Jarum jam menunjukkan angka 00.00 di malam Selasa, 1 Januari 2019, dengan demikian resmilah pergantian tahun dari 2018-2019. Suasana pergantian tahun baru kali ini, sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, mengingat banyaknya bencana yang melanda negeri ini, mulai dari Bencana Alam di Lombok Nusa Tenggara Barat, Palu – Sigi dan Donggala dan terakhir musibah Tsunami di Pandeglang Banten hingga Lampung Selatan.
Musibah bencana alam yang melanda Negeri tercinta Indonesia, membuat para penentu kebijakan untuk merubah sikap, melakukan pergantian tahun dengan pola hura-hura di malam pergantian tahun menjadikan pola “Dzikir Bersama” dalam upaya mengalihkan perhatian umat, dari hura-hura menjadi dzikir.
Kontraversi dari kegiatan ini, beberapa Ustaz dan Dai tidak sependapat dengan kegiatan ini ” Biarkan saja mereka melakukan Natal dan Tahun bBru dan kita tetap dengan kegiatan rutinitas, lakumdinakum walidiyan” tutur KH. Khalid Basalamah.
Suasana pergantian tahun kali ini, agak berbeda dengan tahun sebelumnya, bunyi terompet dan petasan, sekalipun ada namun tidak sama dengan tahun sebelumnya, hal ini patut disyukuri dan sebagai bagian dari republik ini, maka kita akan mengucapkan untukmu agamamu dan untukku agamaku “Lakumdinakum waliadinin”
Menjelang subuh, suasana tahun baru tetap seperti malam-malam sebelumnya, alampun menjadi begitu bersahabat, semoga dengan pergantian tahun 2019 menjadi momentum untuk terus maju dan berkembang, terlebih besok tgl 2 Januari 2019 merupakan ujian tutup S II untuk ananda Tri Puspita Sari Bin Syakhruddin pada jurusan Antropologi Sosial, sedang pada tanggal 7 Januari 2019 akan melaksanakan Umrah bersama 36 Orang anggota keluarga, terima kasih ya Allah atas segala nikmat-MU (syakhruddin 1/1-2018)