Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok merencanakan untuk mengusur Kalijodo Jakarta Utara yang selama ini di kenal sebagai kawasan prostitusi tertua di Ibukota.
Langkah Ahok dengan menggunakan potensi TNI merupakan pilihannya. Berbeda dengan Walikota Risma di Jawa Timur yang menggusur, pusat prostitusi terbesar di Jawa Timur dengan pendekatan kemanusiaan, mencari solusi dari sebuah penyelesaian penggusuran yang lebih bermartabat.
Ahok mendatangi Istana Negara untuk bertemu Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Sebelum melakukan pertemuan. Ahok menegaskan bahwa prostitusi di Kalijodo Jakarta Utara, dipastikan segera dibongkar.
“Kita akan bongkar (Kalijodo),” tegas Ahok di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (12/2).
Dia menegaskan rencana penertiban tempat bisnis esek-esek ini sudah mendapat dukungan dari Kapolda Metro Jaya, Irjen Tito Karnavian dan Pangdam Jaya Mayjen TNI Teddy Lhaksmana.
Lain lubuk lain ikannya, lain kawasan lain masalahnya. Kasus Jawa Timur tidak boleh disamakan di Jakarta. Ibukota dengan lahan yang sudah sangat susah dan para pemodal yang melihat kawasan reklamasi sebagai suatu kawasan yang perlu dikembangkan sebagai taman hijau perkotaan.
Tentunya akan berkontribusi dalam hal keindahan dan menjadikan ibukota, dengan taman kota yang enak dipandang, sekalipun dengan jalan menggusur si miskin ke suatu pulau terluar.
Inilah Indonesiaku dan rakyat Jakarta khususnya yang berada di kawasan Kalijodo atau mereka yang memanfatakan potensi kawasan penjualan air lendir ini, kelak harus berhdaapan dengan TNI yang menggunakan Tank dalam proses penggusurannya.
Berbagai pendekatan yang dilakukan, termasuk keinginan H.Lulung yang bersedia membantu AHOK , akan tetapi jawaban sinis Ahok, dengan ucapan terima kasih dan agar pembayaran pajak saja ditingkatkan, termasuk pajak dari mobil Lamborgini milik H.Lulung supaya diselesaikan, sehingga pendapatan APBD semakin meningkat, tutur Ahok sambil tersenyum.
Ini jadi dilematis, dahulu Tanah Abang yang berada dalam kendali anak buah H.Lulung berhasil ditumpas oleh AHOK, kali ini Kalijodo, menjadi sasaran berikutnya untuk dijadikan Taman Kota.
Ada yang protes dan ada pula yang setuju, sosok AHOK yang tegas dalam bersikap akan berhadapan dengan Preman Kalijodo dan masyarakat yang bermukim di kawasan itu.
Fenomena sosial yang bertarung dengan kondisi kekinian membuat kita harus bijak memaknai sebuah perubahan di republik yang kita cintai. Kisah lama, saat melakukan penertiban di Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara pada tahun 2002,
Krishna Murti yang kala itu menjabat sebagai Kapolsek Penjaringan sempat ditodong pistol. Jika pelatuk ditarik, Krishna yakin dirinya pasti tewas.
Abdul Aziz atau akrab disapa Daeng Aziz, tokoh masyarakat di kawasan Kalijodo, mengaku pernah menodongkan pistol pada Krishna.
“Itu benar, bahwa saya menodongkan pistol. Tapi persoalannya, saya belum tahu itu Pak Krishna adalah Kapolsek Penjaringan,” kata Aziz dalam wawancara dengan Kompas TV, Jumat (12/2/2016).
Menurut Aziz, Krishna saat itu tidak menggunakan seragam polisi. “Dia (Krishna) belum kita kenal, tidak pakai seragam polisi,” ucap Aziz memberikan alasannya. Dalam kesempatan wawancara itu, Aziz juga membantah ada preman di Kalijodo.
Alkisah todongan pistol dituturkan Krishna dalam buku “Geger Kalijodo” yang ditulisnya. Krishna kini menjabat Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
Dalam buku itu, orang yang menodongkan pistol bukan Aziz, tapi Bedul, pimpinan kelompok Bugis. Krishna bercerita dalam bukunya, peristiwa bermula saat terjadi bentrok antara dua kelompok, Bugis dan Mandar, di kawasan tersebut pada 22 Januari 2002.
Krishna datang besama pasukannya untuk meredam bentrokan. Ia mengejar seorang lelaki yang melepaskan tembakan. Belakangan diketahui ia adalah Bedul.
Krishna berseru meminta Bedul menyerahkan senjatanya. Bedul berbalik. Bukannya takut, ia malah menggertak Krishna. “Jangan ada yang mendekat. Teriak dia ke arah saya,” cerita Krishna.
Krisnha menimbang, situasinya saat itu tidak menguntungkannya untuk melepaskan tembakan.
“Jika pelatuk itu ditarik, tamat juga riwayat saya. Kalaupun melawan dengan mencabut pistol, pasti ia lebih cepat menarik pelatuk,” tutur Krishna.
Dalam situasi tersebut, pistol tidak lagi berguna. Ia menggunakan senjata lain: kata-kata. Ia merefleksikan, kata-kata yang ia ucapkan terbukti ampuh meredam amarah Bedul.
“Saya ini Kapolsek. Jika kamu tembak saya, saya mati tidak masalah karena sedang bertugas demi bangsa dan negara. Namun, kalau saya mati, Anda semua akan habis!” kata Krishna.
Rencana penertiban mulai digodok Ahok setelah terjadinya kecelakaan ‘Toyota Fortuner maut’ yang dikemudikan Riki Agung Prasetio (24) menabrak pasangan suami istri di Kalideres, Jakarta Barat, Senin (8/2) lalu.
“Soal Kalijodo, Pak Kapolda dan Pak Pangdam sudah siap dukung,” ujarnya.
Bagaimana sejarah Kalijodo berikutnya, sudah saatnya Kementerian Sosial dan segenap institusi terkait untuk melihat semua ini dari aspek permalahan sosial dan Negara harus hadir disini, karena selain ada bisnis esek-esek juga ada warga sekitar yang butuh penanganan secara manusiawi, salamaki.
Penulis,
H.Syakhruddin.DN HP 081 2424 5938 YC8HSY
Email : syakhruddin@gmail.com