Sunyi mendera sukma
Di saat dirimu tak mampu mendengar titah
Engkau tak memahami keinginanku
Walau itu permintaan yang wajar
Engkau menuduhku kini pemarah
Engkau tak merasakan derita batin
Tapi kenapa baru sekarang berubah
Mengumbar amarah dan menyalahkanku
Diam adalah solusi
Diam adalah pemberontakan
Diam adalah manifesto kejengkelan
Diam berarti matinya idealism
Untuk apa bersolek ria
Untuk apa mengumbar senyum
Kalau hanya buat orang lain
Sementara ideku terkerangkeng dalam diam
Dimana kisah indah masa lalu
Dimana asmara masa muda yang menggelora
Dimana pengertian dan kearifanmu
Mau kemana bahtera ini dilayarkan
Jangan biarkan diri ini tiarap dalam duka
Bersatu dalam bara yang getir
Memantik tawa yang hambar
DalamĀ jalinan kasih yang terluka
Kembalikan masa indah dimasa lalu
Perbaiki kesalahan itu
Agar kita dapat melangkah
Meraih cita yang diimpikan
Jangan lagi munculkan amarah di permukaan
Jangan lagi mau jadi komandan
Karena disini hanya ada satu nakhoda
Jangan pernah ada lagi pembangkangan
Hadirkan hari-hari indah dalam diam
Biarkan mega berselimut salju
Biarkan amarahmu membungkus dada
Hingga sesak tak tersisakan
Kujalani hari-hari penuh ketegaran
Kukembangkan layar setinggi mungkin
Agar angin buritan mendorongku
Menuju kepangkuan penantian
Jangan kibarkan perseteruan
Karena perahu yang tertambat
Siap berlayar sewaktu-waktu
Ke tujuan akhir yang sesungguhnya
Kibarkan damai dihatimu
Karena dampaknya ke wajahmu
Jangan bersolek karena orang lain
Tapi buatkan sorga di tempat ini
Jangan kritisi semua tindakanku
Jangan paksa kami memberontak
Karena kekuatan tertinggi
Bukan dalam bingkai kepasrahan
Jangan menganggap ada kemenangan
Tapi cari solusi dan rubah pandanganmu
Agar bisa menatap indah
Saat menteri menuju keperaduan
Hari-hari penuh misteri
Harus mampu dijalani dalam sepinya waktu
Hanya ada sebuah pilihan pelarian
Bersujud kepada-Nya agar dunia TERSENYUM
Makassar, 10 Maret 2013 Pukul 10.00 Wita