SYAKHRUDDIN.COM – Berbekal surat pengantar dari Polsek Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar, ARYANI dan SUHARTINI nekat mendatangi Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan yang beralamat di Jln. A.P.Pettarani No. 59 Makassar.
Keduanya tak pernah membayangkan, dimana alamat itu berada, bagaimana kondisinya setelah tiba di perkantoran, baginya hanya ada dalam fikiran bagaimana menjalani suratan takdir dan bisa pulang ke kampung halamannya di Kota Malang-Jawa Timur.
Kedua pembantu yang malang ini, mengisahkan riwayat hidupnya di hadapan TRC (Tim Reaksi Cepat) Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan yang di komando Dra.Hj.Andi Tenriola Pakki bersama anggotanya Yusran, Andi Hiar Hamid dan driver Sdr. Rahmat.
ARYANI RATNA PERTIWI sesungguhnya dahulu adalah anggota Bhayangkari, karena suaminya beristeri lagi, maka ia nekat meninggalkan suami daripada di madu.
Tiga orang anaknya yang tersebar di berbagai pulau di Indonensia, masing-masing Didik di Papua, Yuliana di Sampit Kalimantan Barat dan Widi yang bertugas di Banjarmasin.
Kenangannya pada anaknya sangat membekas, apalagi dia besarkan dengan kondisi sebatangkara, terlebih si bungsu Didik yang bermukim di Banjarmasin. Sekali waktu ia di panggil oleh anaknya ke Banjarmasin.
Selama 11 bulan hidup bersama anak dan mantunya, hingga ia berniat pulang, harapannya dia akan diantar pulang tapi oleh anaknya mendapatkan jawaban.
Pulang saja sendiri kalau mau, rasa sedih yang mendalam, hingga Ratna meneteskan airmata kalau mengingat kelakuan anaknya kepadanya, namun dia tetap memaafkan putra bungsunya dan mengatakan.
Mungkin dia agak lupa sehingga mengeluarkan kalimat demikian, dan sayapun memaafkannya, tuturnya dengan terisak-isak, sekali lagi fakta mengatakan, kasih anak sepanjang galah dan kasih ibu sepanjang jalan.
Para petugas TRC yang mendengarkan penuturannya ikut juga prihatin bahkan ada yang mau ikut meneteskan air mata, namun buru-buru diberikan pelayanan, dengan membuatkan surat pengantar ke Pelabuhan.
Dibelikan tiket kapal laut tujuan Surabaya lalu diantar ke Pelabuhan Soekarno Hatta Makasasar dengan kendaraan RTU (Resque Tactikal Unit), agar keduanya bisa berangkat dengan kapal Pelni KM. Labobar pada hari Selasa Sore 12 Juni 2012.