SYAKHRUDDIN.COM – Musim kemarau yang berkepanjangan telah membuat suasana kota menjadi gerah dan gampang terbakar, kondisi alam dengan suhu 45 derajat membuat warga kota Makassar sering mencari tempat yang rindang.
Sementara sebagian lainnya menikmati sejuknya air kelapa di sepanjang Pantai Losari yang tembus ke Jalan Nusantara Makassar.
Kebakaran yang terjadi berbagai tempat dalam kota Makassar membuat para tim sukses kandidat gubernur dimanfaatkan untuk meraih simpatik, sistim penanganan bencana yang semula menjadi kawasan dan tanggungjawab kota.
Berubah menjadi peran dan fungsi provinsi, para tim sukses saling berlomba memberikan bantuan, mencari simpatik di balik musibah.
Tata aturan yang semula menjadi kawasan dan tanggungjawab Dinas Sosial Kota Makassar, berubah fungsi menjadi bantuan dari Tim Sukses sang calon.
Bahkan bila dianggap lambat, maka dapat berubah bumerang, menjadikan seseorang laksana pejabat yang KEBAKARAN JENGGOT.
Sebagaimana kejadian yang melanda warga Kelurahan Maccini Kecamatan Makassar tanggal 28 September 2012, menghanguskan 4 buah rumah rusak berat, 2 unit rusak ringan, mengakibatkan 10 KK atau 28 jiwa kehilangan tempat tinggal.
Dimana seseorang mengirimkan sms kepada sang kandidat yang memaksa segera memenuhi keinginan, masyarakatpun makin cerdas memanfaatkan setiap moment untuk saling meraih dan mendapatkan bantuan gratis.
Sementara di Hari Peringatan Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2012, dua buah rumah yang dihuni 3 Kepala Keluarga (KK) juga di lahap si jago merah.
Kedua kejadian ini menjadi ajang bagi para kandidat untuk meraih simpati dalam memberi pertolongan kepada korban kebakaran.
Bahkan ada saja petinggi yang nyaris kelimpungan, manakala anak buahnya tdak cepat tanggap dalam penanganan bencana, sekalipun aturan main yang selama ini disepakati untuk penanganan sesuai dengan pembagian kerja.
Saat ini berubah menjadi ajang untuk meraih simpati, sehingga musibah dan kandidat laksana setali tiga uang, itulah dunia politik, semua sifatnya kamuflase dan ketulusan tentu hanya milik Allah Yang Maha Mengetahui.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana Anda menyikapi kondisi semacam ini, kembali kita bertanya terhadap hati nurani masing-masing.
Apakah sebuah pemberian itu bersifat tulus atau ada sesuatu di balik pemberian, wallahualam bissawab.