Suasana kantor redaksi Bawa Karaeng yang asri, dimana Penulis melakukan aktifitas seorang diri dalam kamar yang ekslusif, tentu memberikan suasana dan semangat kerja yang mumpuni.
Betapa tidak, fasilitas yang selama ini dibeli dengan uang pribadi, ketika masih bertugas sebagai Kepala Bidang Banjamsos pada Dinsos Prov. Sulsel, turut diboyong ke kantor baru, dan ini jelas bukan milik inventaris kantor, melainkan kepunyanan pribadi.
Kondisi kerja yang nyaman, seakan tidak jauh berbeda ketika masih aktif di jajaran birokrasi, bedanya, disini tidak ada lagi fasilitasi perjalanan dinas, kalau dahulu masih diperoleh, perjalanan luar daerah atau perjalanan dalam daerah.
Bahkan terkadang ada perjalanan pinjam nama alias fiktif. Kesemuanya itu sudah berlalu, dan kini berganti dengan “Perjalanan Mandiri”
Semua harus diselesaikan secara sendiri-sendiri, tanpa membebankan kepada APBD ataupun APBN, kelebihannya.
Penulis tak perlu lagi membuat laporan dan mencari tanda tangan SPPD di institusi tujuan, kami hanya butuh reportase dari sebuah perjalanan kunjungan kerja.
Suasana kantor yang kondusif, amat mendorong produktifitas dalam menyelesaikan tanggungjawab sebagai “Pemimpin Redaksi” pada Tabloid Bawa Karaeng, rekan lainnya bekerja secara tim, tergabung kelompok wartawan berada di lantai dasar.
Sementara pemimpin umum dan pemimpin perusahaan menempati ruangan masing-masing, untuk komunikasi antar ruangan dan penyesaikan pekerjaan menggunakan fasilitas WIFI.
intinya kami memasuki dunia kerja berbasis tekhnologi.
Memanfaatkan waktu sebelum pulang ke rumah, Penulis menyelesaikan sebuah tulisan dengan topik “Renungan di Rembang Petang” semua ini dimaksudkan, betapa tidak mudahnya, melalui sebuah proses perubahan, dari suasana birokrasi yang tertata melalui disiplin kerja, menjadi sebuah kerja tim berbasis kinerja.
Sementara di Tabloid Bawa Karaeng, tentu berbeda budaya kerjanya, kami terkadang dikejar dengan kondisi “deadline” semua harus ada batas waktu, sehingga suasana sebagai pensiunan tidak terasa karena kesibukan yang amat luar biasa.
Disini kami dituntut tugas mandiri, bersama seorang Mentor yang bernama Iccank yang ahli di bidang TI (tehnologi informasi), selalu setia memberikan dukungan, manakala kami kesandung dalam hal pengiriman naskah.
Dukungan persuratan yang lancar, karena sekretaris kami yang bernama Lhina, dengan cepat mengakses jalur internet, untuk menyampaikan laporan pada kesempatan pertama.
Tak kalah pentingnya, faktor konsumsi yang dinakhodai “Bahri alias Bali” selalu siaga menyiapkan kopi atau teh, kepada redaktur maupun para tamu.
Akan tetapi dibalik semua itu, ada sebuah dorongan yang sungguh luar biasa, pendorong semangat dikala kondisi tak mendukung.
Pendek kata, di Bawa Karaeng semua sudah siap. Selain itu, ada hal yang lebih spesifik, bersama Pemimpin Umum, kita akan diajak berkelana ke dunia spiritual, dan mencari jatidiri sebagai orang hamba.
Disini Anda harus mampu memasuki dunia yang penuh kesyahduan hakikiah, menuntut ketekunan dan keseriusan, terutama untuk mencari jatidiri yang sesungguhnya, darimana kita berasal dan akan kemana akan kembali.
Karena itu, kenalilah dirimu, agar Anda dapat melangkah menemui Sang Khalik. Di Rembang petang di Bawa Karaeng, sebuah nuansa yang berbalur keindahan dunia.
Berujung pada akhir menjelang magrib, Karena itu, mari tinggalkan kesibukan dunia dan segera melaksanakan sholat magrib tiga rakaat, salamaki.