Koalisi dalam kamus Bahasa Indonesia adalah persekutuan, gabungan atau aliansi beberapa unsur, di mana dalam kerjasamanya, masing-masing memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Aliansi seperti ini mungkin bersifat sementara atau berasas manfaat.
Dalam pemerintahan dengan sistem parlementer sebuah pemerintahan yang tersusun dari koalisi beberapa partai sedangkan oposisi koalisi adalah sebuah oposisi yang tersusun dari koalisi beberapa partai.
Koalisi di zaman Rasulullah Muhammad SAW, dimulai saat memasuki Kota Madinah dimana beliau menghadapi masyarakat yang sangat heterogen dalam suku dan agama, ada Suku Muhajirin, Suku Khazraj, Suku Aus, Yahudi Bani Quraizhah, Yahudi Bani Qainuqa, para pimpinan ekonomi seperti Abdullah bin Ubay bin Salul, dan lain sebagainya.
Maka dibuatlah perjanjian sebagai berikut ; Perjanjian persaudaraan diantara sesama muslim, Perjanjian tolong-menolong kaum muslimin dengan kaum musyrikin, Perjanjian kerjasama antara kaum muslimin dengan kelompok-kelompok besar qabilah Arab nonmuslim dan peraturan-peraturan yang berlaku umum.
Perjanjian dimaksud kemudian disebut “Piagam Madinah” yang merupakan teks perjanjian Hak Asasi Manusia antar agama, suku dan golongan pertama di dunia yang tertulis dlm sejarah.
Dikekinian pascapileg tahun 2014 yang berlangsung marak di hari Rabu 9 April 2014 menghasilkan fakta lapangan yang mengejutkan, sehingga banyak lembaga peneliti yang salah dalam prediksinya.
Partai Golkar memang sulit dibendung. Akar politik Golkar sudah menjamah ke pelosok-pelosok desa. Fanatisme masyarakat terhadap Golkar –dan pada beberapa hal terhadap Soeharto nampak sulit direduksi dan disalip partai lain.
Sehingga bukan kejutan melihat Golkar bertengger di posisi dua. Banyak pihak sudah memprediksi itu. Sementara Hanura harus mengubur mimpinya memajukan Win-HT sebagai capres dan cawapres sekalipun sudah kampanye besar-besaran di media-media milik pengusaha Harry Tanoesoedibyo.
Berbeda dengan Gerindra yang melejit ke posisi ketiga sebagai buah dari “kemenakjuban” Prabowo Effect. Yang tak kalah mengejutkan adalah suara PDIP.
Sebelum pemilu, sejumlah survei sempat menyebut elektabilitas partai moncong putih itu menembus 30 bahkan 35%. Jokowi effect yang dibesarkan oleh media rupanya tak terlalu signifikan, ketika akhir yang kurang menguntungkan, bahkan tersiar kabar melalui The Jakarta Post, kalau Puan Maharani sempat mengusir Jokowi dari rumah kediamannya di Kebagusan, yang selanjutnya dengan buru-buru diralat oleh petinggi PDIP.
Dengan demikian, seluruh partai harus mencari teman koalisi untuk memenuhi ambang presidential treshold 25% atau parliamentary threshold 20% sebagai syarat calonkan presiden. Disinilah posisi partai-partai Islam yang memenuhi deretan partai papan tengah menemukan signifikansinya.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memperkirakan ada tiga atau empat calon presiden (capres) yang akan bersaing pada pemilihan umum presiden (Pilpres) 2014. Ada sejumlah skenario yang muncul jika mencermati hasil hitung cepat pemilihan umum legislatif (Pileg) 2014.
Ada tiga kemungkinan komposisi koalisi jika ada tiga capres yang maju. Komposisi pertama, capres poros koalisi PDIP, capres dari poros koalisi Golkar, dan capres dari poros koalisi Gerindra.
Komposisi kedua, capres dari poros koalisi PDIP, capres dari poros koalisi Golkar, dan capres dari poros koalisi Partai Islam. Ketiga yakni capres dari poros koalisi PDIP, capres dari poros koalisi Golkar, dan capres dari poros koalisi Demokrat.
“PDIP dan Golkar selalu hadir di tiga skenario itu. Yang berubah hanya komposisi ketiga,Jika ada empat capres yang dimunculkan maka diprediksi ada dua komposisi.
Pertama, capres dari poros koalisi PDIP, poros koalisi Golkar, poros koalisi Gerindra, dan poros koalisi Demokrat. Komposisi kedua yakni capres dari poros koalisi PDIP, poros koalisi Golkar, poros koalisi Gerindra, dan poros koalisi partai Islam.
“Jika capres ada empat calon, ada dua skenario dengan poros koalisi Demokrat dan partai Islam, dan hal ini yang terus di bangun kecuali Nasdem yang berani mengambil sikap dengan menyodorkan JK kepada Ketua Partai PDI Perjuangan untuk mengusung Jokowi-JK.
Tapi bagaimana bila Prabowo-JK melalui rayuan dan pendekatan yang dilaksanakan La-Tinro La Tunrung dengan basis kewilayahan kawasan timur, tentunya pertarungan akan semakin ramai. Di pihak Golkar ARB yang bermasalah dengan Dewan Pembina karena selama memimpin Golkar ARB hanya mampu menaikkan satu persen kemenangan amat kontras dengan kemenangan yang diraih pada pemilu sebelumnya.
Koalisi tentu memang dibutuhkan, taktik dan strategi dibutuhkan dalam mencari pasangan, jangan lagi terjadi “Koalisi Pelangi” yang menampilkan juru bicara seperti Ruhut dan Batugana yang membuat masyarakat pemirsa di Indonesia menjadi muak menyaksikan kata-katanya yang terkadang kurang terkontrol, akibatnya berdampak pala pola tingkah generasi muda yang salah satu hasilnya “Geng Motor”
Semoga dengan Koalisi yang kelak akan dibentuk, benar-benar sebuah koalisi atau aliansi dari beberapa unsur memiliki kepentingan sendiri-sendiri namun memiliki tujuan mulia “mencerdaskan kehidupan rakyat dan Bangsa Indonesia” yang saat ini telah memiliki pesawat kepresidenan setelah 69 tahun merdeka, salamaki.
Salam takzim,
website : syakhruddin.com SMS : 081 2424 5938
email 1 : syakhruddin@gmail.com Pin BB :2A2 FC 722
email 2 : syakhruddin@yahoo.co.id Pin Android :7BCE 92D9
call sign : YD8HSY/Communications & Rescue 01
Jalan Andi Tonro I No.6 Makassar 90222