Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender Caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi.
Tidak ada aktivitas seperti biasa, semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit, untuk tahun 2014 jatuh pada hari Senin 31 Maret 2014.
Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali, seperti Melasti, Tawur (Pecaruan) dan Pengrupukan. Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada “tilem sasih kesanga” (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya.
Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai Ogoh-Ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
Terusirnya Buta Kala di Bali, tidak ada kaitannya dengan hilangnya pesawat Malaysia Airlines penerbangan MH370 rute Kuala Lumpur-Beijing yang hingga saat ini masih menyimpang ribuan tanda tanya. Pertanyaan itu seakan menjadi misteri yang tidak akan pernah terjawab sejak dinyatakan hilang kontak pada 8 Maret 2014 lalu.
Meski pencarian jejak besi terbang yang naas itu sudah dilakukan 26 negara, termasuk Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Indonesia, namun puing-puingnya tidak juga ditemukan. Keluarga korban pun terus berharap agar para penumpang di dalamnya tetap selamat.
Selang beberapa pekan berikutnya, pemerintah Malaysia mengumumkan pesawat berisi 227 penumpang dan 12 awaknya itu jatuh di selatan Samudera Hindia. Dalam pengumuman itu, Perdana Menteri Mohammad Najib bin Tun Haji Abdul Razak menyebut tidak ada satupun yang selama pada kecelakaan tersebut.
Hingga 19 hari sejak dinyatakan hilang, belum ada satupun penjelasan yang menyebutkan mengapa pesawat tersebut mengalami kecelakaan, atau bergeser dari jalurnya. Bahkan, tim investigasi dari seluruh dunia tidak menemukan alasan apapun yang dilakukan seseorang hingga menyebabkan pesawat itu hilang dari pantauan radar sipil maupun militer.
Pendapat Bapak B.J.Habibie yang banyak mendapat kritikan di Malaysia karena menegaskan, kalau pesawat MH370 rute Kuala Lumpur-Beijing terbakar di udara sehingga sampai akhir zaman tidak akan ditemukan oleh tim pencari, wallahu alam bissawab.
Sementara itu, Di Arab Saudi seorang warga Negara Indonesia bernama Satinah dijatuhi hukuman mati dengan dipancung. Sidang perkara Satinah di awal tahun 2007 sudah mengalami lima kali penundaan.
Satinah mengakui membunuh majikannya, NURAH, dan mengambil uang majikannya 38 ribu riyal atau Rp 119 juta. Satinah mengaku membunuh karena emosi setelah dimarahi majikannya.
Satinah sudah mendapatkan lima kali penundaan pelaksanaan eksekusi hukuman mati.
Seharusnya, Satinah dieksekusi pada Agustus 2011. Kemudian diundur lima kali, yaitu pada Desember 2011, Desember 2012, Juni 2013, Februari 2014, dan 5 April 2014. Utusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Maftuh Basyuni, Jumat (28/3/2014) terbang ke Arab Saudi menemui keluarga majikan yang menjadi korban pembunuhan TKI Satina untuk mengejar batas waktu penyerahan uang tebusan 3 April 2014.
Maftuh Basyuni, bersama tim satgas yang terdiri dari perwakilan beberapa instansi terkait, antara lain Kemenlu dan Kemenakertrans membawa uang tebusan sekitar Rp15 miliar guna menyelamatkan Satinah dari hukuman pancung.
Uang tebusan tersebut masih kurang dari permintaan keluargasekitar Rp21 miliar. Namun, sesuai kesepakatan sebelumnya, kekurangan dapat diangsur selama 2 (dua) tahun. Dengan diterimanya pembayaran uang tebusan sebesar 5 juta riyal ini, diharapkan keluarga korban sepakat untuk menunda pelaksanaan hukuman mati terhadap Satinah.
Bila pihak keluarga menerima uang tebusan, Satinah dapat bebas dari hukuman mati. Namun, bila nilai tebusan ditolak, maka SATINAH akan menuju tiang gantungan dan selanjutnya akan menuju ke dunia kesepian di alam baqa.
Kakak ipar Satinah, Lastri, mengatakan adik iparnya itu sudah pasrah ihwal nasibnya yang menanti hukuman pancung. “Semua saya serahkan kepada yang di Atas. Saya ikhlas di sini maupun bisa pulang. Kalau enggak bisa bertemu di dunia, ya, bertemu di akhirat,ujarnya lirih.
Satinah pun rajin salat dan mengaji hingga hafal 16 juz Al-Quran. Di dalam penjara, Satinah juga bekerja menjahit dan menyulam. Lastri menambahkan, saat tahu hendak dikunjungi, Satinah minta oleh-oleh ceriping pisang dan kacang bawang.
Di Tanah Air gegap gempita para politisi melakukan kampanye, baik terbuka maupun bertemu langsung dengan calon pemilih. Mereka tak mengenal lelah bekerja siang dan malam untuk Bisa menang dan duduk di kursi empuk di Dewan Perwakilan Rakyat.
Sementara itu, Pakar Komunikasi Politik, Profesor Tjipa Lesmana mengatakan calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo tidak memiliki pengalaman dalam kepemimpinan nasional.
Untuk itu, ia menyarankan agar Jokowi mencari calon wakil presiden yang telah memiliki pengalaman dalam kepemimpinan nasional. “Jokowi kalau mau jujur tidak punya pengalaman memimpin di tingkat nasional. Pengalaman di Jakarta pun belum sempurna,” kata Prof Tjipta di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat.
Prof Tjipta menuturkan, Jokowi wajib ‘ditempel’ oleh calon wakil presiden yang kuat. Menurutnya, Jokowi tidak cocok jika dipasangkan dengan tokoh muda, seperti Puan Maharani atau anak muda lainnya, akan tetapi pasangan asangan untuk Jokowi yang paling bagus adalah Jusuf Kalla,” tutur Cipta meyakinkan.
Prof Tjipta menyebut saat JK menjabat sebagai wakil presiden di era Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintahan tersebut sangat berjalan efektif. Ia mengatakan, sangat berbeda saat era SBY saat didampingi JK dan didampingi Boediono.
Pada kesempatan berbeda berbagai cara untuk meraih kedudukan, selain melakukan ritual seperti Nyepi di Bali sebagai tuntunan keyakinan yang dipahami oleh semua penganut Hindu disana, maka lain halnya dengan Calon Anggota Legislatif (Caleg) Dapil V DPRD Kabupaten Ngawi dari Partai Demokrat, Miftahul Jannah, juga menggelar ritual doa dan mandi di Sungai Tempuk Alas Ketonggo (Srigati) Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi.
Ia mandi di Sungai yang airnya berwarnah keruh kecoklatan. Air yang bercampur lumpur halus bagi kebanyakan orang akan membuat kotor kulit. Keanehan lain, terlihat dari cara mandi yang dilakukan Miftahul Jannah ia berendam lengkap dengan seluruh pakaian dan jilbabnya sambil menghadap arus dan kedua tangannya menyatu di depan dada. Dengan posisi jari-jari menyentuh dagu mirip dengan posisi orang yang sedang bersemedi.
Di Klaten Jawa Tengah, ketika saat Jokowi diumumkan oleh Ibu Megawati sebagai Capres dari PDIP maka para petani melakukan ritual tersendiri. Keseriusan itu mereka tunjukkan dalam sebuah deklarasi sekaligus peresmian Posko Center Rakyat Jokowi For Presiden, di Jalan Pakis – Solo, Sekaran, Wonosari, Klaten, dimana para dekralator melakukan arak-arakan gerobak sapi, dan sarana pertanian lainnya.
Berbagai jenis makanan palawija kesukaan Jokowi juga disediakan, antara lain ketela, pisang rebus, kacang tanah, gembili dan singkong. Rakyat Klaten khususnya dari kalangan petani dan pedagang menginginkan agar Jokowi dicalonkan oleh partainya dalam pilpres mendatang. Mereka menilai Jokowi sebagai sosok yang tepat menjadi pemimpin dan memahami kebutuhan rakyat kecil.
Yang menjadi pertanyaan kemudian, apakah dengan hadirnya para pemimpin kita kelak, sudahkah Indonesia lebih baik dibanding zaman dahulu, terpeliharakah dengan baik warisan dari pendahulu, bagaimanakah wujud kecintaan kita pada tanah air, dan sesuaikah realita sosial saat ini dengan cita-cita luhur itu?
Tidak diragukan lagi, Indonesia adalah bangsa yang luas, kekayaan SDA terbentang dari Sabang sampai Merauke, bangsa yang dikenal dengan semangat kebhinekatunggalikaannya, bangsa yang menjunjung tinggi nilai moral, dan bangsa yang berazaskan ketuhanan. Tetapi semangat kebhinekatunggalikaan, menjunjung tinggi nilai moral, dan bangsa yang berazaskan ketuhanan itu telah ternoda oleh kepentingan pribadi dan kelompok yang susah menghargai perbedaan, emosi yang lekas meluap, dan mudah diadu domba.
Mengenal lebih dalam Indonesia, banyak warisan berharga yang semestinya bisa dibanggakan, dilestarikan, dan dilanjutkan, seperti bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa dan semangat nasionalisme pejuang kita.
Tetapi saat ini, warisan-warisan itu tidak dianggap lagi sebagai aset yang patut dipelihara. Bahasa sebagai identitas bangsa telah berubah menjadi sarana memamerkan identitas diri, kaum muda lebih angga bila dalam pergaulan menggunakan bahasa asing.
Disamping itu, nasionalisme menuju ambang kepunahannya. Saat ini tidak mudah lagi menemukan wujud pengabdian kepada bangsa. Istilah “apa yang dapat saya dedikasikan kepada bangsa, telah berubah menjadi hal apa yang dapat saya ambil dari bangsa ini untuk memperkaya diri.
Oleh sebab itu melalui momentum peringatan Hari NYEPI 31 Maret 2014 mari kita menyatukan tekad untuk menjadi pemilih cerdas dan memilih wakil rakyat pada tanggal 9 April mendatang, sehingga melahirkan generasi baru, wakil rakyat yang memiliki wawasan keindonesian yang seutuhnya hingga tercipta Negara yang baldatun, tayyibatun warabbun gafur, Salamaki.