SYAKHRUDDIN.COM – Ode Nurdia alias ANA (38 thn) warga Buton yang beralamat di Kendari, Senin (6/8) tiba di Makassar danmelaporkan diri pada Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan di Jalan A. P. Pettarani No. 59 Makassar.
ANA merupakan deportan Malaysia, ia kembali setelah bekerja lima tahun tanpa gaji, ikhwal kepergiannya berawal di tahun 2006, Ana bekerja di Pasar Sentral di Makassar, selama dua tahun di Makassar, ia mendapat informasi dari temannya kalau di Malaysia banyak gaji dan tinggal di apartemen yang mewah.
Petualangan ANA di mulai tahun 2006 setelah mengantongi tiket pesawat terbang tujuan Jakarta dan bertemu dengan seorang pengurus pengerah tenaga kerja wanita bernama ISMA yang berperawakan atletis dengan rambut kepala yang dicukur seperti laki-laki.Penampilannya yang tomboy membuat ANA disebut sebagai Bos. Di Jakarta Ana beserta tiga orang lainnya dari Kupang di tamping di salah satu rumah di kawasan Jakarta Utara. Setelah mereka diuruskan paspor,Ana dan kawan-kawan diterbangkan menuju Malaysia. Selama enam hari lamanya di tempat penampungan di Malaysia akhirnya diserahkan kepada salah seorang agen pengerah tenaga kerja bernama Aswan yang berasal dari Pontianak.
Di tempat Aswan, mereka tinggal di salah satu rumah penampungan bersama teman-teman lainnya dari Jawa Timur, selama enam ulan lamanya, Ana hanya menyapu rumah pagi dan sore hari, dengan jatah makan berupa indomie dan air minum diperoleh dari kran air, fasilitas tempat tinggalnya dapat dikatakan barak penampungan, hingga akhirnya tiba suatu hari yang dinantikan. ANA diterima bekerja sebagai penjaga orang tua jompo di Batu-Lintang di Kucing dengan gaji 400 ringgit perbulan, hanya dua bulan menerima gaji dari majikan, selanjutnya gaji harus di transfer melalui pengerah tenaga kerja di kantor Aswan.
Awan kelabu mulai membayangi kehidupannya, namun ANA menjalani dengan tabah, setiap pagi yang memandikan sang orang tua, membawa ke lapangan untuk menikmati suasana pagi,setiap tanggal 15 mengantar ke rumah sakit untuk pengecekan kesehatan. Kondisi ini dijalani Ana dengan sabar, hingga akhirnya mau pulang ke tanah air, namun Aswan mengatakan paspor mereka hilang, sehingga dia dikategorikan pendatang haram. Ana akhirnya dipulangkan melalui Entikong. Dari Entikong lalu di angkut ke Pontianak untuk menanti pemulangan ke kampung halamannya.
Selama 6 bulan di penampungan di Pontinak akhirnya di pulangkan ke Jakarta dengan KM. Nusantara. Berbekal dengan surat keterangan terlantar, ANA diangkut dengan KM Labubar menuju Surabaya. Oleh petugas dari Dinsos Surabaya, Ana diberi surat pengantar dan uang saku Rp 200.000,- selanjutnya menuju ke Syahbandar Tanjung Perak. Disini ANA harus berjuang seorang diri, karena tidak ada tempat penampungan di Syahbandar, selama satu bulan menunggu kapal Pelni yang akan membawanya pulang ke Makassar, selalu batal karena ANA tidak dilengkapi tiket, kecuali surat keterangan terlantar, sampai suatu malam bertemu dengan agen penjual tiket di Surabaya yang kebetulan berasal dari Makassar.
Dengan tas lusuh, ANA yang sudah mulai sakit-sakitan diantar naik ke kapal Pelni KM. AWU dan tiba di Makassar pada hari Minggu 6 Agustus 2012, Setelah diproses segala surat-surat yang terkait dengan pemulangan, ANA diberangkatkan ke Bau-Bau dengan kapal Pelni setelah memperoleh tiket pulang dari Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan pada Seksi Korban Tindak kekeraasan dan Pekerja Migran (KTK-PM) yang dipimpin Dra.Hj. A. Tenriola Pakki yang akrab disapa Andi Keko.
ANA dihadapan petugas yang mewawancarainya mengaku jera untuk mencari pekerjaan di Malaysia, ANA ingin pulang kampung dan menziarahi kuburan orang tuanya La Ode Basir dan Ode Sauna di Buton, kini ANA sudah kembali dengan tangan hampa, ternyata indah kabar dari rupa, janji akan menerima gaji besar ternyata ANA hanya diekploitasi, mereka bekerja siang malam tanpa bergaji, inilah fenomena kemiskinan yang harus kita kikis bersama sebagai tanggungjawab sosial.