
SYAKHRUDDIN.COM, JAKARTA – Studi yang dilakukan peneliti Harvard University belakangan ini jadi perbincangan. Alasannya karena studi memprediksi seharusnya virus corona baru (2019-nCoV) sudah masuk ke Indonesia berdasarkan volume penerbangan dari dan ke Wuhan.
Namun demikian menurut Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, drg R Vensya Sitohang, MEpid, hingga hari Jumat (7/2/2020) belum ditemukan adanya kasus positif di Indonesia. Hal ini diketahui setelah Kementerian Kesehatan menguji 50 spesimen sampel dari pasien dugaan virus corona.
“Indonesia belum melaporkan adanya kasus dan seharusnya Anda sudah menemukan beberapa,” kata salah seorang peneliti, Marc Lipsitch, dikutip dari IBTimes.
Terkait hal tersebut vaksinolog dr Dirga Sakti Rambe, MSc, SpPD, dari OMNI Hospitals Pulomas berkomentar bahwa studi harus jadi perhatian.
“Itu adalah perkiraan yang dibuat berdasarkan metode statistik yang dapat dipertanggungjawabkan. Tentu saja, secara saintifik, harus menjadi perhatian,” kata dr Dirga pada detikcom, Senin (10/2/2020).
“Namun namanya perkiraan, bisa benar bisa salah,” lanjutnya.
dr Dirga menyebut mungkin saja virus sudah masuk namun belum terdeteksi. Namun demikian tidak menutup kemungkinan memang Indonesia ‘luput’ dari serangan virus seperti contohnya ketika wabah severe acute respiratory syndrome (SARS) beberapa tahun lalu.
Sebuah riset di Harvard University tengah jadi perbincangan. Riset ini memperkirakan bahwa seharusnya virus corona Wuhan 2019-nCoV sudah masuk Indonesia, meski faktanya hingga kini belum ada satupun kasus yang terkonfirmasi positif.
Riset ini menyebut, banyaknya kasus di luar China yang terkait riwayat bepergian ke China menunjukkan adanya kaitan erat dengan volume penerbangan dari dan ke Wuhan. Para peneliti lalu membuat model regresi linear untuk mengidentifikasi tempat-tempat dengan potensi kasus ‘uderdetected‘ di berbagai negara.
Seberapa akurat prediksi yang dihasilkan? Beberapa negara seperti Jerman melaporkan jumlah kasus lebih banyak dari interval prediksi 95 persen yang dihasilkan dalam penelitian ini. Transportasi darat dan penularan lokal diperkirakan turut berpengaruh pada temuan ini.
Sebaliknya, jumlah kasus di Kamboja dan Indonesia, berada di bawah interval prediksi 95 persen. Masing-masing, pada saat penelitian dilakukan, belum melaporkan adanya kasus penularan virus corona. Thailand, meski cukup banyak melaporkan kasus positif, jumlahnya masih berada di bawah interval prediksi 95 persen.
“Indonesia belum melaporkan adanya kasus, dan seharusnya Anda sudah menemukannya beberapa,” kata salah seorang peneliti, Marc Lipsitch, dikutip dari Ibtimes.
Hingga saat ini, Kamboja tercatat memiliki ada 1 kasus positif dan Indonesia masih belum menemukan satupun kasus positif.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan drg R Vensya Sitohang, MEpid, dalam temu media Jumat (7/2/2020), mengungkap hingga saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menguji 50 spesimen sampel dari pasien dugaan virus corona. Dari jumlah tersebut, belum ada satupun yang terkonfirmasi positif (detiknews)