Hari ini Minggu 15 Juli 2012 merupakan hari bersejarah dalam kehidupan rumah tanggaku, betapa tidak, hari ini merupakan 34 usia perkawinan antara H.Syakhruddin + Hj.Nurlia (15 Juli 1978 s/d 15 Juli 2012). Dalam akta nikah yang tertulis dalam dokumen penting itu disebutkan, pada hari ini, Sabtu tanggal 15 Juli 1978 sekitar Jam 11.45 Wita bertetapan dengan 9 Sya’ban 1399 H bertempat di Jalan Macan No. 23 Makassar, telah berlangsung pernikahan antara lelaki Syakhruddin Bin H.D. Daeng Nassa dengan Perempuan Nurlia Binti H.Donding Daeng Ngerang.
Kala itu, tiga orang perwakilan dari keluarga saya yang menggunakan becak pergi melamar masing-masing, Almarhum Bapak Baco, Almarhumah Daeng Puji dan Almarhumah Daeng Nurung. Ketiganya merupakan duta perwakilan yang membawa misi untuk mempersunting putri pertama pasangan H.Donding Daeng Ngerang dengan Hj. Sitti Zaenab Daeng Tjaya, misi ini harus berhasil, karena di kalangan adat Makassar, misi gagal berarti pelecehan terhadap keluarga besar. Membayangkan bagaimana situasi 34 tahun silam dengan kondisi jalan yang masih sepi, transfortasi yang tersedia adalah becak dan angkutan umum yang disebut Bemo masih bersiliweran dalam Kota Makassar, kondisi ekonomi masih dapat di katakan belum berkembang dan dihadapan penghulu kami di tuntut untuk mengucap ijab kabul menikah dengan Nurlia Binti Donding.
Dalam perjalanan kehidupan rumah tangga membuahkan tiga orang anak masing-masing Lisnawaty yang lahir pada hari Kamis, 1 November 1979 Pukul 05.10 di perantauan di Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur, menyusul Syawal Agus Sentosa pada tanggal 3 Agustus 1982 Pukul 03.45 dinihari dan yang terakhir Tri Puspita Sari yang dilahirkan di Rumah Bersalin Sitti Aisyah Mamajang pada tanggal 21 Oktober 1992 pada hari Rabu sekitar 01.00 siang.
Dalam mengarungi kehidupan di mayapada ini dengan berbagai gejolak dan penderitaan yang dilalui, akhirnya sampai di penghujung jalan dengan memasuki masa pensiun tahun depan, dan anak-anak juga kini semakin dewasa dan berkeluarga, Lisnawaty yang telah bersuami dengan Hamdy Malkan telah memberikan keturunan dua orang cucu masing-masing Khalilah Alyani Hamdy dan Muhammad Nabil sementara Syawal Agus Sentosa telah memperisterikan Arfani Binti Kasim Barata, sedangkan yang buntut Tri Puspita Sari saat ini sedang menjalani pendidikan pada semester V di Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar Jurusan Kesejahteraan Sosial.
Dalam perjalanan kehidupan di perantauan di mulai di Kota Samarinda pada Kanwil Departemen Sosial Provinsi Kalimantan Timur, saat itu kami berdua belum ada apa-apa, selain menumpang di rumah paman, Bapak Parawangsa Balfas Daeng Lira, maka menjelang kepindahan ke Tanah Grogot masih sempat hidup mandiri dan menempati Panti Persinggahan yang dipersiapkan untuk menampung mereka yang terlantar, termasuk dengan salah seorang pegawai sosial bernama Mas Agus yang isterinya adalah pegawai sosial.
Berbekal surat keputusan pindah maka kami memasuki Kabupaten Pasir yang saat itu terbilang masih perawan, pohon-pohon kayu yang lebat dan jalan yang memakai butas dan sistem pengerasan yang batunya masih berserakan di pingggir jalan, namun Kantor Sosial di Tanah Grogot saat itu merupakan kantor termegah karena dibeayai dengan anggaran berbasis PELITA (Pembangunan Lima Tahun).
Banyak upaya yang dilakukan untuk menambah penghasilan selain membuka toko buku, menyewakan buku-buku seperti Kho Ping Hoo, menjadi agen koran dari berbagai penerbitan bahkan menjadi koresponden media dan fotografer sekaligus mencetak, maklum saat itu masih tradisional maka yang digunakan foto hitam putih.
Hasil dari pendapatan diluar gaji ini cukup besar sehingga setiap tahunnya bisa digunakan untuk membayar tiket pesawat dari Balikpapan ke Makassar. Lima tahun berjibaku di negeri rantau akhirnya mendapat kesempatan pindah tugas ke Sulawesi Selatan, dan di kampung halaman ditempatkan di Kandep Sosial Kabupaten Takalar di Pattalassang, namun selama lima tahun berjuang dimanfaatkan untuk melanjutkan sekolah pada STIKS Bungaya Makassar, saat gelar sarjana terpampang di depan nama, akhirnya di mutasi ke Kanwil Departemen Sosial Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar dan menduduki jabatan Kepala Hubungan Masyarakat merangkap Sekretaris Korpri, selanjutnya dimutasi sebagai Kepala Seksi Karang Taruna, kemudian Kepala Seksi Fakir Miskin, berikutnya berpindah ke Seksi HIV-AIDS/Narkoba dan akhirnya menjabat sebagai Kepala Bidang bantuan dan Jaminan Sosial sampai saat ini, selamat membaca.