Odong-odong adalah sebuah wahana permainan yang dioperasikan memakai koin untuk anak-anak kecil.
Odong-odong umumnya tersedia di taman bermain, arkade, mal, ruang permainan hotel, luar pasar swalayan dan pusat perbelanjaan diskon.
Odong-odong adalah salah satu jenis permainan untuk anak-anak balita usia 1-5 tahun.
Jenis permainan ini terbuat dari
sebuah rangkaian kereta panjang dengan ditambahkan sisa limbah mainan anak,
kemudian dirangkai dan digerakan dengan menggunakan rantai sepeda dengan cara
di kayuh.
Permainan ini muncul sekitar tahun 2008 akhir
dan sangat digemari oleh anak-anak yang tinggal di komplek maupun perkampungan.
Jika menginginkan naik odong-odong, hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 1.000 anak-anak dapat menikmati hiburan ayunan odong-odong sambil mendengarkan musik anak-anak yang diputar.
Untuk 3 lagu anak-anak yang diputar
secara berurutan, hanya dikenai biaya Rp 1.000 rupiah saja.
Pertanyaan yang timbul adalah, Siapa
sebenarnya penemu permainan odong-odong tersebut ?. Kita turut berterima kasih kepada orang tersebut, karena ia telah menciptakan sebuah permainan untuk
anak-anak, dan membuka lapangan pekerjaan baru.
Pemerintah seharusnya turut berterima kasih
dengan adanya permainan odong-odong ini, walaupun terlihat agak aneh, namun hal ini benar-benar mengurangi angka
pengangguran di Indonesia.
Modal dana yang digunakan untuk membuat sebuah
permainan odong-odong tidaklah mahal, selain itu hanya membutuhkan tenaga untuk
menggerakan odong-odong tersebut.
Permainan ini, kini mulai merambah ke tiap daerah di Indonesia, dan biasanya mereka berkeliling pada saat pagi hari maupun sore hari di saat anak-anak sedang bermain di luar rumah.
Biar bagaimanapun bangsa ini berutang budi dengan pencipta permainan odong-odong ini .
Kiddie ride atau lebih dikenal dengan nama odong-odong di Indonesia telah cukup lama menjadi sarana hiburan yang dengan mudah dinikmati anak-anak tanpa harus ke taman hiburan.
Tukang odong-odong biasanya mondar-mandir di
perumahan membantu orang tua meredakan tangis anak atau bahkan untuk sekedar
membuat anaknya mau melahap makanan yang disiapkan oleh ibunya.
Tampak sebagai pekerjaan yang diremehkan, jika dijalani dengan serius ternyata bisnis ini cukup menjanjikan.
Setidaknya itulah yang dilewati Lamidi (46), sejak pertama kali mulai terjun ke pekerjaan sebagai penarik odong-odong.
Tak hanya berpikir sebagai penarik ia pun melihat
peluang bisnis ini sebagai pembuat odong-odong. Sebelum
membuat odong-odong berbasis motor, ia memulai dengan yang menggunakan becak
sekitar tahun 2006 silam.
“Awalnya saya narik tahun 2006 pengen tahu,
odong-odong itu merupakan layanan jasa, saya kira ini bisnisnya menjanjikan.
Saya pernah nyewa di Jakarta Rp 30 ribu sehari, terus saya pernah lihat ke bengkelnya dan belajar bagaimana cara membuatnya.
Setelah itu, langsung bikin sendiri, narik
sendiri, terus ada yang nyewa dikasih,” kenang Lamidi
saat ditemui di bengkel sekaligus rumahnya, Depok, Jawa Barat.
Dari odong-odong berbentuk becak itu pun, ia terus mengembangkan odong-odong yang menggunakan basis sepeda motor
sekitar tahun 2012.
Ia pun melakukan beragam inovasi yang seringkali
menjadi masalah oleh pembuat lain. Dengan itu pun membuatnya kini dapat terus
bertahan.
“Mulai bikin yang pakai motor itu tahun
2012. Sebelumnya pesanan odong-odong becak udah mulai banyak dari mulut ke
mulut tahun 2010. Waktu itu juga saya udah bisa ngelas,” tutur Lamidi.
Untuk membuka bengkelnya itu, Lamidi mengeluarkan modal sebesar Rp 10 juta. Bengkel yang terletak di
dalam rumahnya itu, hanya membutuhkan alat seperti mesin las, kompresor
dan bor.
Selebihnya dipenuhi oleh berbagai material pembuatan
odong-odong yang siap dirakit, seperti pelek, besi batangan, cat, ban dan lain-lain.
“Alat kurang lebih hampir Rp 10 juta, paling mesin las bor dan kompresor. Saya punya dua mesin las. Kompresor
udah yang elektrik,” jelas Lamidi.
Sementara itu kini dia sudah tak lagi turun ke
jalan mengajak anak-anak bermain. Biasanya ia menjual odong-odong atau
menyewakannya. Ia hanya fokus menerima pesanan pembuatan odong-odong.
Untuk pengerjaannya pun, ia memiliki
dua tenaga kerja yang masing-masing sebagai tukang las dan tukang cat. “Sekarang urus aja
udah kerepotan, dulu masih narik sekarang melayani pesanan aja.
Biasanya yang kerja satu las satu lagi airbrush,” ujar Lamidi.
Produk hasil buatan Lamidi pun cukup menjanjikan, melihat harga yang dipasang. Untuk satu unit odong-odong berbasis motor ia
menjualnya dengan harga Rp 30-40 juta.
Satu pesanan itu biasa dikerjakan dalam satu bulan dan
selalu ada pesanan baru yang datang setelahnya.
“Motor itu sekarang sudah hampir Rp 40 juta
paling bagus. Kalau di bawah itu mungkin bisa aja Rp 30-35 juta secara fisik
sama cuma ketebalannya beda sama sasis.
Prosesnya sebulan, bisa satu
karena kadang ada juga yang minta servis di sini, karena
keterbatasan tempat jadi diselak. Pernah waktu itu fokus cuma ngerjain bisa dua
minggu beres,” pungkas Lamidi.
Kini Lamidi hanya menerima pesanan pembelian
atau menyewakan beberapa unit odong-odong yang
tersedia. Untuk disewakan itu ia menerima setoran dari penarik Rp 100 ribu per
hari (bs/syakhruddin)