Selamat pagi, Apa kabar Pak ? buka cepat pintunya, Pak Kabid mau masuk. Demikianlah kalimat yang sering saya jumpai saat memasuki suasana perkantoran, ketika masih memiliki jabatan.
Kini jangan lagi berharap demikian, semuanya sudah berubah, sekarang semuanya harus dikerjakan sendiri. Suasana kerja yang membangun kreatifitas tinggi memang terkadang sulit dilalui oleh mantan pejabat.
Tapi bagi mereka yang memiliki etos kerja yang tinggi, persoalan yang demikian itu, dianggap sebagai angin lalu. Disinilah letak kualitas kerja dari seorang yang memiliki visioner dan semangat mengabdi tanpa pamrih.
Di belahan kawasan sana, kini sedang bergelut dengan tugas-tugas kepariwisataan yang menuntut tanggungjawab besar. Beruntung dengan pengetahuan Bahasa Inggeris yang mempuni sehingga tidak kesulitan dalam menjalin relasi dengan mitra kerja yang menjadi koleganya.
Demikian halnya dengan ponakan yang bernama LISA, hingga kini tetap aktif belajar untuk meraih cita-cita yang menjadi tumpuan harapan kedua orang tuanya. Berbeda halnya dengan kami yang sedang asyik menerbitkan media yang bernama Tabloid Bawa Karaeng, disini tim kerja dituntut untuk masing-masing mandiri, mulai dari para repoter, koresponden daerah, desain grafis,redaktur, pemasaran hingga marketing mereka dituntut tanggungjawab dan mencintai tugas masing-masing.
Disini harus lahir manusia unggulan yang bekerja dengan riang tanpa ada tekanan dari pihak atasan, apalagi yang namanya upeti untuk bos, semua sudah sirna dan berganti dengan semboyan, “ Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah,”
Kata bertuah dari Pramoedya Ananta Toer itu menjadi pemacu bagi kami di redaksi untuk terus menulis, karena dari tulisanlah kami bisa menjadi bagian dari sejarah. Ada sesuatu yang tidak bisa hilang dalam diri yaitu etos dan semangat kerja. Kita boleh tak memiliki harta benda tapi bila semangat sudah hilang maka kita akan hilang segala-galanya.
Seorang mitra kerja yang mengadukan pasangan hidupnya, kalau suaminya itu bagai benalu dalam keluarga, sang isteri terus dieksploitasi untuk mencari rejeki, membeayai anak sekolah bahkan menyantuni ponakan yang amat dekat dengannya, semua dilaakoni dengan tegar.
Sementara sang pasangannya hanyalah menikmati hasil lelehan keringat sang isteri, ini semua disebabkan karena “hilangnya semangat kerja,” karena itu jangan pernah berhenti berkarya, dan teruslah berkreasi sebagai motto sebuah organisasi kemanusiaan, “Pantang Tugas Tidak Tuntas,”
Semoga dengan catatan kecil ini akan menjadi motivasi bagi para pembaca untuk terus berkarya sekalipun sudah mamasuki masa purnatugas, karena hanya orang yang mampu melawan dirinya yang bisa unggul dalam kehidupan, salamaki.
Salam Takzim
www. syakhruddin. com
email : syakhruddin@yahoo.co.id
email : syakhruddin@gmail.com
SMS : 081 2424 5938 PIN 2A2 FC 722