Nama kecilnya Baha, ayahnya sudah wafat
Kedekatan tempat tinggal
Membuatnya Menjadi ipar
Namanya Baharuddin Dg Gading
Dua putra-putrinya yang lahir
Dari rahim adikku yang sudah mendahuluiku
Kini suaminya tetap dalam kesendirian
Tak beristeri dan kini sudah sering sakit
Tadi pagi kujenguk di sebuah bangsal rumah sakit
Terasa sobek jantungku menyaksikannya
Kucoba untuk tegar dan menahan tangis
Tapi di kantorku air mata kutumpahkan
Seandainya saja adiku masih hidup disisinya
Tentu saja hidupnya tak akan begini
Kusodorkan amplop berisi uang
Sembari kutimpali tawa yang buat–buat
Sekalipun dalam dadaku sesak bercampur sedih
Kubungkus tawa disisi penghuni bangsal
Ya itulah kenyataan dan nasib kita masing-masing
Walau semua ini hanya sementara
Tuhanku… hari ini suasana batinku terasa gundah
Menghiasi seluruh alam fikirku
Namun kutahu kalau ini hanyalah suasana batin
Tak aku tak bisa terlalu larut
Sembuhlah wahai adinda
Terima semua itu pemberian Sang khalik
Walau dirimu masih kurang beruntung
Tapi perhatianku padamu selalu hadir
Jangan biarkan airmata ini mengalir deras
Jangan iriskan deritamu dihadapanku
Karena aku tak sanggup menatapnya
Terima dan bersujudlah kepada-Nya
Masih ada hari esok
Masih ada tawa dan canda
Dan yang pasti kita hidup
Menggenggam nasib masing-masing
Makassar, 8 Juni 2013
Bangsal Maleo RS. Bhayangkara Makassar