SYAKHRUDDIN.COM – Adalah Andi Arif Simping, Pegawai pada Dinas Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan, tetangga dari Ananda Hamdi Malkan, keduanya terlibat perkelahian (duel) satu lawan satu di malam takbiran, Rabu 7 Agustus 2013.
Ikhwal peristiwanya, ketika Hamdi yang tertetangga dengan Arif, bermaksud membuang sampah di ujung lorong, sementara Arif menyiram halaman rumah hingga ke jalan.
Hamdi yang berada diatas motor, seakan dihalangi oleh Arif, sembari menyemprotkan air ke jalan, merasa terhalang, Hamdi lalu tancap gas. Sepulang membuang sampah, Arif semakin nekad menutup jalan, akhirnya Hamdi turun dari motor.
Tanpa komentar, keduanya saling bertinju, Hamdi yang mendapat serangan tiba-tiba, tidak bisa mengelak tinju sehingga mengenai muka sebelah kanan dan hidungnya mengeluarkan darah.
Mendapat serangan yang mendadak, Hamdi lalu memeluk dan membanting lawannya, hingga terjatuh ke got, lalu menginjak-injak Arif yang berbadan kecil, keduanya berkelahi seperti “Petinju” sayang tak ada yang menyaksikan, karena warga kompleks siap untuk sholat magrib.
Berita perkelahian itu, disampaikan Ananda Lisna kepada orangtua dan sanak family, kami pada berdatangan ke rumah Hamdy dengan menggunakan sepeda motor.
Tak lama kemudian, datang panggilan dari tokoh masyarakat di Kawasan Perumahan Andi Tonro Permai Kabupaten Gowa. Nama Sang Tokoh, Drs.Syahir Effendi Daeng Sawi, Penulispun ikut serta ke rumah sang tokoh.
Setelah memberi salam, kami dipersilahkan duduk di ruang tamu. Usai mendapatkan penjelasan, Sang Tokoh lalu berkata pelan, “Kita di kompleks ini adalah bersaudara, bila ada masalah mari kita selesaikan ke dalam, tidak usah dipolisikan, apalagi ini merupakan hari kemenangan” ujarnya.
Setelah mendapat penjelasan, Daeng Sawi memerintahkan memanggil Andi Arif Simping, yang rumahnya bersebelahan dengan Hamdy Malkan.
Begitu masuk rumah Sang Tokoh, And Arif Simping yang juga dosen luar biasa di salah Perguruan Tinggi di Makassar, langsung mengulurkan tangannya ke Hamdy Malkan, “Maafkan saya dinda, Saya yang salah” tuturnya tegas.
Setelah saya sholat Isya, saya “menyesal” kenapa terjadi hal semacam ini dengan tetanggaku, jadi begini dik, izinkan saya besok bertamu dengan isteriku ke rumah dinda” sekali lagi saya mohon maaf, keduanya lalu berpelukan sembari menepuk-nepuk pundak.
Hamdy lalu memperkenalkan, ini mertua saya, ” Andi Arif lalu “meminta maaf” saya salah Pak, “Saya mohon maaf” dan keduanya saling berangkulan lagi, di iringi dengan suara takbir dan tahmid dari mesjid yang terletak di kawasan kompleks Perumahan Andi Tonro Permai Kabupaten Gowa.
Dari insiden ini, kita dapat menarik perhatian, betapapun beratnya masalah kalau kita menyadari bahwa kita yang bersalah, kemudian mengakui secara jantan akan kesalahan itu, lalu meminta maaf kepada korban, maka sesungguhnya itu adalah perbuatan yang terpuji.
Memang sulit meminta maaf, akan tetapi lebih sulit memberi maaf, sebagai insan yang beriman dan telah berpuasa selama sebulan penuh, marilah di hari kemenangan ini, kita saling memaafkan, ” minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin”.
Semoga dengan insiden di malam takbiran ini, menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi dua orang yang bertetangga Arif-Hamdy, semoga dengan kemesraan yang di bangun di Hari Kemenangan 1 Syawal 1434 H akan menghiasi perjalanan bertetangga, sebagaimana ungkapan bijak oleh pendahulu kita, bahwa sesungguhnya, tetanggamu adalah saudaramu yang terdekat, salamaki.