika Serikat. Alcatraz dahulu merupakan benteng pertahanan militer pada tahun 1850 dan kemudian dijadikan penjara dengan keamanan ketat pada tahun 1933.
Selama dioperasikan, banyak penjahat-penjahat terkenal yang menghuni Alcatraz seperti Al Capone, Robert Franklin Stroud, dan Alvin Karpis.
Di Alcatraz juga terdapat mercusuar tua yang masih beroperasi dan ditempati koloni burung-burung laut. Namun, pada tanggal 21 Maret 1963, Jaksa Agung AS Robert F. Kennedy menyatakan bahwa penjara di Alcatraz ditutup selamanya karena biaya operasinya mahal.
Sementara di Boyolali, Ajal sudah menjemput Tran Thi Bich Hanh (37) yang dieksekusi regu tembak di Boyolali. Pihak Kejaksaan memenuhi keinginan wanita yang akrab dipanggil Asien itu yaitu dikremasi di Krematorium Kedungmundu Semarang.
Jenazah tiba di Krematorium Kedungmundu pukul 04.36 dengan mobil Jenazah yang dikawal mobil Patwal dan iring-iringan mobil lainnya. Selain dari kepolisian, terlihat juga beberapa petugas dari Kejaksaan Tinggi Jateng.
Asien, sapaan Tran, sebelum dieksekusi mengungkapkan permintaan terakhirnya. Ia berharap agar tangannya tidak diborgol saat dieksekusi, kemudian setelah meninggal jenazahnya agar dikremasi di Semarang. Selain itu Asien juga meminta agar keluarganya tidak datang.
Wanita asal Vietnam itu berangkat dari Lapas Wanita Bulu Semarang sekitar pukul 20.50 dengan iring-iringan mobil Xenia dan Avanza. Sebelum berangkat, Asien berdandan dan mengenakan pakaian serba putih termasuk topi yang diinginkannya.
“Dia begitu pintu kamar dibuka langsung keluar jalan masuk mobil dadah (melambaikan tangan) sama pegawai,” kata Kalapas Wanita Semarang, Suprobowati, Sabtu (17/1) malam.
Sebanyak 14 anggota regu tembak melakukan eksekusi terhadap Asien di Boyolali pukul 00.30, serentak dengan lima narapidana lain yang dieksekusi di Nusakambangan.
Saat ini prosesi kremasi sudah berlangsung dengan diawali doa dan penekanan tombol oleh Rohaniwan wanita. Usai memulai kremasi, rombongan yang terdiri dari polisi, Kejaksaan, dan Rohaniwan itu pergi tanpa ada yang memberikan penjelasan.
Diketahui Asien terlibat kasus penyelundupan 1,1 kilogram sabu di Bandaara Adi Soemarmo. PN Boyolali menjatuhkan hukuman mati kepada Asien tanggal 22 November 2011. Ia berada di Lapas Wanita Bulu Semarang sejak 20 Januari 2012.
Sekitar pukul 19.00, Ang Kim Soei dengan dikawal empat sipir meninggalkan lapas Pasir Putih. Dengan tangan diborgol, dia berjalan santai. Mengenakan kaos berwarna merah, raut mukanya tampak tenang.
Begitu sampai di ruang tunggu, sipir menyelipkan sebuah amplop surat berwarna coklat di saku kaosnya. “Ini Ang Kim Soei, mana perwakilan Kedutaan Besar Belanda,” tanya salah satu sipir.
Sayang, ternyata tidak ada seorang pun perwakilan Kedubes Belanda yang datang. Akhirnya, Ang Kim Soei diarahkan menuju bus tahanan dan meluncur ke Lapas Besi untuk diisolasi.
Di Lapas Besi, Ang Kim Soei satu sel dengan Marco Archer C Moreira asal Brasil. Moreira adalah terpidana mati atas kasus penyelundupan heroin seberat 13,5 kg pada 2003.
Kalau Moreira uring-uringan dan tampak stres, Ang Kim Soei tampak tabah menghadapi ancaman maut. Setelah menjalani sidang pemberitahuan tentang eksekusi yang akan dilakukan Minggu besok (18/1), dia langsung masuk ke dalam sel isolasi. Tatapannya lalu menerawang ke luar sel sambil kedua tangannya memegangi jeruji besi.
Di bawah sinar lampu neon yang terang, mukanya tampak sedih. Namun, tidak menunjukkan emosi yang berlebih. Tampak sekali, dia sudah menerima rencana eksekusi dirinya. Saat itu, seorang sipir mendatanginya.
“Pak, saya pamit ya. Maafkan jika ada kesalahan selama ini,” ujar sang sipir kepada Ang Kim Soei. Keduanya lalu berjabat tangan dan sipir itu pergi keluar dari Lapas Besi