SYAKHRUDDIN.COM, CHICAGO – Speed dating untuk perjodohan Muslim? Banyak orang mengernyit. Tetapi istilah itu mengemuka dalam Muktamar Indonesian Muslim Society in America (IMSA) 2019 dan dilakukan seksi matrimonial masyarakat Muslim Indonesia di Amerika tersebut.
Sudah bukan masanya urusan jodoh diatur orangtua. Tetapi, sebagian orangtua Muslim Indonesia di Amerika, tetap memegang kendali urusan itu. Mereka melibatkan anak-anak muda, yang dinilai sudah masuk usia menikah, untuk mengelola layanan perjodohan dan melakukan apa yang disebut speed dating.
“Supaya jodoh mereka tetap orang Indonesia,” cetus sepasang orangtua tentang upaya melibatkan anak gadis mereka dalam urusan perjodohan.
Wiwied menjelaskan, “Pada prinsipnya itu adalah (proses) mengenal. Kita berusaha untuk menghilangkan kata-kata dating itu karena ingin se-Islami mungkin. Jadi, sebenarnya bukan speed dating. Yang kita tekankan, kalau sudah cocok, cepat saja menikah. Itu sih konsep sebenarnya.”
Pengurus lain matrimonial, Feraliza Gitosaputro juga menolak istilah speed dating. Yang dilakukan, menurutnya, membuat acara santai untuk dihadiri para pemuda pemudi supaya mereka bisa saling mengenal.
Dalam acara pertemuan tahunan IMSA 2019 akhir Desember lalu, acara perkenalan itu dimediasi dua pasangan muda suami istri, untuk mendorong kaum muda Muslim Indonesia agar saling mengenal dan mulai berpikir untuk menikah.
Salah satu pasangan itu, Rocky Tantu dan Nadya, justru berjodoh dari acara tersebut.Mengungkapkan pengalamannya, Rocky mengatakan, ia terus terang tidak berniat mencari jodoh. Malam itu ia hanya ikut-ikutan teman datang ke acara matrimonial service dalam acara Muktamar IMSA 2018 untuk berkenalan dengan sesama anak muda dari negara bagian lain.
Ia bertemu Nadya, yang juga enggan hadir ke acara tersebut. Pertemuan mereka berlanjut dan beberapa bulan setelah pertemuan pertama itu, mereka menikah.
Dalam pertemuan matrimonial, Feraliza menjelaskan, mereka yang hadir diberi formulir untuk diisi, dan menyebutkan siapa yang hendak dikenal lebih lanjut setelah pertemuan tersebut.
“Speed dating-nya itu belakangan, kalau memang mereka tertarik. Dikasih form. Siapa yang hendak dikenal lebih lanjut untuk ngobrol. Keduanya dipertemukan. Mereka diberi kesempatan untuk ngobrol. Kita dampingi dulu, bicara sebentar, kemudian kita tinggal, keluar ruangan, supaya mereka saling ngobrol, kita kasih waktu sekitar 15 menit. Itu caranya,” jelas Feraliza (suaraamerika)