SYAKHRUDDIN.COM -Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, khususnya pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Konsentrasi Kesejahteraan Sosial (PMI/Kesos), Minggu 31 Juli 2016 melaksanakan kegiatan Praktek Pengenalan Lapangan (PPL) ke Pulau Bali dan Lombok, selama sepekan dari tanggal 31 Juli s/d 5 Agustus 2016
sejak Pukul 03.00 dinahari Minggu, 31 Juli 2016, para anggota rombongan yang terdiri dari 5 orang Dosen dan praktisi serta 26 Mahasiswa bergegas menuju Bandara Sultan Hasanuddin Mandai di Maros.
Penulis diantar Syawal Agussentosa lalu menjemput DR.Syamsuddin (sekretaris Jurusan Kesos) yang akrab disapa DR. IAN, selanjutnya menuju bandara melintasi Jalan St. Alauddin berbelok ke Jalan Perintis Kemerdekaan dan terus melaju dalam keheningan waktu subuh dan tiba di bandara tepat pukul 04.00 dinihari.
Disana sudah berkumpul anggota rombongan, kemudian membagikan ID Card serta tas dari Travel Cakrawala Timur yang dikoordinir langsung Sdr. Akbar, termasuk makanan untuk sarapan pagi.
Proses boarding berlangsung lancar karena kesigapan petugas mengurus bagasi yang dikoordinasi oleh Saudara Akbar dari Cakrawala Timur, dibantu dua orang mahasiswa yang bertanggungjawab dalam urusan bagasi.
Semua anggota rombongan setelah melalui pemeriksaan yang ketat menuju Gate 5, saat itu baru diketahui kalau Sdr. Milani Mustafa terlambat.
Beberapa saat kemudian, telepon genggam DR. Ian bergetar dan dari balik telepon, suara Milani Mustafa melaporkan dirinya, sudah ada di bagian depan dan siap masuk bandara. Ia kemudian di jemput oleh Akbar dari Cakrawala, sementara Dr. Ian dan Penulis menuju ke Mushallah Bandara Hasanuddin, untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah.
Di ruang tunggu ada hal yang menarik, berbagai fasilitas yang tersedia, termasuk bila akan minum kopi, Anda dapat membeli sendiri dengan menggunakan uang rupiah.
Adalah Nuhardi dan Muh. Hidayat yang ingin minum kopi melalui mesin penjualan otomatis, sayang uang yang digunakan berupa lembaran lima ribuan yang sudah kumuh.
Dua tiga kali dicoba, tidak ada respon, setelah uangnya digantikan dengan uang lembaran lima ribuan baru lalu layanan otomatis mau bergerak.
“Itu sama dengan ATM Dora” ujar Penulis padanya.
Oh begitu ya Pak ?
YA, Makanya kalau mau belanja di mesin otomatis gunakan uang baru.
Menjelang pemberangkatan, sekitar lima belas menit, pamit ke kamar kecil, tapi ternyata pergi lagi cari warkop. Sementara panggilan untuk naik pesawat, sudah disilakan untuk menuju ke pesawat, saking paniknya sampai souvenir perahu phinisi yang akan diserahkan sebagai kenang-kenangan ikut tertinggal di Bandara Hasanuddin.
Setelah lama ditunggu, akhirnya diambil keputusan, barang bawaan dan hape kedua Mahasiswa ini dibungkus, lalu di angkat ke pesawat, sementara keduanya (Dora dan Yayat) dicari oleh Akbar.
Keduanya ditemukan sedang nyantai minum kopi, di kedai kopi bandara. Ayo…… sudah mau berangkat, keduanya segera menghabiskan kopinya lalu bergegas mencari barangnya, padahal Penulis sudah membawanya masuk ke bus LION.
Diapun segera berlari menyusul. Dan dengan tergesa-gesa masuk mobil bus yang akan menuju ke pesawat Lion JT 927X yang akan membawa ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Denpasar Bali.
MENDARAT DENGAN SELAMAT DI DENPASAR
Pesawat LION dengan nomor penerbangan JT 0927X dipiloti Sdr. Sigit berhasil mendaratkan pesawatnya dengan mulus, Pukul 07.55 WIT, suatu penerbangan yang tepat waktu.
Tiba di Bandara Ngurah Rai, sempat berfose sejenak disamping pesawat selanjutnya menuju ke tempat pengambilan bagasi.
Setelah proses pengambilan bagasi, baru diketahui kalau souvenir “Perahu Phinisi” yang akan diberikan sebagai kenang-kenangan, tertinggal di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.
Akbar yang menjadi pemandu, segera mengarahkan peserta PPL menuju ke terminal penjemputan, disana sudah siap petugas dari Travel Cakrawala Perwakilan Bali an. BLI PUTU yang mengenakan busana Bali berwarna biru.
Dengan Bus Pariwisata yang memuat penumpang 35 shet, mengantar ke lokasi wisata pantai yang pertama, lokasinya di Tanjung Banoa lalu menyeberang untuk memberi makan “Penyu”. Beberapa peserta PPL tidak ikut menyeberang karena kondisi fisiknya yang kurang fit, akibat bangun terlalu pagi.
Di Lokasi penyeberangan Tanjong Banoa Bali dari 31 peserta, hanya 17 orang yang berminat menuju ke Pulau Penyu, diantaranya 10 orang yang dipimpin langsung oleh DR.Ian bersama Ketua Korlap Nasrida Umar dan kelompok kedua sebanyak tujuh orang dikoordinir oleh Akbar dari Cakrawala Timur Makassar, sisanya tinggal dan menikmati ”GOGOSO” serta “LAMMANG” yang dibawa dari Makassar.
Seraya menanti di kedai kopi yang disiapkan travel, BLI PUTU dan Praktisi menikmati kopi dan teh panas, bersama adik-adik yang tidak ikut menyeberang , tercatat sebelas orang lainnya yang tidak menyeberang, selain karena kondisi fisik masih lemas, juga untuk menaiki speedboat memerlukan tenaga ekstra melawan ombak Tanjong Banoa.
AMELIA MENGANGKASA
Suasana pantai Tanjung Benoa yang asri mengundang “Parashiling” untuk mengangkasa, Dua orang peserta PPL, masing-masing Ameliah dan Milani Mustafa, mengambil bagian, tentunya setelah membayar seratus ribu rupiah, setiap kali mengangkasa, saat mendarat di pasir pantai, badannya nyaris terhuyung diterpa angin, dan dengan lincah petugas pantai langsung memeluk dan melepas tali pengaman, “ Ya… sesekali dipeluk dari belakang, ujarnya berkelakar.
Suasana perjalanan PPL di hari pertama belum seluruhnya dinikmati dengan baik oleh peserta, sebagian diantaranya mengalami suasana kurang sehat, akibat bangun yang terlalu cepat, untuk membangkitkan semangat terpaksa digunakan “ Yel-Yel Tagana” Are you ready ??? yang dijawab “Yess”
DARI TANJUNG BANOA KE PUJA MANDALA
Setelah puas menikmati suasana di Tanjung Banoa, memberi makan penyu, dan melihat satwa alam lainnya, bertemu dengan rombongan Bupati Takalar, bermain “Parasailing” yang di pandu para instruktur terlatih.
Rombongan lalu bergerak dari Tanjung Banoa menuju Puja Mandala, disini anggota rombongan melaksanakan sholat dhuhur dijamak ashar. Cukup lama istirahat disini, karena ada pergantian mobil dari Bus Pariwisata ke bus yang dikemudikan KETUT yang selanjutnya akan membawa ke Pulau Lombok.
Di Puja Mandala sebagai lokasi pemujaan untuk lima agama berada dalam satu kawasan, Ada Mesjid, Pura, Gereja, dan tempat pemujaan lainnya.
Di tempat inilah, bertemu dengan seorang muallaf dari Belanda yang baru saja masuk Islam, kepada Tahmir Masjid Agung Ibnu Batutah di Puja Mandala, menceriterkan tentang kisah hidupnya. Sang Muallaf yang berbadan besar baru saja dikhitan. Oleh Tahmir masjid menjelaskan bahwa di tempat dimana terdapat lima tempat pemujaan yang berada dalam satu kawasan.
Setelah selesai sholat, akhirnya pihak Travel Cakrawala menyampaikan bahwa mobil diganti dengan baru, karena mobil Pariwisata yang dipakai pada kesempatan pertama, akan kembali ke Bandara, mobil pengganti segera dating dan selanjutnya akan digunakan mengantar sampai ke Lombok.
Selanjutnya perjalanan menuju ke PANTAI PANDAWA, yang jaraknya kurang lebih 45 menit dari lokasi Puja Mandala. Memasuki kawasan Pantai Pandawa Pukul 14.00 wita, oleh pemandu mengajak kepada semua anggota rombongan, untuk berteriak “ WOW “ pada belokan kedua, yang akan menyaksikan Pantai Pandawa dari ketinggian.
Begitu memasuki kawasan “PANTAI PANDAWA” semoga anggota rombongan berteriak “ Wooooooow” dan alunan ombak dari Pantai Pandawa menerpa tepi pantai membuat para pelancong menjadi terhibur adanya.
Disini para anggota rombongan setelah berfoto bersama, akhirnya mencari kesibukan masing-masing. Secara bergerombol membuat kegiatan, ada yang minum kelapa muda, ada yang asyik foto-foto dan ada pula ke pinggir pantai dan berfoto dengan “bule”
Usai menikmati suasana PANTAI PENDAWA, Rombongan bergerak menuju “Kresna”. Disini seluruh anggota rombongan berbelanja sepuas hatinya, sampai menjelang magrib dan santap malam di bagian depan “Kresna”
Dari sana, semua anggota rombongan menuju bus dan langsung ke Hotel Alkyfa yang terletak di Jalan Pura Demak No. 08 Denpasar, Bali Telepon +06 361 4717 100 atau melalui kontak www. alkifahotel.com. Dan ini merupakan malam pertama di Kota Denpasar.
Oleh Cakrawala Timur bersama Praktisi telah menempatkan anggota rombongan dengan komposisi :
Kamar 2001 dihuni Dr.Syamsuddin dan Akbar dari Cakrawala, Kamar 2003 ditempati, Drs. Abd.Wahab Awing, Nuryadi, Suharyadi daan Ayatullah, Kamar 2004 ditempati, H.Syakhruddin, Nuhardi alias Dora, Samsul Alil dan Nur Ikhsan, Kamar 2005 dihuni, Milani Mustafa, Amelia,Sukma dan Nurulmi, Kamar 2007 berlima didalamnya yaitu, Nasrida, Rizky Nurfajrianti Wahab, Karmila, Enjelia dan Nurayu. Kamar 2008 ditempati Nurul Azisah, Ahriyani, Mulianti dan Arfah Sagita.
Kamar 2009 dihuni Muhammad Riskar,, Irhamsyah, Muhammad Hidayat dan Irsan Suandi dan Kamar 2010, dihuni empat orang yaitu, Fitria Reskiawati, Sulfiana, Zahrati Adawia dan Ira Soraya.
HARI KEDUA DI BALI, MENUJU DINAS SOSIAL PROVINSI BALI :
Subuh di Kota Denpasar : Memasuki hari kedua pelaksanaan PPL (Praktek Pengenalan Lapangan) bagi Mahasiswa Semester VII Jurusan Kesejahteraan Sosial, seluruh peserta menginap di Hotel Alkyfa Hotel Jalan Pura Demak No. 08 Denpasar, di depannya terdapat sebuah Musollah yang megah, namanya Musolla Al-Qamar Jalan Pura Demak Denpasar.
Menjelang subuh, kami bergegas menuju Musolla, suasana begitu menyejukkan hati. Memasuki ruang tempat wudhu, para jamaah melintasi air yang mengalir, mencuci kaki terutama jalur yang menuju ke kamar kecil.
Setelah berwudhu lalu melihat-lihat ornament mesjid yang dipengaruhi oleh budaya dan ukiran Bali. Satu persatu jamaah berdatangan, sholat sunah dan dilanjutkan dengan adzan subuh, sayang suara loudspeaker mesjid hanya terdengar didalam mesjid.
Amat berbeda dengan kondisi kami di Mesjid Besar Al-Abrar Gunungsari Baru Makassar, yang sejak Pukul 03.30 dinihari sudah ada kegiatan, berupa suara mengaji dari kaset dan memecah kesucian malam dari menara mesjid.
Sehingga para warga terbangun dan siap-siap menuju ke mesjid untuk melaksanakan sholat sunat dan sholat subuh secara berjamaah.
Selesai melaksanakan sholat, meninggalkan mesjid dan bersama Samsul Alil Bahri dari Ballasuka Gowa yang menjadi teman sekamar, berjalan mengitari Kota Denpasar untuk mencari penjual kopi.
Lalu kembali berbelok masuk kearah hotel, bertemu dengan DR.Ian akhirnya kami semua jadi ngopi di depan hotel, di salah satu kedai kopi yang pemilikny, penduduk asli Kota Denpasar.
Bergegas masuk hotel, masih menemukan dua anggota yang masih tertidur, segera membangunkannya dan mempersipkan diri untuk sarapan pagi serta persiapan mengunjungi Dinas Sosial Provinsi Bali, letaknya dapat ditempuh kurang lebih setengah jam dari tempat kami menginap.
Rombongan diterima Kadis Sosial Bali : Suasana penerimaan rombongan di instansi Dinas Sosial Provinsi Bali, diterima langsung Bapak Kepala Dinas Sosial, oleh pembawa acara langsung diadakan pertukaran cindera mata antara Delegasi dari UIN Alauddin Makassar yang dipimpin DR. Syamsuddin.AB,S.Ag,M.Pd dan Gubernur Bali yang diwakili Kadis Sosial Prov. Bali. Acara ini sengaja dipercepat karena ada pertemuan Pak Kadis Sosial.
Selanjutnya pertemuan diteruskan Sekretaris Dinas, I Gusti Putu Widiantara,SE,M.Si didampingi empat Kepala Bidang lingkup Dinsos Prov. Bali.
Masing-masing, Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial, Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial, Wakil dari Bidang Rehabilitasi Sosial dan Kabid Pelayanan Sosial/Pimpinan UPT Dinas Sosial Bali, Ibu Retnaningsih.
Setelah pemaparan masing-masing Kabid, selanjutnya para Mahasiswa semester VII Jurusan Kesos ke masing-masing menuju keruang kerja para kabid. Dikatakan, salah satu permasalahan sosial yang menonjol di Bali menurut Sekretaris Dinas adalah “masalah kesmiskinan”
Usai foto bersama, para mahasiswa digiring untuk ke ruang kerja masing-masing kabid untuk berdialog dan melihat langsung Kabid dan jajaran staf di ruang kerja masing-masing.
Sementara para mahasiswa berada di ruang kerja masing-masing kabid, pimpinan delegasi dan para praktisi diajak untuk mengeliling Kantor Dinas Sosial termasuk ke gudang Bencana Alam.
Setelah semua tuntas, akhirnya para peserta kembali ke bus dan melanjutnya perjalanan ke Yayasan Mesjid Darussalam yang beralamat di Jalan HOS Cokroaminoto No. 155 Ubung Denpasar 80166.
Anggota rombongan menunaikan sholat Dhuhur yang dijamak Ashar, lalu bergeser ke samping kanan mesjid untuk menikmati suguhan sate kambing dan sate ayam, sementara adik-adik mahasiswa menikmati nasi doss yang sudah disiapkan PT. Cakrawala Timur yang dikoordinasi Sdr. Akbar.
Setelah semua selesai, termasuk berganti pakaian menjadi pakaian santai, lalu melanjutkan perjalanan menuju ke Tanah Lot. Jam menunjukkan pukul 14.00 Wita, rombongan memasuki kawasan Tanah Lot.
Lokasi Tanah Lot : Kondisi cuaca yang panas, membuat perasaan hati menjadi haus, namun peserta PPL yang rata-tara baru pertama kali ke Pulau Dewata tetap bersemangat bahkan ada pula yang tiba-tiba berubah busana dan menyusuaikan diri, seperti yang dilakukan Muhammad Riskar, dengan busana sarung Bali dan songkok Bali namanya pun di rumah menjadi I Made Riskar Al-Bone.
Di Tanah LOT, kondisi air yang turun, sehingga anggota rombongan dapat langsung menyaksikan “Ular Keramat” yang menjadi penghuni “Tanah Lot”`
Prosesi yang dilalui untuk bisa mengelus “Ular Keramat” yang dipercaya sebagai penjelmaan dari Raja Saylendra, sangat jinak dan bisa dielus, tentunya setelah membasuh muka dengan air suci dan diberi tempelan bunga dan beras punut pada bagian kelapa, tentu semua ini, harus merogoh kantong dengan memberi bantuan seikhlasnya.
- Ian selaku pimpinan delegasi, berkesempatan masuk, namun ketiga praktisi tidak ikut, akhirnya dicarilah Nurul Azisah sebagai pengganti praktisi.
Dr. Ian dan Nurul Azisah menuju ke tempat dimana ular bermukim dalam gua yang dijaga oleh salah seorang penjaga. Ular tersebut bisa dielus dan sangat jinak. Bentuknya loreng seperti “zebra cross”`
Usai memegang ular, kami berlima bersama pimpinan delegasi dan para praktisi memasuki kedai kopi dan menikmati “Kopi Tanah Lot” dan lainnya minum air kelapa muda yang di padu dengan jagung bakar yang pedas.
Setelah para peserta puas menikmati suasana pantai,dalam perjalanan pulang ke tempat parkir mobil, peserta PPL berkesempatan berbelanja baju kaos dan kain Bali yang menjadi kesukaanya.
Ada pula yang berkesempatan untuk berfoto dengan “Orang Bule” sehingga suasana menjadi lebih santai.
Dari TANAH LOT yang dipandu Bli PUTU, menuju ke Bedugul, dengan suasana santai dan akhirnya pada pukul 15.00 Wita, peserta PPL turun dari bus dan langsung ke bagian belakang di dekat danau, pada bagian tengahnya terdapat bangunan berupa vihara yang menjulang tinggi dan merupakan simbol dari kesejahteraan bagi warga Hindu.
Kondisi cuaca yang mulai dingin di seputaran Danau Bedugul membuat suasana semakin romantis, terlebih lagi hadirnya para wisatawan, baik mancanegara walaupun nusantara memberikan nuansa tersendiri bagi mereka yang menikmati suasana sore yang begitu bersahabat.
Peserta PPL memanfaatkan kesempatan untuk berfose dengan para wisatawan dan sebagian di antaranya juga sibuk dengan foto selfie untuk mendapatkan moment yang indah yang menjadi kenangan di kemudian hari. Setelah puas berfoto mereka kembali ke mobil dan selanjutnya menuju ke Hotel Alkyfah di Kota Denpasar.
Bersambung ……………….
MENGUNJUNGI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA :
Setelah bangun pagi, para peserta bergegas menuju ke lantai dasar untuk menikmati sarapan pagi yang disiapkan pihak travel, selanjutnya masing-masing pembimbing mengarahkan anggotanya untuk melakukan diskusi tentang apa yang telah di peroleh pada kegiatan PPL yang berlanggsung di Dinas Sosial Provinsi Bali.
Usai diskusi tepat pada pukul 09.00 wita. pagi rombongan PPL bergerak menuju Panti Sosial Tresna Werda Wana Seraya atau PSTW Wana Seraya.
Di saat memasuki kompleks PSTW rombongan disambut oleh pimpinan PSTW Dra. Retnoningsih beserta stafnya selanjutnya peserta PPL diarahkan ke ruang utama.
Disana telah menanti para Lansia yang menjadi santunan Panti Sosial Tresna Werda Wana Seraya Denpasar, Suara gamelan yang dimainkan oleh empat Orang Lansia pria membuat suasana semakin syahdu.
Acara resmi berupa penerimaan rombongan, ditandai dengan penyerahan cinderamata dari Dr.Syamsuddin,S.Ag kepada Ibu Retnoningsih selaku pimpinan Pada panti tersebut.
Ada nuansa yang berbeda pada kunjungan kali ini, dimana para santunan diajak untuk bersenandung ria dan para santunan pun larut dalam kegembiraan yang dipandu oleh Penulis.
Santunan bernama Ny. Harahap dari Medan yang melantunkan lagu dangdut, mengajak peserta semakin berdangdut ria, suasana makin semarak, terlebih lagi seorang santunan yang kakinya sudah gemetaran kalau melangkah, masih sempat menyanyikan kidung religi atau atau lebih layak dikatakan, senandung sedih dari Panti Jompo.
Suasana berubah menjadi meriah, saat empat orang santunan, naik ke panggung dan menari di iringi gamelan, merekapun larut dalam kegembiraan yang di buat secara spontanitas.
Satu persatu peserta ditarik naik ke panggung, walaupun pihak Panti sebelumya telah menyampaikan kepada tim, bahwa permainan gamelan ini tidak di pungut bayaran.
Namun demikian, pimpinan rombongan bersama para mahasiswa merogok kantong dan menyerahkan lembaran rupiah kedalam tas kresek dan hasilnya diserahkan kepada pimpinan PSTW yang diterima oleh Ny.Retnoningsih untuk dibagikan secara merata.
Peserta PPL lalu berkunjung ke masing-masing kamar santunan, mereka berdialog menggunakan metode pekerjaan sos ial, baik itu mikro – mezzo maupun makro, intinya semua ilmu-ilmu pendekatan digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
Di saat mereka asyik wawancara di masing-masing ruangan, Para Praktisi bersama pimpinan rombongan memanfaatkan waktu untuk ber “kopi-ria“ padaa salah satu warung yang ada di depan Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar.
Intinya, disinilah para peserta PPL mendapat begitu banyak pengalaman lapangan, mereka berinteraksi dengan santunan, begitu juga dengan pimpinan panti, kesemuanya larut dalam ceritera masa silam.
Saat berkunjung ke kamar masing-masing, Ada Mahasiswa PPL, membeli hasil karya mereka, tak jarang ada PPL yang menyeka airmata mengingat orang tuanya, intinya kami berhasil membawa mereka ke dunia pekerjaan sosial.
Bali oh bali, semuanya kami dapatkan disini, ilmu, pengalaman lapang dan sekaligus rekreasi.
Dari PSTW dilanjutkan ke salah satu tempat wisata di BEDUGUL, jarak tempuh dari Denpasar sekitar satu jam perjalanan dengan bus pariwisata yang dikemudiakan lelaki Bali bernama I KETUT.
PEMANDU BICARA SEPANJANG JALAN : Adalah Pemandu Cakrawala Timur yang bertugas di Kota Bali, setiap kali naik bus – selalu bicara sepanjang perjalanan. Macam-macam saja diterangkan, mulai dari lokasi wisata yang akan dituju, hingga suasana lalu lintas dalam perjalanan.
Jadi kalau satu jam diatas mobil, maka satu jam juga berbicara hingga tiba di tempat tujuan bahkan para pendengar sudah tertidur pulaspun, sang pemandu masih berbicara, “Itulah keberhasilan, karena mampu menidurkan para Mahasiswa,” ujarnya berkelakar.
Sang Pemandu, memulai pembahasan tentang obyek yang akan dituju, letak dan posisi kantor atau instansi yang dilalui, sarana dan destinasi budaya yang ada di Bali.
“Dikatakan bahwa Bali itu merupakan destinasi budaya, namun ada pula tersedia, wisata pantai, wisata ritual dan ada juga wisata esek-esek”. Dimana itu “BLI” pertanyaan dari seorang Mahasiswa dengan penuh antusias. Jawabannya … ada deh, katanya sambil tersenyum manis.
Ketika sampai di Bedugul, para peserta melaksanakan sholat dhuhur dan dijamak sholat ashar di sebuah mesjid yang letaknya di ketinggian. Setelah sholat, kemudian memasuki Kawasan Bedugul dan menyaksikan sepanjang mata memandang air danau yang penuh pesona alam.
Menurut penuturan BLI, Syahdan dahulu kala, masyarakat Tabanan pernah kekeringan, ternyata di hulu sungai, ada seorang BEDUGUL yang ingin menguasai air yang ada di danau itu.
Sang Raja lalu mengutus seorang Mahapatih untuk melihat apa yang membuat akhir tapi mengalir, ternyata ditengah sungai ada seorang yang berbadan pendek, hitam dan mahasakti.
Lalu utusan Raja melakukan perkelahian, saja nyaris saja, orang kepercayaan Raja ini dikalahkan oleh Bedugul yang digambarkan berbadan pendek, keras kulit badannya dan sorotan matanya tajam.
Akhirnya Sang Raja memerintahkan kepada ahli ramalnya, untuk mengetahui apa kelemahan “Sang Bedugul”. Ternyata kelemahan seorang BEDUGUL itu ada dibawah pusarnya, pada posisi “ALAT VITALNYA” inilah yang menginspirasi sehingga adasouvenir yang dijual di pasaran Kota Denpasar berupa “Asbak yang berbentuk Alat Kelamin sang Bedugul”
Mengetahui titik lemah Sang Badugul, utusan Raja kembali berperang, nyaris saja dikalahkan, dan dalam suatu kesempatan ketika BEDUGUL dalam posisi diatas, Panglima Perang Raja, langsung menusuk dan memutus ALAT VITAL sang Bedugul.
Sang Bedugul mengerang kesakitannya hingga terjerembeb ke danau dan pada saat yang bersamaan, air dari Danau Bedugul kembali mengalir sampai sekarang, dan menjadikan Kota Tabanan dan sekitarnya dapat diairi dan menjadi daerah subur di Pulau Dewata saat ini.
Setelah puas berfoto-foto, baik perorangan, berkelompok, bersama turis maupun “selfie-selfie” akhirnya peserta PPL menuju ke “Padang Bay” tempat penyeberangan Bus menuju ke Pulau Lombok.
Dalam perjalanan ke Padang Bay, pemandu di Kota Denpasar, pamit turun di lampu merah, beliau menyerahkan tugas kepada Sdr. Akbar dari Cakrawala Makassar yang ikut dalam rombongan dan Pemandu Bali, turun di Lampu Merah Denpasar, selamat Jalan Bli sampai jumpa di hari Jumat mendatang,
MENYEBERANG MENUJU PULAU LOMBOK
Pukul 23.55 wita dinihari, Rabu 3 Agustus 2016, rombongan PPL naik ferry menuju Pulau Lombok. Diatas Ferry, menyewa kamar Nakhoda sebesar Rp 250.000 dan sebagian lainnya menyewa kasur busa sebesar Rp 30 per buah.
Ombak Padang Bay menuju Lembar cukup bersahabat, sehingga banyak yang tertidur di kapal, sebagian lainnya tidak bisa tidur, karena menikmati perjalanan malam dan sekaligus merupakan pengalaman pertama bagi peserta PPL, jumlah mereka terdiri dari 5 orang dosen dan pembimbing, 26 orang Mahasiswa Semester VII Jurusan Kesejahteraan Sosial.
Menjelang subuh hari, rombongan tiba di Pulau Lombok dan langsung menuju salah satu Mesjid untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah dengan warga lokal, ada pula yang langsung mandi di subuh hari, ganti pakaian dan melaksanakan sholat.
Kalau di Bali di kenal dengan “Negeri Seribu Pura” maka Lombok terkenal dengan “Negeri Seribu Mesjid”. Setelah sholat subuh, mobil yang membawa rombongan bergerak memasuk jantung Kota Mataram.
Akhirnya bertemu dengan pemandu yang sudah siaga disana, namanya : Budi Hartono dari Perintis Travel pemilik Handphone 0819 3602 0391 dan emailnya tertulis, tperintis@gmail.com, perawakannya tinggi besar dan t peramah, ya namanya juga pemandu, demikianlah adanya.
Budi mengantar kami ke Hotel Alengka yang berada di Kawasan Cakra, sembari mengucapkan selamat datang di Kota Mataram, sekarang kami baru siapkan empat kamar hotel karena yang lain sedang terisi, ini juga karena Mataram sedang melaksanakan MTQ Nasional, jadi semua hotel terisi penuh, tuturnya.
Sambil menanti jadwal kunjungan Pukul 09.00 Wita, maka para peserta PPL , ada yang memanfaatkan untuk mandi di kolam hotel, ada juga yang sedang menyetrika baju dan sebagian lainnya membeli ole-ole dari pedagangan asongan yang datang berjejer di depan Hotel Alengka di Cakranegara Mataram.
Setelah semuanya siap, kami berbaris di depan Hotel Alengka, Pembimbing mengecek satu persatu anggota PPL, sekaligus memberikan yel-yel Tagana.
Are You Ready ? Semangat Pagi ? adakah DR. Ian dihatimu ? ini semua upaya untuk tetap dalam suasana “ One command, One Rule dan One Corps”
Sesuai dengan jadwal yang ada, selama di Lombok akan mengunjungi Suku Sasak dan melihat dari dekat tentang suasana kehidupan dan kearifan lokalnya.
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya pada Pukul 12.00 Wita semua rombongan, tiba di perkampungan Suku Sasak dipandu oleh pemandu local bernama “Pak Bage” Warga Sasak keturunan generasi ke-15.
KEHIDUPAN SUKU SASAK : Para peserta PPL dikumpul di pintu utama, diberikan pengetahuan umum tentang Suku Sasak, cara mereka kawin–mawin, dimana laki-laki harus MENCULIK anak perempuan, baru dinyatakan siap untuk menikah.
Ibu Athy menceriterakan kisahnya, saat dia diculik oleh suaminya. Sekitar Jam 12.00 Wita, ia meninggalkan rumah, setelah ada perjanjian sebelumnya. Aty dilarikan keluar kampung, lalu datanglah tetua adat menyampaikan kepada kedua orang tuanya bahwa Aty telah dibawa oleh kekasihnya.
Seorang Wanita Sasak, bisa memiliki pilihan lelaki sebanyak delapan orang, terserah siapa yang datang menculik maka itulah yang menjadi suaminya.
Selanjutnya kami diajak ke perumahan sasak yang terletak dalam satu kawasan. Untuk masuk rumah, para tamu harus menunduk, ini juga dimaksudkan sebagai penghormatan kepada sang pemilik rumah.
Dipintu masuk, Pak Bage menunjukkan, kamar sebelah kanan adalah untuk bersalin, sebelah kiri untuk anak-anak dan kamar depan untuk menerima kerabat atau tamu undangan, tutur Bage.
Kalau dahulu lantain rumahnya dari tanah liat, sekarang sudah memakai semen dan sudah ada ventilasi udara, di depan rumah pada bagian kanan adalah tempat menenun, sedang diseberang jalan rumahnya merupakan “Kedai untuk berjualan hasil karya tenun”
Pola penjualannya, sejak zaman Belanda sampai sekarang menganut paham “tawar-menawar” disini tak ada harga pasti, yang ada adalah “Kalah membeli menang memakai”
Pak Bage yang menjadi pemandu juga memberikan kursus kilat Bahasa Sasak.
- Berembe kabar artinya apa kabar
- Matur tampi asih artinya terima kasih, jawabannya
- Pade-pade artinya sama-sama
- Say aran artinya siapa namamu
- Sola maksudnya cantik
Inilah kursus kilat yang diberikan Pak Bage sebelum mengitari perkampungan SASAK di Desa Rambitan Nusa Tenggara Barat yang berada dalam kawasan Lombok Tengah (Loteng).
MENINGGALKAN KAWASAN SASAK : Rombongan bergerak ke Pantai KUTA-Lombok untuk menikmati panorama senja, di kawasan ini banyak SUMUR. Kami jadi penasaran, kenapa banyak sumur di pinggir pantai, ya itulah hebatnya Pantai Kuta Lombok.
Ternyata SUMUR yang dimaksud itu adalah (maaf) Susu yang dijemur, karena para wisatawan mancanegara sengaja berjemur tanpa menggunakan “Bra” disini mereka menganggap “Kawasan Surga” dan mereka menikmati panorama senja dengan penuh kebahagiaan di Pantai Kuta Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB).
Usai menikmati suasana pantai Kuta-Lombok, kami bergegas pulang, kondisi sudah menjelang petang hari. Bus yang dikemudikan oleh I Ketut terus melaju melintasi jalan provinsi, hingga memasuki jantung Kota Mataram melalui kota tua di Ampenan, selanjutnya menuju kawasan Cakranegara dan tiba di Hotel Alengka saat menjelang Sholat Magrib waktu Mataram.
Di Hotel Alengka, jadwal pembagian kamar terbagi, kali ini, setiap kamar dihuni tiga orang mahasiswa, “Penulis satu kamar dengan Dora dan Samsul” menjelang Sholat Isya, datanglah Akbar dari Travel Cakrawala.
Sudah makan Pak Haji ??? belum jawabnya, kalau begitu ayo kita santap malam di depan. Kami bertiga lalu menuju jalan raya dan mampir di tempat penjual makanan, yaitu di Warung Kentaki (Kentara Kaki) dengan menu “Ayam Taliwang”
Disaat sedang menikmati santap malam, datang rekan Tagana Lombok, demikian pula pada keesokan harinya, datanglah Sdr. Chandra, Kepala Seksi yang menangani Tagana pada Dinas Sosial Lombok didampingi seorang staf lengkap dengan kendaraan Resque.
Kehadirannya ke Hotel Alengka di Cakranegara untuk mengajak jalan-jalan mengitari Kota Mataram. Sayang karena pagi hari itu, kami masih akan mengunjungi berbagai obyek wisata seperti seperti “Pura Lingsar”, Pantai Senggigi dan Pantai Malimbu.
Hari terakhir di Kota Mataram, pemandu rombongan yang bernama Budi mengajak ke lokasi pembuatan gerabah Lombok, lalu ketempat penjualan hasil tenun Lombok, Pura Lingsar dan sholat dhuhur dan Ashar berjamaah, selanjutnya menikmati “Ayam Taliwang”
Hotel Bintang Lima di Lombok hanya ada “IN”
Dalam perjalanan menuju Pantai Senggigi, Budi sebagai pemandu handal menceriterakan, kalau di Lombok, khususnya di Kota Mataram, terdapat sebuah hotel bintang lima milik Orang Cina yang dipintu masuknya hanya ada “IN” dan tak ada “OUT” kami semua jadi penasaran hotel apa dan bagaimana bentuknya.
Dari rasa penasaran itu, untuk cepat-cepat mau melihat, Budi malah mengarahkan mobil ke Toko Kaos Lombok yang menjual ole-ole khas Lombok.
“Kita belanja dulu disini ya, sebentar baru lihat hotelnya” ujar Budi dengan tenang.
Setelah puas berbelanja ole-ole khas Lombok, mobil bergerak perlahan melalui jembatan yang jalannya tinggi sebelah. Menjelang lima ratus meter ke depan, sopir memperlambat laju mobil.
Budi lalu mengambil maik, ya silakan Saudara dan adik-adik saksikan, Hotel Cina di Lombok yang ada hanya “IN” letaknya di sebelah kiri anda. Setelah semua pandangan diarahkan kekiri, ternyata yang dimaksud adalah ‘KUBURAN CINA” dan anggota rombongan serempak berkata seperti orang koor dengan suara …. Huuuuuuuuuu.
Sejurus kemudian, Budi menjelaskan, Hotel Bintang Lima ini, hanya ada “IN” saja, karena saat diantar masuk “IN” sampai hari ini, belum ada yang “OUT” semua tinggal didalam, satu nol ya …..! tutur Budi sambil tersenyum penuh kemenangan.
Menjelang petang, rombongan tiba di Pantai Senggigi, semua anggota rombongan turun berfoto ria, lalu melanjutkan perjalanan menuju Kawasan Pantai Malimbu yang masih perawan, untuk menyaksikan matahari terbenam.
Disini kami didatangi anggota TAGANA atas nama Berlian, Koordinator Tagana Lombok, setelah sempat berkenalan dengan adik-adik dari Mahasiswa Kompi UINAM Makassar, Barlian menyerahkan satu paket “Telur Asin Produksi Khas Lombok”
Menjelang magrib, rombongan meninggalkan Kawasan Pantai Malimbu menuju lokasi MTQ Tingkat Nasional yang dipusatkan di Islamic Center Kota Mataram.
Menjelang Pukul 23.00 wita, Bus rombongan bergerak perlahan menuju Pelabuhan Ferry di Lembar dan pada Pukul 24.00 Wita. Bus pengangkut rombongan memasuki perut ferry yang akan mengantar ke Pelabuhan Ferry Padang Bay di Pulau Bali.
Pukul enam pagi, ferry merapat di Dermaga Padang Bay selanjutnya anggota rombongan menuju ke salah satu hotel di Jimrana, sekaligus mempersiapkan diri untuk kunjungan ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) yang menangani korban Napza di Kota Denpasar. Sayang sekali anggota rombongan terlalu lama mempersiapkan diri, sehingga jadwal menjadi melorot, sementarawaktu sholat jumat semakin mendesak.
Akhirnya, Pimpinan delegasi DR. IAN memutuskan, kunjungan ke IPWL tidak jadi dikunjungi, dan rombongan langsung menuju ke JOGER, sementara yang laki-laki melaksanakan sholat Jumat berjamaah di Mesjid Al-Mujahidin Denpasar yang letaknya kurang lebih dua ratus meter dari Toko JOGER.
Usai Sholat Jumat, rombongan bergerak menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai, dengan pemeriksaan yang ketat, akhirnya pada Pukul18.45 Wita, peserta PPL naik pesawat Lion yang akan menerbangkan kembali ke Kota Makassar.
Setelah menempuh perjalanan satu jam dua puluh menit, rombongan mendarat dengan selamat di Bandara Sultan Hasanuddin Maros di Makassar.
Setelah claim bagasi, anggota rombongan kembali kerumah masing-masing dengan membawa sejuta kenangan dihati, selamat datang rombongan Kesos.
Semoga kenangan dalam perjalanan PPL Bali-Lombok, menjadi kenangan indah selama menjadi Mahasiswa Jurusan Kesos pada UIN Makassar, disertai doa, semoga Anda semua dalam keadaan sehat wal afiat dan sampai jumpa dalam perjalanan berikutnya, salamaki.
Penulis Naskah
H.SYAKHRUDDIN. DN
HP 081 2424 5938
Email : syakhruddin@gmail.com