SYAKHRUDDIN.COM,JAKARTA – Surat Al-Alaq dalam Alquran khususnya 1-5 merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad menerima wahyu itu saat sedang bertafakur di gua Hira.
Surat inilah yang menjadi tonggak perubahan peradaban dunia, yakni pentingnya ilmu pengetahuan. Perubahan dari kehidupan jahiliyah menjadi terang benderang.
Perubahan-perubahan itu diawali dengan Iqra (bacalah). Perintah membaca itu harus dimaknai bukan sebatas membaca lembaran-lembaran buku, melainkan juga membaca tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan alam semesta.
Al-Alaq adalah surah ke-96 dalam Alquran. Surah ini terdiri atas 19 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah. Al-Alaq artinya segumpal darah.
Berikut surat Al-Alaq dari ayat 1 hingga 19 di dalam Alquran, sebagaimana dilansir dari Detik.Com
Ayat pertama,
1. اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ
Iqra` bismi rabbikallażī khalaq
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Ayat pertama merupakan perintah untuk mencari ilmu. Ilmu yang bersifat umum baik ilmu yang menyangkut ayat Alquran dan ayat yang terjadi di alam. Ayat qauliyah ialah tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang berupa firmanNya, yaitu Al-Quran. Dan ayat-ayat kauniyah ialah tanda-tanda kebesaran Allah Swt yang berupa keadaan alam semesta.
Allah berfirman dalam Alquran:
“Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. Az-Zariyat 20-21)
2. خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ
khalaqal-insāna min ‘alaq
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Allah juga berfirman:
dalam QS. Al-Mukminun 12-14. وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ. ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ . ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al-Mukminun 12-14)
3. اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ
iqra` wa rabbukal-akram
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,
4. الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ
allażī ‘allama bil-qalam
Yang mengajar (manusia) dengan pena.
5. عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ’
allamal-insāna mā lam ya’lam
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
6. كَلَّآ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَيَطْغٰىٓ ۙ
kallā innal-insāna layaṭgā
Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas,
7. اَنْ رَّاٰهُ اسْتَغْنٰىۗ
ar ra`āhustagnāa
Apabila melihat dirinya serba cukup.
8. اِنَّ اِلٰى رَبِّكَ الرُّجْعٰىۗ
inna ilā rabbikar-ruj’ā
Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali(mu).
9. اَرَاَيْتَ الَّذِيْ يَنْهٰىۙ
a ra`aitallażī yan-hāBagaimana pendapatmu
tentang orang yang melarang?
10. عَبْدًا اِذَا صَلّٰىۗ’
abdan iżā ṣallā
seorang hamba ketika dia melaksanakan salat,
11. اَرَاَيْتَ اِنْ كَانَ عَلَى الْهُدٰىٓۙ
a ra`aita ing kāna ‘alal-hudā
bagaimana pendapatmu jika dia (yang dilarang salat itu) berada di atas kebenaran (petunjuk),
12. اَوْ اَمَرَ بِالتَّقْوٰىۗ
au amara bit-taqwāatau
dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
13. اَرَاَيْتَ اِنْ كَذَّبَ وَتَوَلّٰىۗ
a ra`aita ing każżaba wa tawallā
Bagaimana pendapatmu jika dia (yang melarang) itu mendustakan dan berpaling?
14. اَلَمْ يَعْلَمْ بِاَنَّ اللّٰهَ يَرٰىۗ
a lam ya’lam bi`annallāha yarā
Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat (segala perbuatannya)?
15. كَلَّا لَىِٕنْ لَّمْ يَنْتَهِ ەۙ لَنَسْفَعًاۢ بِالنَّاصِيَةِۙ
kallā la`il lam yantahi lanasfa’am bin-nāṣiyah
Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (ke dalam neraka),
16. نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍۚ
nāṣiyating kāżibatin khāṭi`ah
yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka.
17. فَلْيَدْعُ نَادِيَهٗۙ
falyad’u nādiyah
Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18. سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَۙ
sanad’uz-zabāniyah
Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah, (penyiksa orang-orang yang berdosa),
19. كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩
kallā, lā tuṭi’hu wasjud waqtarib
sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah serta dekatkanlah (dirimu kepada Allah).
Demikianlah surat Al-Alaq ayat 1-19 dalam Alquran. Semoga setelah membacanya kita dapat mengamalkannya dan menjadi manusia yang lebih baik (detik/jkt)