SYAKHRUDDIN.COM – Alesha Shanum Fitransyah, Pukul 23.00 Wita kembali kami larikan ke Rumah Sakit Ibu & Anak Paramount di Jalan AP Pettarani Makassar, Minggu 18 April 2021.
Kondisi step dengan panas yang tinggi, sambil menggigit lidahnya, sebagai langkah darurat, dimasukkan jari telunjuk, agar lidahnya tidak ikut digigitnya.
Ternyata gigitannya kuat sekali, sehingga jari telunjuk kiri Sang kakek, masih membekas sampai sekarang, demikian pula dengan ibunya.
Ayahnya yang baru saja berangkat ke kantor, di telepon segera pulang, sementara Sang Kakek mengeluarkan mobil untuk memudahkan akses.
Saat Popo tiba, Shanum segera dilarikan ke Paramount langsung ke ruang emergency di Lantai II sebelah kanan.
Pemeriksaan dokter dimulai, lalu datang Sang Nenek di bonceng oleh Dian memakai motor putih, semuanya begitu mendadak dan serba darurat.
Pemeriksaan masih berlanjut, tulisan ini pun di buat di teras RSIA Paramount sambil sesekali melihat masuk ke ruang gawat darurat.
Suasana sedikit lega, karena sudah di tangan dokter dan kami terus menanti di pintu depan, tempat pengambilan formulir rapid antigen.
Sambil menunggu proses lanjut, sementara tulisan dihentikan sampai ada perkembangan dan saat ini sudah menunjukkan Pukul 24.00 dinihari.
Pukul 01.00 dinihari, Kakek Shanum diberi kesempatan pulang bersama Dian, sementara mereka berempat masih bertahan, untuk mendapatkan hasil diagnosis dokter, sekaligus menyelesaikan pembayaran dalam kondisi darurat.
Sesi Kedua :
Usai santap sahur, kondisi kembali kumat, berbagai upaya dilakukan, selain kompres juga menahan lubang pantat, dengan kain basah, sambil memberi air zam zam.
Sempat reda sejenak, lalu sholat subuh, di rumah saja, tidak lagi ke Masjid Besar Al-Abrar. Shanum mengeluarkan kotoran dengan bau yang sangat menyengat.
Kondisi makin tidak terkendali, akhirnya Sang Nenek menghubungi Emba dan Isterinya yang memiliki kepandaian mengobati anak-anak yang sering step atau menangis sepanjang malam.
Kriiiing, telepon tersambung dan alhamdulillah, setelah Emba dan isterinya selesai sholat subuh, lalu meluncur dari Benteng Ana Gowa ke Jalan Andi Tonro I No 6 Makassar.
Begitu masuk pintu rumah, duduk sejenak di ruang tamu, lalu isteri Dg Emba diarahkan ke kamar Shanum yang kondisinya sangat lemas.
Assalamu Alaikum War.Wab, isteri Dg Ngemba masuk, duduk sambil mengamati kondisi umum Shanum.
Sejurus kemudian, Shanum terbangun, seperti ketakutan melihat isteri Dg Ngemba, teriak-teriak minta di gendong oleh Mamanya, lalu Bapaknya, kemudian Neneknya.
Oh ini anak kaget karena pernah melihat sesuatu, Jadi “Kapinawangngi “ kata Orang Makassar. Penyakit semacam ini tidak ditemukan seorang dokter, ini sebuah kearifan lokal, hanya berada pada orang-orang yang dirahmati sebagai tempat untuk dimintai pertolongan di masyarakat yang lebih akrab di panggil “ SANRO “
Setelah dipegang kaki dan tangannya yang kaku, lalu isteri Dg Ngemba, komat kamit baca mantra …..kemudian ditiupkan ke muka Shanum.
Shanum berhenti menangis, menatap Isteri Dg Ngemba, kemudian menangis lagi sejadi-jadinya, sepertinya sangat ketakutan.
Isteri Dg Ngemba kembali komat-kamit, lalu meniup Shanum dengan keras. Shanum tersentak kemudian mengeluarkan keringat dingin.
Shanum seperti kebingungan, melihat kondisi sekitar, nampaknya seperti baru sadar.
“Ayah, susu …… lalu kami gendong ke tempat susu, kemudian melahapnya sampai habis, padahal sejak semalam tak mau minum susu, hanya air putih, itupun amat sedikit.
Alhamdulillah, kondisi terkendali, Shanum kembali ceria, lalu pindah ke ruang tamu, sambil ceritera tentang perjalanannya kemarin.
Isteri Emba menimpali, “ Ini Shanum sepertinya pernah kaget berat, makanya kita panggilkan kembali sukmanya yang melayang”
Orang Makassar bilang, Ni kapei sumanga na (Dipanggil kembali sukmanya untuk menempati posisisnya kembali), Ya itulah pengetahuan yang dititip Tuhan pada setiap hamba yang dikehendaki. Tentu saja penyakit ini tidak ditemukan dokter karena sakitnya “Ka pi nawangngangi kodong”
Sebelum pulang, masih menyempatkan tiup sekali lagi, sementara Shanum menghabiskan susunya.
Saat di datangi Sang Kakek, Dia malah menunjuk ……Duduk ……!!! Sambil menunjuk kepada Kakeknya agar duduk, yang lain
ikut komen …….Duduk Kakek.
Dg Ngemba Dg Isterinya pamit pulang, tentu saja sebelumnya berjabat tangan, sebagai ucapan terima kasih, sementara Dg Ngemba mendapat pemberian baju kaos Thailand.
Selembar baju kaos hitam bergambar gajah yang saya beli di Thailand, kini berpindah tangan, sebagaimana berpindahnya “Ketakutan Shanum ke posisi yang riang gembira”